Dalam
kaitannya dengan Kristen tentunya banyak sekali missi-missi yang harus
dijalankan guna menyebarluaskan ajaran agama, akan tetapi terlebih dahulu harus
mengetahui sejarah yang mendalam. Di bawah ini adalah sebuah ringkasan mengenai
sejarah Kristenisasi oleh agama Katolik:
1.
Pada tahun 1902 di Batavia (Jakarta)
mulai didirikan Apostolisch Vicariaan Van Batavia. Tetapi agama Katolik telah
masuk ke Indonesia jauh sebelum itu. Pada abad ke 16 agama ini telah memasuki
kepulauan Maluku, Ambon, Ternate, Solor dan Nusa Tenggara. Penyebarannya
mula-mula dilakukan oleh bangsa Portugis yang menguasai kepulauan itu. Pada
tahun 1546 seorang Apostel (muballigh) dari India juga datang ke sana, bernama
Fransiscus Xaverius. Dia berhasil menarik simpati pemerintah Portugis dan
penduduk asli. Tahun 1605 pulau Ambon dapat ditaklukkan. Pada waktu itu di
Ambon telah ada 4 buah gereja dan sekitar 16.000 orang beragama Katolik.
2.
Agama Katolik memasuki Sulawesi dari
Makasar, dan itu semua dilakukan oleh pengikut madzhab Dominicus Orde (H.
Dominicus hidup tahun 1170 - 1221) dan pengikut madzhab Yesuiten Orde. Madzhab
Yesuit ini pada mulanya didirikan oleh seorang bangsawan Spanyol bernama
Ignatius Loyola yang lahir tahun 1491. Dia adalah penganut aliran mistik dalam
agama Katolik. Dalam peperangan melawan Perancis mendapat cedera yang
mengakibatkan kelumpuhan seumur hidup. Mistiknya bertambah menebal dan mendapat
banyak pengikut. Pada tahun 1529 dibentuknya di Paris suatu jama’ah yang dibai’at
untuk mengabdi kepada Paus dan menyebarluaskan agama Katolik, Tahun 1539 semua
anggota jama’ah dilantik menjadi pastor dan tahun 1560 Paus Paulus III
meresmikan jama’ah ini sebagai Jamaah Yesus atau the Society of Yesus. Jamaah
terus berkembang maju dan bersama Orde Yesuit.
3.
Gerakan agama Protestan yang sangat
memusuhi Gereja Katolik berhasil menghancurkan kedudukan Missie Katolik di
India sejak abad ke 17. Tetapi revolusi Perancis telah menyebabkan terjadinya
pergolakan politik di negeri Belanda yang mengakibatkan hancurnya pusat Zending
Protestan dan bangkitnya kembali Missie Katolik, serta menjadi sangat kuat.
Setelah jazirah Malaka dikuasai oleh bangsa Belanda dan kekuasaan mereka di
Indonesia bertambah mantap, maka secara bertahap penyebaran agama Katolik di
Sulawesi diambil-alih oleh bangsa Belanda, yaitu pada tahun 1807. Tujuh tahun
kemudian yaitu tahun 1904 Pusat Missie Katolik di negeri Belanda mengirimkan 2
orang utusannya ke Jakarta yaitu Jacob Nellisen dan Lambert Prinsen. Kedudukan
Missie dipusatkan di Jakarta, Semarang dan Surabaya. Pada tahun 1834 di Padang
ditempatkan seorang pastor. Sejak tahun 1808 hingga 1845 mereka hanya mampu
menempatkan 16 orang pastor itupun akhirnya hanya tinggal 4 orang.
4.
Dalam Perang Diponegoro (1825-1830)
ditengah-tengah tentara Belanda ditempatkan seorang Pastor bernama Scholtes.
Dia mengadakan perjalanan inspeksi sampai ke Sulawesi dan Maluku kemudian
melaporkan hasil penyelidikannya kepada Paus. Berdasarkan laporan itu Paus
menganggap sudah tiba waktunya untuk membantu dan meningkatkan Missie Katolik
di Indonesia menjadi Vicariat (perwakilan), lalu mengirimkan Mgr. Jacob Croaff
selaku pemimpinnya. Pada tahun 1848 dia digantikan oleh Mgr. Peterus Maria
Francken dengan dibantu oleh 5 orang pastor. Di bawah pimpinannya, missie ini
mendapat kemajuan. Dari pulau pulau yang jauh letaknya berdatangan permintaan
dari umat Katolik yang hidupnya terpencil. Akhirnya pada tahun 1859 kaum
Yesuiten membantu dengan mengirimkan missionaris ke pulau Jawa lalu menempatkan
mereka di Flores dan kepulauan lainnya.
