A. AL-ASY’ARIYAH
1. Riwayat Singkat Al-Asy’ariyah
Al-Asy’ari
lahir di Bashrah tahun 260 H / 875 M dan wafat di Baghdad tahun 324 H / 935 M.
Sepeninggal ayahnya, Al-Asy’ari di didik oleh ayah tirinya (Abu Ali bin
Jubba’i). Berkat didikan ayah tirinya, Al-Asy’ari menjadi tokoh Mu’tazilah.
Karena
tidak sepaham dengan gurunya dan ketidak puasannya terhadap aliran Mu’tazilah,
walaupun ia sudah menganut paham Mu’tazilah selama 40 tahun, maka ia membentuk
aliran yang dikenal dengan namanya sendiri pada tahun 300 Hijriyah.
Ketidak-puasan
Al-Asy’ari terhadap aliran Mu’tazilah diantaranya adalah :
a.
Karena adanya keragu-raguan
dalam diri Al-Asy’ari yang mendorongnya untuk keluar dari paham Mu’tazilah.
b.
Menurut Hammudah Ghurabah, ajaran-ajaran yang diperoleh
dari Al-Juba’i, menimbulkan persoalan-persoalan yang tidak mendapat
penyelesaian yang memuaskan, misalnya tentang mukmin, kafir dan anak kecil.
Setelah
berusia 40 tahun, Al-Asy’ari meninggalkan faham Mu’tazilah karena ia bermimpi
bertemu dengan Rasulullah yang memperingatkan agar meninggalkan Mu’tazilah dan
membela faham yang telah diriwayatkan beliau sebanyak tiga kali.
2.
Doktrin-doktrinTeologi
Al-Asy’ariyah
Pemikiran
Al-Asy’ari yang terpentingadalah :
a.
Tuhan dan sifat-sifat-Nya
Al-Asy’ari mengatakan Allah mempunyai sifat-sifat seperti
tangan dan kaki tapi tidak bisa diartikan secaraharfiah melainkan secara
simbolis, dania mengatakan sifat Tuhan itu tidak dapat dibandingkan dengan sifat
manusia yang tampaknya mirip.
b.
Kebebasan Dalam Berkehendak
Al-Asy’ari membedakan antara Khaliq dan Kasb, menurutnya Allah adalah pencipta perbuatan manusia dan manusia sendirilah yang mengupayakannya.
c.
Akal dan Wahyu dan Kriteria Baik dan Buruk
Al-Asy’ari mengatakatan bahwa baik dan buruk harus berdasarkan pada wahyu.
d.
Qodimnya Al-Qur’an
Al-Asy’ari mengatakan bahwa Al-Qur’an terdiri atas
kata-kata, huruf dan bunyinya, semua itu tidak melekat pada esensi Allah dan
karenanya tidak qodim.
e.
Melihat Allah
Al-Asy’ari mengatakan bahwa Allah dapat dilihat di akhirat tetapi tidak dapat digambarkan.
f.
Keadilan
Al-Asy’ari mengatakan bahwa Allah tidak memiliki keharusan apapun karena Dia dalah Penguasa Mutlak.
g.
Kedudukan Orang Berdosa
Al-Asy’ari mengatakan bahwa Mukmin yang berbuat dosa
besar adalah mukmin yang fasik, sebab iman tidak mungkin hilang karena dosa
selain kufur.
B. AL-MATURIDIYAH
1. Riwayat Singkat Al-Maturidiyah
Latar
belakang lahirnya aliran ini, hampir sama dengan aliran Al-Asy’ariyah, yaitu sebagai
reaksi penolakan terhadap ajaran dari aliran Mu’tazilah, walaupun sebenarnya
pandangan keagamaan yang dianutnya hampir sama dengan pandangan Mu’tazilah
yaitu lebih menonjolkan akal dalam sistem teologinya.
