Kristen, putri Sion, banyak menyerap tradisi Yahudi
dan menerõma sepenuhnya Kitab Perjanjian Lama. Pendiri Agama Kristen, Yesus
Kristus, adalah seorang Yahudi dan tidak pernah mengingkari Iman dan ajaran
Yahudinya, bahkan dia selalu mematuhi upacara-upacara keagamaan dan pesta-pesta
Yahudi dengan tekun. Dia juga pergi ke Yerusalem untuk menghadiri. pesta-pesta
besar sebagaimana yang disyaratkan sebagai seorang Yahudi Ortodoks. Tetapi
orang-orang Yahudi dan orang Kristen berbeda pendapat mengenai sifat (hakikat)
Yesus; orang-orang Yahudi yakin bahwa dia adalah seorang manusia yang baik,
atau barangkali seorang nabi dengan suatu pesan dari Tuhan, tetapi tidak lebih
dari itu; sebaliknya, orang Kristen menganggap bahwa Yesus adalan Kristus
(orang yang diurapi), Mesias Tuhan sebagaimana dijanjikan dalam Kitab
Perjanjian Lama. “Bukan saja dia merupakan utusan Tuhan, tetapi dia adalah
anak Tuhan, dan oleh karena itu menempati suatu hubungan yang unik dengan
Tuhan. Dia mempunyai hakikat yang sama dengan Tuhan, dari sejak permulaan waktu
telah ada bersama-sama dengan Tuhan, dan diutus ke bumi oleh Tuhan; lihat Injil
yang ditulis oleh Santo Yahya dalam Yahya 1:1-2, 14: "Pada mulanya, Firman itu (Kristus)
telah ada. Firman itu bersama-sama dengan Tuhan, dan Tuhan itu sendirilah
Firman itu. Maka Firman itu telah sejak semula bersama-sama dengan Tuhan ...
Maka Firman itu telah menjadi daging (manusia); Dia datang untuk tinggal
bersama-sama dengan kita, dan kita melihat kemuliaannya, seperti kemuliaan yang
diperoleh sebagai anak tunggal bapak, penuh dengan anugerah dan
kebenaran."
Dia dianggap dikandung dari seorang dara (perawan),
yakni Perawan Maria, melalui kekuasaan Tuhan, dan oleh karena itu Dia sekaligus
sebagai manusia dan sebagai Tuhan, suatu keberadaan yang menurut keyakinan
orang Kristen tidak dapat dipahami secara logika, tetapi merupakan sesuatu yang
harus diterima dengan iman dan dengan menyadari bahwa bagi Tuhan segala
sesuatunya adalah mungkin, walaupun di luar jangkauan pengertian manusia.
Iman Kristen menerima bahwa melalui kematiannya di
kayu salib, Yesus mati untuk semua orang, dan bahwa semua orang dapat mencapai
keselamatan melalui dia, suatu doktrin yang dijelaskan untuk pertama kalinya
dan selengkapnya oleh Santo Paulus. Bagaimana ini dapat dimengerti?
Pertama-tama kita harus menelusuri kembali iman
Yahudi, karena tanpa memahami pemikiran orang atau bangsa Yahudi, maka argumen
Kristen tidak akan dapat dimengerti. Menurut ajaran Yahudi, jalan satu-satunya
untuk berdamai dengan Tuhan dan untuk mencapai keselamatan dari Tuhan adalah
dengan menaati semua aturan-aturan hukum (hukum Tuhan), selain juga mematuhi
tafsiran dan penjelasan dari hukum tersebut yang telah dikembangkan secara
lisan selama berabad-abad. Jika seseorang tidak mematuhi semua ketentuan hukum
(Taurat) tersebut, maka dia dihukum -lihat ulangan (Musa 5) 27:26- "Suatu
kutukan bagi orang yang tidak memenuhi hukum dengan melakukan semua yang telah
ditentukan dalam hukum itu." Tetapi Paulus menyadari bahwa hal tersebut
tidaklah mungkin, karena tidaklah ada manusia yang mampu memelihara semua
kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut, dan akibatnya semua orang
menjadi akan dihukum. Adakah jalan keluarnya? Ya. Yesus diutus oleh Tuhan, yang
suci dan tidak berdosa, merupakan satu-satunya orang yang dapat bersatu dengan
Tuhan melalui kesempurnaan hidupnya. Namun, walaupun tidak ada kesalahan dalam
dirinya (ketidakbersalahan Yesus dinyatakan berulang-ulang oleh penulis-penulis
Injil), tetapi dia disalibkan, yang berarti bahwa dia seperti semua orang,
dihukum sesuai (menurut) hukum. Hal ini dijelaskan berdasarkan Kitab Ulangan
21:22-23: "Bila seseorang didakwa melakukan kejahatan besar dan
dijatuhi hukuman mati, maka kamu harus menggantung dia pada sebuah kayu; tetapi
tubuhnya jangan dibiarkan tergantung sampai bermalam; kamu harus menguburnya
pada hari itu juga, karena seorang manusia yang digantung adalah terkutuk di
hadapan Tuhan ..."
