Filsuf
merumuskan manusia sebagai “a symbolic animal”. Sebuah simbol bersifat
multidimensional. Bahasa simbol sangat khusus berperan dalam bahasa cinta dan
bahasa religius. Lain lagi dengan Karl Marx. Ia menemukan keunggulan manusia
dalam pekerjaannya. Maka, manusia juga disebut makhluk yang bekerja. Banyak
definisi lainnya yang muncul untuk merumuskan kekhasan manusia di tengah
makhluk lainnya di dunia ini. Manusia dirumuskan sebagai an ethical being, an
aesthetical being, a metaphysical being, a religious being.
Kemampuan
refleksi diri yang menjadi kekhasan manusia itu menjadi sumber dari berbagai
ciri lainnya: rasionalitas, ingatan kembali, kesadaran akan kematian, kemampuan
bunuh diri, aspirasi religius dan lain-lain. Refleksi-diri juga merupakan
aktivitas yang membedakan dirinya dengan orang lain. Dengan kemampuan
refleksi-nya, manusia memiliki keterbukaan terhadap dunia (openness to the
world), tidak dibatasi oleh naluri dan stimulus spesifik. Dengan demikian
manusia mampu mengimbangi kelemahan nalurinya dengan kebebasan dan
rasionalitas. Kemampuan reflektif membuat manusia mampu menghadapi dirinya dan
realitas lainnya sebagai objek. Ia dapat mengambil jarak terhadap
lingkungannya. Dengan demikian kemampuan refleksi diri manusia merupakan dasar
dari perbedaan-perbedaan yang lain dengan binatang.
Menurut Jean
Paul Sartre (1905-1980), manusia merupakan suatu proyek ke masa depan yang
tidak mungkin didefinisikan. Manusia adalah sebagaimana ia diperbuat oleh
dirinya sendiri. Ia adalah masa depannya. Moral dan etika harus diciptakan oleh
manusia sendiri. Kita adalah kebebasan total, "kita dihukum untuk
bertindak bebas". Inilah kemegahan dan sekaligus kemalangan bagi kita, sebab
kebebasan mengandung juga tanggung-jawab. Kita bertanggung-jawab atas seluruh
eksistensi kita dan bahkan kita bertanggung-jawab atas semua manusia karena
terus-menerus kita adalah manusia yang memilih dan dengan memilih diri kita
sendiri, kita sekaligus memilih untuk semua orang. Dari tanggung-jawab yang
mengerikan ini lahirlah kecemasan atau keputus asaan.
Pada dasarnya
hakikat Manusia adalah hakikat Adam karena Adam adalah manusia pertama yang
diciptakan oleh Allah SWT, hakikat manusia antara lain berpikir, makan, minum, sex,
refleksing, belajar, dan lain-lain. Manusia adalah makhluk yang berpikir karena
setiap manusia selalu mempunyai masalah tetapi tergantung pada manusianya itu
sendiri apakah dia sadar akan adanya masalah pada dirinya sendiri. Manusia yang
berpikir adalah manusia yang bertanya, jika manusia tidak bertanya maka dia
tidak berpikir, seperti bertanya kepada dirinya sendiri
Sumber
Bacaan