Pendiri
dari aliran ini adalah Abu Mansur Muhammad
Ibn Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi yang lahir di Samarkand pada pertengahan kedua dari
abad ke sembilan Masehi dan meninggal pada tahun 944 Masehi. Ia adalah pengikut
Abu Hanifah dan paham-pahamnya
mempunyai banyak persamaan dengan paham-paham yang diajarkan oleh Abu Hanifah.
Aliran teologi ini dikenal dengan nama Al-Maturidiyah, yang sesuai dengan nama
pendirinya yaitu Al-Maturidi.
2.
Doktrin-doktrin
Teologi Al-
Maturidiyah
a. Akal dan Wahyu
Dalam
pemikiran teologinya, Al-Maturidi mendasarkan pada Al-Qur'an dan akal dalam bab
ini ia sama dengan Al-asy’ari. Menurut Al-Maturidi, mengetahui Tuhan dan
kewajiban mengetahui Tuhan dapat diketahui dengan akal. Kemampuan akal dalam
mengetahui dua hal tersebut sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang
memerintahkan agar manusia menggunakan akal dalam usaha memperoleh pengetahuan
dan keimanannya terhadap Allah melalui pengamatan dan pemikiran yang mendalam
tentang makhluk ciptaannya.
Al-Maturidi
membagi kaitan sesuatu dengan akal pada tiga macam, yaitu:
1. Akal
dengan sendirinya hanya mengetahui kebaikan sesuatu itu.
2. Akal
dengan sendirinya hanya mengetahui kebutuhan sesuatu itu.
3. Akal
tidak mengetahui kebaikan dan keburukan sesuatu, kecuali dengan petunjuk ajaran
wahyu.
b. Perbuatan Manusia
Menurut
Al-Maturidi perbuatan manusia adalah ciptaan Tuhan karena segala sesuatu dalam
wujud ini adalah ciptaannya. Dalam hal ini, Al-Maturidi mempertemukan antara
ikhtiar sebagai perbuatan manusia dan qudrat Tuhan sebagai pencipta perbuatan
manusia.
c. Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Tuhan
Menurut
Al-Maturidi qudrat Tuhan tidak sewenang-wenang (absolut), tetapi perbuatan dan
kehendaknya itu berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah
ditetapkannya sendiri.
d. Sifat Tuhan
Dalam
hal ini faham Al-Maturidi cenderung mendekati faham mutzilah. Perbedaan
keduanya terletak pada pengakuan Al-Maturidi tentang adanya sifat-sifat Tuhan,
sedangkan mutazilah menolak adanya sifat-sifat Tuhan.
e. Melihat Tuhan
Al-Maturidi
mengatakan bahwa manusia dapat melihat Tuhan. Hal ini diberitahukan oleh
Al-Qur'an, antara lain firman Allah dalam surat Al-Qiyamah ayat 22dan 23. namun
melihat Tuhan, kelak di akherat tidak dalam bentuknya (bila kaifa), karena
keadaan di akherat tidak sama dengan keadaan di dunia.
f.
Kalam
Tuhan
Al-Maturidi
membedakan antara kalam yang tersusun dengan huruf dan bersuara dengan kalam
nafsi (sabda yang sebenarnya atau kalam abstrak). Kalam nafsi adalah sifat
qadim bagi Allah, sedangkan kalam yang tersusun dari huruf dan suara adalah baharu
(hadist).
g. Pengutusan Rasul
Pandangan
Al-Maturidi tidak jauh beda dengan pandangan mutazilah yang berpendapat bahwa
pengutusan Rasul ke tengah-tengah umatnya adalah kewajiban Tuhan agar manusia
dapat berbuat baik dan terbaik dalam kehidupannya.
h. Pelaku dosa besar
Al-Maturidi
berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tidak kafir dan tidak kekal di dalam
neraka walaupun ia mati sebelum bertobat.
C. PERSAMAAN
DAN PERBEDAAN ANTARA AL-ASY’ARIYAH DAN AL-MATURIDIYAH
a.