5.
Kemajuan Missie Katolik bertambah
pesat setelah pada tahun 1874 Mgr. Francken digantikan oleh Mgr. Claessen yang
sejak tahun 1848 bertugas di India. Didirikannya pos-pos di Cirebon, Magelang,
Bogor, Malang dan Madiun. Untuk Sumatra di Medan dan Tanjung Sakti. Di
Kalimantan dibangunnya pangkalan untuk kristenisasi suku Dayak. Demikian juga
Makassar, Menado, Tomohon, Seram, Flores, Irian, Kendari, Sumbawa dan Timor.
Claessen digantikan oleh Vicarius Apostoles M.J. Staal, kemudian pada tahun
1898 oleh Mgr. E.S. Luypen S.J. Sejak masa itulah agama Katolik mulai
berkembang di pulau Jawa orang Jawa sukar untuk dirubah agamanya. Mereka
beragama Islam dan tidak mau dikatakan tidak Islam, walaupun mereka tidak atau
kurang menjalankan
syari’ahnya. Missie mengambil jalan lain yaitu dengan mendekati anak-anak
mereka yang pada umumnya hidup kekurangan. Untuk mereka didirikan
sekolah-sekolah dasar dengan percuma, bahkan dengan diberinya alat-alat serta
pakaian yang diperlukan. Kanak-kanak itulah yang berangsur di-Katolik-kan, dan
itu terjadi sejak akhir abad ke 19. Maka dapatlah dikirakan bahwa banyaknya
jumlah orang Jawa yang beragama Katolik adalah akibat karena mereka dahulu
bersekolah di sekolah-sekolah Katolik.
6.
Pangkalan Missie untuk Jawa Tengah
yang pertama ialah Muntilan dan Mendut di mana sejak dahulu telah berdiri
sekolah Katolik. Sekarang Mundlan menjadi pusatnya agama Katolik, kemudian
Yogyakarta pun dipenuhi oleh sekolah mereka. Guru-guru tamatan Muntilan dikirim
ke luar daerah dan banyak pula yang berdinas di sekolah Pemerintah
(Gubernemen). Dari tahun ke tahun mereka terus mendapat kemajuan. Sekolah
bertambah banyak terutama sekolah Pendidikan Guru. Rumah Sakit dan Rumah Yatim
juga dibangun, sehingga kelihatannya memang benar-benar menguasai lapangan
sosial dan pendidikan. Pada akhir tahun 1923 sekolah mereka berjumlah 52 buah
dengan 5.840 orang murid. Mereka memiliki surat kabar seperti Mingguan Java
Post, Sociaal Leven En Streven, Katholik Schoolblad Van Nederlands Indie dan De
Indische Voorhoede. Dalam bahasa Indonesia yakni Gereja Katholik serta dalam
bahasa Jawa Swara Tama. Di samping itu mereka dirikan sebuah percetakan di
Yogyakarta pada tahun 1922. Untuk keperluan jalannya Missie Katolik beserta
segala usahanya, mereka menerima bantuan keuangan dari negeri Belanda, yang
diberikan oleh Dana St. Claverbond yang berdiri tahun 1889 dan oleh berbagai
perkumpulan missie antara lain De Indische Missie Vereniging. Rupanya kaum
Katolik tidak hanya berjuang dalam penyiaran agama, pendidikan, pengajaran,
sosial serta pendirian gereja-gereja, tetapi juga berjuang dalam bidang
politik. Pada tahun 1918 mereka telah mendirikan sebuah partai politik dengan
nama De Indische Katholieke Partij.
Sekianlah
dengan sangat ringkas diuraikan sejarah masuknya Missie Katolik dan
pekerjaannya di tanah air kita.
Sumber:
·
Siswosoebroto,
Sariyanto, Baptista, Yohannes –Siapa Sebenarnya Juru Selamat Dunia?,
Jogjakarta, Persatuan, 1977.