Shaum
dengan pengertian menahan sesuatu yang dapat membatalkan sejak terbit fajar
sampai terbenamnya matahari masih dibagi lagi dalam tiga macam. Ibnu Taimiyah
berkata: “Sesungguhnya syari’at membagi hari menjadi tiga macam dilihat dari
hubungannya dengan Shaum. Pertama; hari-hari yang dikhususkan untuk
shaum baik yang diwajibkan seperti Ramadhan atau yang disunnahkan seperti hari
Arofah dan Asyura’. Kedua; hari yang secara mutlak dilarang untuk melakukan shaum, seperti pada hari raya
idul fitri dan idul adha. Ketiga; hari-hari yang dilarang bagi kita untuk mengkhususkan
sebagai hari untuk shaum.
Berbagai
jenis puasa kadang dilakukan orang atas petunjuk dukun, kadang pula dilakukan
oleh dukun atas bisikan dari setan, atau yang diyakini sebagian orang musyrik
sebagai arwah leluhur. Adapun diantara puasa-puasa yang bid’ah dan syirik
adalah sebagai berikut:
1. Puasa Mutih,
yaitu
puasa tidak makan dan minum, pada saat berbuka harus makan makanan yang tidak
berasa baik manis, asam, asin, atau makanan yang bernyawa dan hanya minum air
putih saja.
2. Puasa Pati Geni,
yaitu puasa yang tidak makan dan minum, tidak tidur dan tempat puasanya harus
ditempat yang benar-benar gelap baik pada siang hari bahkan malam hari, tidak
ada lampu sedikitpun.
3. Puasa Ngeluwang,
yaitu
puasa tidak makan dan minum dengan masuk kedalam lubang di bawah tanah.
4. Puasa Ngelowong,
yaitu puasa tidak makan dan minum, tidak tidur, tetapi boleh berada di luar
rumah.
5. Puasa Ngidang, yaitu puasa
tidak makan dan minum, tidak boleh tidur
dan hanya diperbolehkan berbuka dengan makan makanan dari dedaunan yang masih
muda daunnya.
6. Puasa Ngepel,
yaitu
puasa tidak makan dan minum, tidak boleh tidur yang hanya diperbolehkan memakan
nasi sebanyak sekepal selama sehari semalam.
7. Puasa Ngebleng,
yaitu puasa tidak makan dan minum, tidak boleh tidur juga tidak boleh melihat
matahari atau sinar lampu sedikitpun.
8. Puasa Ngasrep, yaitu puasa
tidak makan dan minum, tidak boleh tidur dan waktu berbuka hanya boleh makan
makanan yang dingin dan minuman yang dingin pula tanpa bumbu atau
rempah-rempah.
Jika
dilihat puasa-puasa macam di atas yang disyaratkan sungguh sangat berat
dilaksanakan, tetapi ada saja sebagaian manusuia yang melaksanakannya walaupun harus menyiksa
diri karenanya. Adapun letak kesesatannya adalah tujuan dilakukannya puasa di
atas tidak lain hanyalah menuju pada jin dan tidak kepada Allah, dan sumber
puasa di atas adalah berasal dari nenek moyang
yang menganut animisme, dinamisme, atau berakultrasi dengan
budaya Hindu, kejawen ditambah kreasi dari para dukun atau jin itu sendiri yang
membisikinya. Dan tujuan utamanya yang akan dicapai adalah memperoleh sautu
ilmu kesaktian, tenaga dalam, kekebalan, ilmu pelet dan lain sebagainya.