Oreintalisme
merupakan suatu ilmu ketimun atau ilmu tentang dunia timur. Adapun kata
oreintalis dalam pengertian umum berarti semua ahli Barat yang mempelajari
dunia Timur (Jauh, Tengah atau Dekat) tentang bahasanya, sastranya,
peradabannya ataupun agamanya.
Yang
saya maksud disini bukanlah pengertiannya yang luas tetapi yang saya maksud
adalah pengertian khusus yaitu penelitian bangsa Barat yang berkaitan dengan
dunia Timur yang Islam dalam bahasanya, sastranya, sejarahnya, i’tikad-i’tikadnya,
syari’at-syari’atnya serta peradabannya secara umum. Iltulah pengertian yang
terlintas di dunia Arab apabila disebutkan kara Oreintalis atau Oreintalisme,
hal diatas juga banyak dijumpai di buku/ tulisan-tulisan oreintalis terkemuka.
Sebagai
umat muslim setidaknya harus mengetahui tentang kaum oreintalis ini, karena
kamum oreintalis inilah yang selalu menantang dengan ajaran-ajaran Islam itu
sendiri, demikian inilah beberapa pandangan kaum oreintalis terhadap Islam yang
saya dapatkan dari beberapa buku yaitu:
1. Oreintalisme
– dibandingkan dengan disiplin ilmu lainnya – tidak banyak bergeser dari cara
dan metodenya. Dan dalam studinya tentang Islam ia tidak dapat membebaskan
dirinya secara sempurnya dari latar belakang agama lahut yang menjadi sumber
timbulnya oreintalisme itu sendiri.
2. Kaum
oreintalis mencampur adukkan antara Islam sebagai addin dan ajaran-ajaran yang
terdapat dallam Al-qur’an dan sunnah yang shahih dengan kenyataan yang berlaku
di bagian dunia Islam dewasa ini. Islam yang patut kita pelajari adalah Islam
yang tersebar/ disebarkan oleh kelompok Drwis di berbagai dunia Islam. Yaitu amalan/
kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan kaum muslimin diwasa ini
yaitu; yang menyimpang jauh atau dekatnya dari Islam yang asal.
3. Kaum
oreintalis berupaya meyakinkan pentingnya firqah-firqah yang berasal mengatas
namakan dari Islam seperti Babiyah, Bahaiyah, Qodianiyah, Bakhdasyiah dan yang
lainnya, baik yang lama atau yang baru, sementara itu juga mereka berusaha
keras mengobarkan perselisihan antara golongan sunni dan syi’ah. Kaum oreintalis
selalu mengatakan bahwa orang yang keluar dari Islam adalah orang yang memiliki
penmikiran revolusioner, berjuang membebaskan akal dari ikatan-ikatan dan
selalu menyibukkan diri dengan hal-hal yang aneh, dan selalu mengukur apa yang
terjadi di dunia Islam sebagai sesuatu yang statis.
4. Seseorang
tidak menemukan obyektivitas dalam tulisan-tulisan oreintalis tentang dinul
Islam. Padahal mereka lebih dekat dengan kebenaran ketika menulis tentang agama
seperti Budha atau Hindu. Sehingga dapat dipahami “bahwa pedang Muhammad dan
Al-qur’an adalah merupakan musuh paling besar yang dikenal dunia sampai
sekarang yang menentang hadharah, kebebasan dan kebenaran.
5. Dalam
studi Islam kaum oreintalis menempatkan dirinya sebagai terdakea sekaligus
sebagai qadhi.
6. Kaum
oreintalis menempuh jalan/uslub khusus untuk memisahkan secara mendasar antara Barat
dan Timur. (Barat adalah Barat dan Timur adalah Timur, keduanya tidak akan
bertemu) sebagaimana yang dikatakan oleh penya’ir – Kipling: “Orang-orang
Barat mereka adalah manusia berakal, mencintai perdamaian, berpikiran bebas,
logis dan mampu mencapai nilai-nilai hakikat, sedangkan bangsa Timur, mereka
tidak memiliki itu semua”.
7. Dalam
memandang Islam kaum oreintalis menggunakan ukuran Nashrani, begitu juga
pandangannya kepada Nabi Muhammad s.a.w. Al-Masih menurut pandangan mereka
adalah asa aqidah, oleh karena itu agama Nashrani dinisbatkan kepadanya. Mereka
menerapakan yang demikian kepada Islam, bahwa Muhammad s.a.w., menurut
pandangan kaum mulimin tidak ubahnya seperti Al-Masih menurut pandangan Kristen,
oleh karenanya mereka memberi nama/ julukan kepada Islam sebagai madzhab al-Muhammady
(Mohammadenisme), dan kaum muslimin mereka memberikan julukan mohammadiyin.
8. Islam
diketengahkan oleh kaum oreintalis – dalam tulisan-tulisan atau buku-buku
mereka adalah Islam ciptaan mereka sendiri, jadi bukanlah Islam yang kita anut.
Begitu pula halnya potret Muhammad yang mereka sebut-sebut dalam
tulisan-tulisan mereka bekanlah Muhammad s.a.w., yang kita imani risalahnya,
tapi ia adalah figur lain yang hanya ada dalam khayalan mereka.
Demikianlah
dapat kita katakan bahwa oreintalisme dalam studinya tentang Islam sama sekali
tidak punya barometer ilmu, tapi ia hanya merupakan ideologi yang khusus yang
bertujuan memberikan gambaran tertentu terhadap Islam.