Namun demikian, Yesus berdamai dengan Tuhan, dia telah
mematahkan rintangan hukum melalui kebangkitannya. Jadi bila seorang manusia,
walaupun dikutuk berdasarkan hukum, akan dapat didamaikan dengan Tuhan, maka
semua orang melalui iman dan melalui pengidentifikasian (peniruan) orang yang
satu tersebut (Yesus) dapat didamaikan dengan Tuhan sebagaimana Yesus adanya.
Oleh karena itu apa yang penting bagi keselamatan bukanlah sepenuhnya terletak
pada ketaatan pada hukum secara kaku dan mutlak (walaupun Paulus menegaskan
bahwa hukum atau Taurat itu baik, yang telah diturunkan oleh Tuhan, dan harus
ditaati sebisa mungkin -Roma 7:12) tetapi lebih dari itu adalah iman terhadap
Kristus yang menjadi intinya, karena melalui iman dalam Yesus, orang Kristen
yakin bahwa mereka akan diarahkan pada Tuhan sebagaimana Yesus Kristus itu
sendiri.
Dengan demikian maka kiranya jelaslah apa yang menjadi
perbedaan antara agama Yahudi dan agama Kristen. Agama Kristen, sebagaimana
juga agama Yahudi, adalah merupakan suatu kepercayaan monoteis, yang menganggap
bahwa Tuhan adalah Maha Pencipta dan Penopang dunia, yang memelihara,
mencintai, dan melindungi umat manusia. Tetapi kepercayaan Kristen ini adalah
suatu bentuk monoteisme yang berbeda: Kristen menerima suatu
"Trinitas," di mana bersama Tuhan dan Yesus Kristus ada suatu pihak
ketiga yang seperti Kristus yang inti (esensi)nya sama dengan Tuhan tetapi
terpisah, yakni Rohul Kudus. Roh Kudus inilah yang bekerja, dan demi
kebaikan manusia. Dalam kamus Kecil Oxford mengenai Gereja Kristen (ed. E.A.
Livingstone) Rohul Kudus didefinisikan sebagai berikut: "Rohul Kudus.
Dalam Teologi Kristen, pribadi ketiga dalam Trinitas, berbeda dari bapak dan
anak, tetapi merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dan mempunyai sifat yang sama dan merupakan
pelengkap dari sifat keilahian."
Dengan demikian, maka Rohul Kudus itulah yang menuntun
nabi-nabi, rasul, dan para penyebar ajaran Tuhan dalam melaksanakan missinya. Walaupun
bukan termasuk bagian dari Trinitas, tetapi Perawan Maria menempati suatu
kedudukan yang sangat penting dalam iman banyak orang Kristen, khususnya yang
beragama Katolik. Dia dipandang sebagai seorang perantara antara umat dengan
Kristus. Orang Kristen menganggap atau menerima Perjanjian Baru sebagai sumber
pengetahuan mereka mengenai kehidupan dan pengajaran Kristus. Ada empat Injil.
Masing-masing dari keempat Injil ini menyoroti kehidupan Yesus dari sudut
pandang yang berbeda-beda. Hal inilah yang menjadi salah satu sebab kenapa
sepertinya ada ketidakcocokan di antara keempat uraian Injil tersebut.
Perjanjian Baru adalah merupakan bagian kedua dari Alkitab, dan bagian ini
tidak diterima oleh agama Yahudi. Selain keempat Injil tersebut, Perjanjian
Baru juga memuat Kitab Kisah Rasul-Rasul, Surat-surat Apostel Paulus, dll.,
serta diakhiri dengan wahyu, yakni suatu cerita yang bersifat visi mengenai
Hari Penghakiman dan Kedatangan Kedua Kristus. Ide kedatangan kedua (Parousia)
ini sangat penting dalam Gereja yang pertama, karena jemaat (pengikut Kristus)
pada saat itu menganggap bahwa Kristus akan segera kembali lagi dalam bentuk
jasmaniah dan waktunya tidak akan lama, yakni semasa pengikut-pengikut awalnya
masih hidup. Ketika dia kembali lagi, pikir mereka, dia akan mengumandangkan
akhir zaman dan Hari Kiamat, dimana semua akan mempertanggungjawabkan
perbuatannya masing-masing. Yang baik ke surga, yang jahat ke neraka.
Sumber
·
Berkhof,
L –Sejarah Perkebangan Ajaran Trinitas, Bandung, CV. Sinar Biru, 1992