Konon layang-layang ditemukan pada
abad 5 SM oleh ilmuan Yunani dari Tarentum. Namun masyarakat Asia, khususnya
Korea, Cina, Jepang, dan Melayu sudah akrab dengan layang-layang jauh
sebelumnya.
Maka ada dugaan lain, layang-layang
berasal dari Cina masa 3000 tahun lalu. Pada masa pemerintahan Dinasti Han (200
SM-200 M), militer Cina menempelkan potongan batang bambu pada layang-layang
mereka. Saat "pasukan" layang-layang melintasi pasukan musuh, angin yang
menerobos rongga bambu mengeluarkan bunyi siulan. Barangkali karena jumlahnya
banyak, siulannya menjadi gemuruh. Cukup untuk membuat musuh panik dan lintang
pukang melarikan diri.
Layang-layang pun menyebar ke
kawasan Asia lain, hingga ke Selandia Baru. Bentuk layang-layang di Eropa mulai
berkembang pada abad pertengahan (1100 - 1500). Salah satunya dikembangakan
dengan panji-panji militer serupa kantung penangkap angin. Baru tahun 1500-an
muncul bentuk jajaran genjang, yang kemudian menjadi populer di Eropa.
Layang-layang sudah terbang lebih
dulu, jauh sebelum balon udara dan pesawat terbang ditemukan. Balon udara baru
mulai terbang tahun 1783. Sedangkan pesawat terbang bermesin, pertama kali
diterbangkan tahun 1903. Layang-layang dipercaya lahir jauh sebelum itu. Di era
Perang Dunia I dan Perang Dunia II, layang-layang kembali dipakai untuk
membantu pertempuran. Pihak-pihak yang berperang menggunakannya untuk
mengobservasi musuh. Namun begitu perang berakhir, layang-layang kemudian
dikembangkan untuk tujuan hiburan.
Layang-layang ini memanfaatkan
kekuatan hembusan angin sebagai pengangkatnya. Benda yang satu ini, dikenal
luas di seluruh dunia sebagai alat permainan, alat bantu memancing atau
menjerat, bisa juga menjadi alat bantu penelitian ilmiah serta media energi
alternatif. Terdapat berbagai tipe layang-layang permainan dan yang
paling umum adalah layang-layang hias (dalam bahasa Betawi disebut Koang) dan
layang-layang aduan (laga). Terdapat pula layang-layang yang diberi sendaringan
yang dapat mengeluarkan suara karena hembusan angin.
- Sebagai Ritual; Layang-layang laga biasanya
dimainan oleh anak-anak pada masa pancaroba karena biasanya angin
berhembus kuat pada masa itu. Di beberapa daerah di Nusantara,
layang-layang dimainkan sebagai bagian dari ritual tertentu, biasanya
terkait dengan proses budidaya pertanian. Layang-layang paling sederhana
terbuat dari helai daun yang diberi kerangka dari bambu dan diikat dengan
serat rotan. Layang-layang semacam ini masih dapat dijumpai di Sulawesi.
Di duga pula, beberapa bentuk layang-layang tradisional Bali berkembang
dari layang-layang daun karena bentuk ovalnya yang menyerupai daun.
- Sebagai Alat Bantu Memancing; Di
Jawa Barat, Lampung dan beberapa tempat di Indonesia ditemukan
layang-layang yang dipakai sebagai alat bantu memancing. Layang-layang ini
terbuat dari anyaman daun sejenis anggrek tertentu dan dihubungkan dengan
mata kail.
- Sebagai Penghemat Bahan Bakar;
Layang-layang raksasa dari bahan sintetis sekarang telah dicoba menjadi
alat untuk menghemat penggunaan bahan bakar kapal pengangkut. Pada saat
angin berhembus kencang, kapal akan membentangkan layar raksasa seperti
layang-layang yang akan menarik kapal, sehingga menghemat pengguanan bahan
bakar.
Sumber
Bacaan