Manusia berusaha mencari pengetahuan dan kebenaran, yang dapat
diperolehnya dengan melalui sumber berikut ini:
a.
Pengetahuan wahyu
Manusia
memperoleh pengetahuan dan kebenaran atas dasar wahyu yang diberikan oleh Tuhan
kepada manusia. Tuhan telah memberikan pengetahuan dan kebenaran kepada manusia
pilihannya, yang dapat dijadikan petunjuk bagi manusia dalam kehidupannya.
Wahyu merupakan firman Tuhan. Kebenarannya adalah mutlak dan abadi. Pengetahuan
wahyu bersifat eksternal artinya pengetahuan tersebut berasal dari luar
manusia.
b.
Pengetahuan intuitif
Pengetahuan
intuitif diperoleh manusia dari dalam dirinya sendiri, pada saat ia menghayati
sesuatu. Pengetahuan intuitif muncul secara tiba-tiba dalam kesadaran manusia.
Mengenai proses kerjanya, manusia tidak menyadarinya. Pengetahuan ini sebagai
hasil penghayatan pribadi, sebagai hasil ekspresi dari keunikan dan
individualitas seseorang, sehingga validitas pengetahuan ini bersifat pribadi.
c.
Pengetahuan rasional
Pengetahuan
rasional merupakan pengetahuan yang diperoleh dari latihan rasio/ akal semat,
tidak disertai dengan observasi terhadap peristiwa faktual. Prinsip pengetahuan
rasional dapat diterapkan pada pengalaman indera, tetapi tidak disimpulkan dari
pengalaman indera.
Rasionalisme
adalah aliran dalam filsafat yang mengutamakan rasio untuk memperoleh
pengetahuan dan kebenaran. Rasionalisme berpandangan, bahwa akal merupakan
faktor fundamental dalam pengetahuan. Akal manusia memiliki kemampuan untuk
mengetahui kebenaran alam semesta, yang tidak mungkin dapat diketahui melalui
observasi. Menurut rasionalisme, pengalaman tidak mungkin dapat menguji
kebenaran hukum “sebab-akibat”, karena peristiwa yang tidak terhingga dalam
kejadian alam ini tidak mungkin diobservasi.
d.
Pengetahuan empiris
Pengetahuan
empiris diperoleh atas bukti penginderaan dengan penglihatan, pendengaran, dan
sentuhan indera-indera lainnya, sehingga kita memiliki konsep dunia di sekitar
kita. Paradigma pengetahuan empiris adalah sains, yang hipotesis-hipotesis
sains diuji dengan observasi atau dengan eksperimen.
Empirisme
beranggapan, bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman, dengan jalan
obeservasi, atau penginderaan. Pengalaman merupakan faktor fundamental dalam
pengetahuan sehingga merupakan sumber dari pengetahuan manusia.
e.
Pengetahuan otoritas
Kita menerima
suatu pengetahuan itu benar bukan karena telah mengeceknya di luar dari diri
kita, melainkan telah dijamin oleh otoritas (suatu sumber yang berwibawa,
memiliki wewenang, memiliki hak) di lapangan. Kita menerima pendapat orang
lain, karena ia adalah seorang pakar dalam bidangnya. Misalnya, kita menerima
petuah agama dari seorang kiai, karena beliau merupakan orang yang sangat ahli
dan menguasai sumber ajaran agama Islam, tanpa harus kita mengecek dari sumber
aslinya.