Sebuah
fenomena di era globalisasi
Dengan penuh percaya diri seorang wanita muda berjalan menyusuri
trotoar sebuah jalan besar di Bandung. Langkahnya gontai dengan ayunan kaki
yang diatur sedemikian rupa layaknya seorang peragawati. Kerudung warna
milenium (abu) dengan sedikit aksesori, melilit hingga lehernya seolah
memberikan citra tersendiri sebagai remaja muda masa kini. Bibirnya yang merah
muda sesekali tersungging menghadapi godaan pria.
Bajunya yang super ketat memperlihatkan lekuk-lekuk dada dengan
garis-garis BH-nya yang menyembul jelas. Pinggagnya yang nampak langsing, ikut
dibentuk oleh bajunya yang super ketat. Sesekali pusarnya “terpaksa”
ditampakkan mengingat bajunya terlalu pendek (atau sengaja dibuat pendek).
Wanita muda ini seolah tidak puas dengan semuai itu, celana yang
dikenakan pun tak jauh dari bajunya, super ketat. Celana panjang warna hitam
yang nampaknya terbuat dari bahan halus ini memang sengaja dipakai agar seluruh
bagian pinggul, pantat, dan pahanya (bahkan bagian vitalnya) terbentuk dengan
sempurna.
Fenomena ini ternyata bukan dominasi sekolah umum saja, santri di
pesantren-pesantren atau para mahasiswi di berbagai perguruan tinggi Islam pun
ikut juga “menikmati” gaya berkerudung seperti ini. Begitu juga sebagian
ibu-ibu atau tante-tante tak ketinggalan ikut larut mengikuti mode seperti ini
sekalipun persentasenya masih sedikit.
Itulah fenomena remaja Islam modern dengan jilbabnya yang khas.
Jilbab model seperti ini mereka sebut “kudung gaul, jilbab gaul, atau jilbab
gaya selebritis”. Entah siapa yang memulai pertama kali memulai, yang jelas,
mode jilbab seperti ini muncul di awal tahun 2000 atau menjelang milenium
ketiga di saat media cetak dan elektronik lagi jaya-jayanya di Indonesia
terutama di era reformasi. Era ini memberikan kebebasan mengekpresikan segala
ide yang cenderung melampaui batas ke wajaran.
Secara naluri, siapa yang tidak tertarik dengan pakaian super ketat
seperti itu? Laki-lali tentu akan sangat tertarik. Bahkan janganan se-ketat
itu, yang biasa-biasa saja pun kadang menimbulkan fitnah di mata laki-laki.
Pantas jika wanita adalah yang pertama disebut dalam al-qur’an di antara
hal-hal yang membuat laki-laki terpesona.
Artinya: “dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada
apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang
baik (surga). (QS: Ali-Imran: 14).
Kudung gaul adalah bentuk ekspresi para pemudi yang menuntut
kebebasan berpakaian. Sebagai seorang muslimah, mereka tidak mau menanggalkan
jilbabnya, tapi juga tidak mau ketinggalan zaman alias tidak mau disebut
sebagai kampunga, kuno atau terbelakang. Sementara mode pakaian modern umumnya
didominasi gaya Barat yang notabennya “Amerika dan Eropa”
di mana fashion diidentikkan dengan “gaya hidup”. Tidak heran
jika dalam mengerjakan hal apapun di sana selalu ada “rambu-rambu” yang namanya
fashion atau mode. Mereka yang tidak mengikuti mode pakaian tertentu untuk
kegiatan tertentu pula, diidentikkan dengan manusia terbelakang.
”