A. ISMAIL AL-FARUQI
1. Pemikiran Kalam Ismail Al-Faruqi
Ismail
Al-Faruqi menjelaskan hakikat tauhid sebagai berikut:
a. Tauhid sebagai pengalaman agama.
b. Tauhid sebagai pandangan dunia.
c. Tauhid sebagai inti sari Islam.
d. Tauhid sebagai prinsip sejarah.
e. Tauhid sebagai prinsip pengetahuan.
f.
Tauhid
sebagai prinsip metafisika.
g. Tauhid sebagai prinsipetika.
h. Tauhid sebagai prinsip tata sosial.
B. HASAN HANAFI
1. Pemikiran Kalam Hasan Hanafi
a. Kritik terhadap teologi tradisional
1. Teologi
tradisional tidak dapat menjadi sebuah pandangan yang benar–benar hidup, dan
memberi motivasi tindakan dalam kehidupan konkrit ummat manusia.
2. Kegagalan para teolog tradisional disebabkan
oleh sikap para penyusun teologi yang tidak mengaitkannya dengan kesadaran
murni dan nilai-nilai perbuatan manusia.
b. Rekontruksi teologi
Tujuan
rekontruksi teolgi Hanafi adalah menjadikan teologi menjelma sebagai ilmu
tentang pejuang sosial yang menjadikan keimanan-keimanan tradisional memiliki
fungsi secara aktual sebagai landasan etik dan motivasi manusia.
C. M. RASYIDI
1. Pemikiran Kalam M. Rasyidi.
a. Tentang perbedaan ilmu kalam dan teologi
Ilmu
kalam adalah teologi Islam dan teologi adalah ilmu kalam Kristen Kata teologi
kemudian mengandung beberapa aspek agama Kristen, yang di luar kepercayaan
(yang benar), sehingga teologi dalam Kristen tidak sama dengan tauhid atau ilmu
kalam.
b. Tema-tema ilmu kalam
o Deskripsi
aliran-aliran kalam yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi umat Islam
sekarang, khususnya di Indonesia.
o Menonjolkan
perbedaan pendapat antara Asy’ariyah dan Mu’tazilah akan melemahkan iman para
mahasiswa.
c. Hakikat Iman
Iman
bukan sekedar menuju bersatunya manusia dengan Tuhan, tetapi dapat dilihat
dalam dimensi kontekstual atau hubungan manusia dengan manusia, yaitu hidup
dalam masyarakat.
D. HARUN NASUTION
1. Pemikiran Kalam Harun Nasution
a. Peranan kalam
1. Akal
melambangkan kekuatan manusia, karena akal manusia mempunyai kesanggupan untuk
menaklukkan kekuatan makhluk lain sekitarnya.
2. Bertambah
tinggi akal manusia, bertambah tinggi pulalah kesanggupannya untuk mengalahkan
makhluk lainnya.
b. Hubungan akal dan wahyu
1. Akal
mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Al-Qur’an. Orang yang beriman tidak perlu
menerima bahwa wahyu sudah mengandung segala-galanya.
2. Akal
hanya memberi interpretasi terhadap teks wahyu sesuai dengan
kecenderungan dan kesanggupan pemberi interpretasi.