Kita sadar, informasi yang merajai dunia saat ini dikuasai oleh
orang kafir sehingga umat Islam teramat sulit memberikan filter atau saringan
terhadap media-media perusak kesehariannya hanya mempropagandakan dunia artis
(selebritis) dengan menu pornografi, horor, dan kekerasan atau VHS (violence,
horror, and sex). Media-media itu, kini tidak terbatas pada televisi, tapi juga
tabloid, surat kabar, majalah, stensilan, buku, VCD, internet, bioskop, dan
paly station (game).
Pantas jika Allah SWT. Memperingatkan kepada kaum muslimin agar
hati-hati dari tipu muslihat Yahudi dan nasrani kerena mereka tidak akan
berhenti merongrong kaum muslimin sebelum kaum muslimin benar-benar mengikuti
jejak mereka.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 120, artinya:
“orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu
mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah
petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan
mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi
pelindung dan penolong bagimu.
Media-media tersebut disinyalir sebagai sumber berbagai informasi
kejahatan. Seorang anak belajar membunuh dari video game (play station) yang
kini menjamur di mana-mana. Anak-anak muda belajar hubungan bebas (free sex)
dari VCD porno yang kini tersedia di hampir setiap rental VCD di seluruh
Indonesia. Anak-anak dan remaja kini belajar melawan orang tua, mencuri,
merampok, memperkosa, dan cara menggunakan narkoba dari sinetron-sinetron dan
film yang ditayangkan di televisi. Begitu pula para remaja putri dan ibu-ibu
mentalnya dirusak dengan sajian vulgar di tabloid-tabloid. Belum lagi seluruh
media-media tersebut selalu mempropagandakan pentingnya hidup mewah dan serba
ada lewat tayangan-tayangan sinetron sajian infoteinmen sehingga mau tidak mau
dan lambat alun masyarakat kita dihinggapi penyakit konsumeris. Implikasi dari
sikap konsumeris ini, lahirlah sikap boros dan cenderung tidak menghormati
sesam. Orang lebih individual dan saling curiga satu sama lainnya.
Berbagai perampokan, pembunuhan sadis, anarkisme, dan gejolak yang bernuansa
SARA (suku, agama, ras dan antara golongan) yang akhir-akhir ini melanda
Indonesia sangat erat kaitannya dengan media-media tersebut. Media-media itu
telah masuk ke berbagai lapisan masyarakat hingga ke pegunungan sekalipun.
Sehigga era sekarang tidak ada istilah remaja kampung atau kota karena keduanya
secara bersamaan telah dididik oleh media yang sama di setiap jenjang waktu.
Tidak heran jika berbagai kejahatan pun merata di setiap pelosok wilayah
Indonesia dan sulit untuk ditanggulangi.
Hal tersebut tidak bisa dipungkiri karena manusia memiliki karakter
meniru (konatif) terhadap apa yang dilihatnya. Terlebih lagi jika yang
dilihatnya (baca: ditonton) lebih menarik dan menurut dirinya bisa meningkatkan
citra diri sebagai sosok modern yang jagoan, jantan, feminim, maskulin, macho,
kaya dan ngetrend.
Intinya
multimedia tersebut telah berhasil mempropagandakan multi kejahatan. Dunia
penuh kekerasan dan pertentangan individu yang sulit diselesaikan. Kondisi
mental masyarakat pun kini sudah tidak sehat, saling curiga dan merasa terancam
telah melanda penduduk, baik perkotaan maupun perkampungan kumuh. Saling curiga
satu sama lain telah mendorong manusia modern hidup dengan pola individualis
yang ekstrem, semua orang di luar dianggapnya ancaman atau musuh.