Di
dalam sejarah filsafat kelihatan aka pernah menang, pernah kalah; hati pernah
berjaya, juga pernah kala; pernah juga kedua-duanya sama-sama menang. Di antara
keduanya dalam sejarah, telah terjadi pergemulan berebut dominasi dalam
mengendalikan kehidupan manusia. Yang dimaksud dengan akal disini ialah akal
logis yang bertempat di kepala, sedangkan hati ialah rasa yang kira-kira
bertempad di dalam dada. Akal itulah yang menghasilkan pengetahuan yang logis
yang disebut filsafat, sedang hati pada dasarnya mengasilkan pengetahuan
supralogis yang disebut pengetahuan mistik; iman termasuk disini.
·
Thales
Thales
(624-546), orang Miletus itu degelari Bapak Filsafat karena dialah orang yang
mula-mula berfilsafat. Gelar itu diberikan katena ia mengajukan pertanyaan yang
amat mendasar, yang jaran diperhatikan orang, juga orang zaman sekarang.
What is the nature of the world stuff?.
Apa sebenarnya bahan alam semesta ini? Tidak bisa dipungkiri lagi, pertanyaan
itu amat mendasar sekalai. Terlepas dari apa pun jawabannya, pertanyaan itu
saja sudah mengangkat namanya menjadi filosof pertama. Ia sendiri menjawab air.
Jawaban ini sebenarnya amat sederhana, dan belum tuntas. Karena timbul
pertanyaan kedua, yaitu; dari mana air itu? Thales mengambil air sebagai asal
alam semesta barngkali karen ia melihatnya sebagai sesuatu yang amat diperlukan
dalam kehidupan, dan menurut pendapatnya bumi ini terapung di atas air.
·
Anaximander
Anaximander
mencob menjelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat kekal dan ada dengan
sendirinya.
Akan tetapi Anaximenes mengatakan itu udara. Udara merupakan sumber
segala kehidupan, demikian alasannya.
Pembicaraan
ketiga filosof tersebut telah menunjukkan bahwa di dalam filsafat terdapat
lebih dari satu kebenaran tentang satu persoalan. Sebabnya, bahwa bukti
kebenaran teori filsafat terletak pada logis atau tidaknya argument yang
digunakan bukanlah terletak pada kongklusi (kesimpulan).
·
Heraclitus
Paham
relativisme semakin mempunyai dasat setelah Heraclitus (544-484 SM) menyatakan,
“You can not step twice into the same river; for the fresh waters are ever
flowing upon you” (Engkau tidak akan dapat terjun ke sungai yang sama dua
kali karena air sungai itu selalu mengalir).
Menurut
Heraclitus alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah; sesuatu yang dingin
berubah menjadi panas, yang panas menjadi dingin. Itu menunjukkan bila kita
hendak memahami kehidupan kosmos, kita mesti menyadari bahwa kosmos itu dinamis.
·
Parmanides
Parmanides
adalah salah seorang tokoh relativisme yang penting, kalau bukan yang
terpenting. Dalam The Way of truth Parmanides bertanya: Apa itu standar
kebenaran dan apa realitas? Bagaimana hal itu dapat dipahami? Ia menjawab:
ukurannya ialah logika yang konsisten. Perhatikanlah contoh berikut. Ada tiga
cara berpikir tentang Tuhan: (1). Ada, (2). Tidak ada, (3). Ada dan tidak ada.
Yang benar ialah ada (1) tidak mungkin meyakini yang tidak ada (2) sebagai ada
karena yang tidak ada pastilah tidak ada. Yang (3) pun tidak mungkin karena
tidak mungkin Tuhan itu ada dan sekaligus tidak ada. Jadi, benar tidaknya suatu
pendapat diukur dengan logika. Di sinlah masalah muncul. Bentuk ekstrem
peryataan itu ialah bahwa ukuran kebenaran adalah akal manusia.
·
Protagoras
Protagoras
mengatakan bahwa Manusia adalah ukuran kebenaran,
pernyataan Protagoras merupakan tulang punggung humanisme. Akan tetapi
perlu dipertanyakan kembali bahwa yang dimaksudkan manusia di atas itu adalah
manusia individu ataukah manusia pada umumnya. Kedua hal tersebut menimbulkan
konsekuensi yang sungguh sangat berbeda.
Akan
tetapi sayang sekali, karena tidak ada jawaban yang pasti, mana yang dimaksud
Protagoras, tetapi yang jelas Ia mengatakan bahwa kebenaran itu bersifat
pribadi. Akibatnya tidak ada ukuran yang absolut dalam etika, metafesika,
maupun agama. Bahkan teori matematika tidak juga dianggapnya mempunyai
kebenaran yang absolut.
·
Socrates
Ajaran
bahwa kebenaran semuanya relatif telah menggoyahkan teori-teori Sins yang telah
mapan, mengguncangkan keyakinan agama. Hal ini menyebabkan kekacauan dan
kebingungan dalam kehidupan. Berawal dari inilah Socrates bangkit dan
meyakinkan orang khususnya orang Athena dengan mengatakan tidak semua kebenaran
relatif; ada kebenaran yang umum yang dapat dipegang oleh semua orang. Sebagian
memang kebenaran relatif akan tetapi
tidak semuanya.
Antara
tahun 421 dan 416 SM adalah masa-mas buruknya hubungan antara Athena dan
Sparta. Priode ini menyaksikan kebangkitan Alcibeades, salah seorang murid
Socrates. Akan tetapi ia pula yang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
kehancuran Athena. Di bawah sposor itulah
pada tahun 399 SM Socrates dituduh dengan dua tuduhan: merusak pemuda
dan menolak Tuhan-tuhan negara.
Akan
tetapi walaupun Socrates diadili dan dihukum mati, Ia berhasil dengan
menerapkan teorinya dalam menemukan kebenaran. Teori yang digunakan Socrates
merupakan teori yang bersifat praktis
dan dijalankan melalui percakapan-percakapan dengan menganalisis
pendapat-pendapat dari semua orang.
Adapun
metode atau teori yang digunakan Socrates biasanya dikenal dengan Dialektika,
dari kata kerja Yunani dialegesthai yang berarti bercakap-cakap atau
berdialog. Metode inilah yang dinamakan dialetika karena dialog mempuyai
peranan penting didalamnya. Dan bahkan sampai sekarang teori Socrates
dikembangkan oleh selurauh umat manusia.
Refrensi
·
Tafsir, Ahmad –Filsafat
Umum, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990.
·
Mayer,
Frederick, 1950, A History of Ancient & Medieval Philosophy, New
York: American Book Company.
·
Haeder Nashir,
1990, Agama dan Krisis Kemanusiaan Modern, Bandung: Pustaka.
·
Hanafi, A.,
1981, Ikhtisar Sejarah Filsafat Barat, Jakarta: Al-Husna.