Persamaannya
·
Kedua
aliran ini lahir akibat reaksi terhadap paham aliran Mu’tazilah.
·
Mengenai
sifat-sifat Tuhan, kedua aliran ini menyatakan bahwa Tuhan mempunyai
sifat-sifat dan Tuhan mengetahui bukan dengan dzat-Nya tetapi mengetahui dengan
pengetahuan-Nya.
·
Keduanya
menentang ajaran Mu’tazilah mengenai al-Salah wal Aslah dan
beranggapan bahwa al-Qur’an adalah kalam Tuhan yang tidak diciptakan, tetapi
bersifat qadim.
·
Al-Asy’ari
dan Al-Maturidi juga berkeyakinan bahwa manusia dapat melihat Allah pada hari
kiamat dengan petunjuk Tuhan dan hanya Allah pula yang tahu bagaimana keadaan
sifat dan wujud-Nya. Hal ini mengingat nash al-Qur’an pada surat al-Qiyamah :
23 :
“Wajah-wajah
orang mukmin pada hari kiamat akan berseri-seri. Kepada Tuhannya mereka
melihat.”
·
Persamaan
dari kedua aliran ini adalah karena keduanya sering menggunakan istilah ahlu
sunnah wal jama’ah.
b.
Perbedaannya
·
Tentang
perbuatan manusia.
Al-Asy’ari menganut paham Jabariyah sedangkan Al-Maturidi menganut
paham Jabariyah.
·
Tentang
fungsi akal.
Akal bagi aliran Asy’ariyah tidak mampu untuk mengetahui
kewajiban-kewajiban manusia sedangkan menurut pendapat Maturidiyah akal dapat
mengetahui kewajiban-kewajiban manusia untuk berterima kasih kepada Tuhan.
·
Tentang
Janji dan ancaman Tuhan.
Al-Asy’ari berkeyakinan bahwa Allah bisa saja menyiksa orang yang
taat, memberi pahala kepada orang yang durhaka, sedangkan Al-Maturidi
beranggapan lain, bahwa orang yang taat akan mendapatkan pahala sedangkan orang
yang durhaka akan mendapat siksa, karena Allah tidak akan salah karena Ia Maha
Bijaksana dan Maha Mengetahui.
Kesimpulan
1. Aliran
Al-Asy’ariyah dibentuk oleh Abu Al-Hasan
‘Ali Ibn Isma’il Al-Asy’ari yang lahir di Basrah pada tahun 873
Masehi dan wafat pada tahun 935 Masehi.
2. Aliran
Al-Maturidiyah dibentuk oleh Abu Mansur
Muhammad Ibn Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi yang lahir di Samarkand pada pertengahan kedua dari
abad ke sembilan Masehi dan meninggal pada tahun 944 Masehi.
3.
Kedua aliran
diatas (Al-Asy’ariyah dan Al-Maturidiyah) memiliki persamaan yaitu Kedua aliran ini lahir akibat reaksi terhadap paham aliran
Mu’tazilah.
4. Disamping itu juga kedua aliran diatas memiliki perbedaan salah
satunya yaitu Tentang perbuatan manusia. Al-Asy’ari menganut paham Jabariyah sedangkan Al-Maturidi
menganut paham Jabariyah. Tentang fungsi akal. Akal bagi aliran
Asy’ariyah tidak mampu untuk mengetahui kewajiban-kewajiban manusia sedangkan
menurut pendapat Maturidiyah akal dapat mengetahui kewajiban-kewajiban manusia
untuk berterima kasih kepada Tuhan.
Daftar Pustaka
1.
Rozak, Abdul &Rosihon Anwar, IlmuKalam.
PustakaSetia. Bandung: 2009
2.
Harun Nasution,
Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta: UI Press,
1986, hlm. 76.
Al-Maturidi, Kitab Syarh al-Akbar, Hyderabad: Dar’irah
al-Ma’arif al-Nizamiah, 1321 H.