Allah
menciptakan matahari dengan sempurna. Hikamah peredaran matahari adalah untuk
menggerakkan silih bergantinya antara malam dan siang di bumi. Seandainya tidak
ada pergantian malam dan siang, maka peraturan agama akan manjadi kacau (karena
pelaksanaanya berkaitan dengan waktu). Dunia gelap, hidup manusia menjadi
susah, karena tidak bisa merasakan kenikmatan dan manfa’at cahaya. Mata tidak
bisa berguna (tidak bisa melihat), dan warna pun tidak nampak. Demikianlah hikamah
dibalik terbenamnya matahari.
Selanjutnya
jika seandainya matahari tidak tenggelam atau terbenam, maka tidak ada saat
bagi makhluk untuk beristirahat dan mencerna makanan yang didapatkan di siang
hari, baik itu manusia maupun binatang, bahkan tumbuh-tumbuhan sekalipun.
Keberadaan
matahari secara terus menerus akan membuat bumi menjadi panas serta terbakarnya
binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Dengan terbitnya matahari pada waktu tertentu,
dan terbenamnya pada waktu tertentu pula, maka kebutuhan penerangan dan panas
dapat dimanfa’atkan api. Penggunaan air sesuai dengan kepentingan dapat
menyelamatkan makhluk yang lain dari rasa panas dan terbakar.
Pergantian
antara terang dan gelap secara rutin pada waktunya sangat berguna bagi penduduk
bumi dan kelangsungan alam. Maju mundurnya waktu terbit dan terbenamnya
matahari menyebabkan pargantian musim bagi tanaman dan binatang. Proses
pergantian siang dan malam yang bertumpu pada matahari berjalan dengan taqdir
penciptaan-Nya. Jika tidak ada terbit dan terbenam tentu tidak ada perbedaan
antara malam dan siang, serta tidak bisa mengetahui waktu. Kalau saja gelap
selamanya makan seluruh makhluk akan binasa begitu juga sebaliknya.
Allah
sebagai Pencipta telah mengatur kecondongan matahari yang berbeda sisinya antar
musim kemarau dan musim hujan. Pada musim kemarau posisi matahari tegak lurus
ditengah-tangah langit sehingga sinarnya menjadi sangat panas, sedangkan pada
musim hujan posisi matahari turun dari tengah langit (dan jauh dari bumi)
sehingga sinarnya tidak terlalu panas.
Dari
musim di atas terjadi musim yang menjadi penyeimbang. Musim penyeimbang ini
berpengaruh sekali terhadap berkembang biakya makhluk hidup di bumi.
Ada
empat musim dalam setahun yang mengandung kemaslahatan sebagaimana yang
tercantum di bawah ini:
Pertama,
pada musim penghujan asimilasi (pembakaran) yang terjadi di pohon dan
tumbuh-tumbuhan kembali pada diri tumbuhan itu sendiri. Sehingga menjadikan
semi dan muncul bakal buah. Tensi udara yang naik menyebabkan mendung dan
hujan, serta menguatkan tubuh binatang dan watak perilakunya.
Kedua,
pada musim semi, biji-bijian yang dihasilkan pada musim hujan bersemi menjadi
tanaman, pohon-pohonan berbunga dan binatang-binatang akan kawin dan beranak.
Ketiga,
pada kemarau saat udara berubah menjadi panas, buah-buahan menginjak matang,
rontok dan permukaan bumi menjadi panas. Musim ini sangat baik untuk bekerja.
Keempat,
pada musim akhir kemarau udara menjadi bersih, penyakit hilang dan waktu malam
lebih panjang dibanding musim-musim lainnya. Musim ini sangat cocok untuk
bercocok tanam.
Semua
musim tersebut berganti secara bertahap dan sesuai kadarnya, pergantian ini
merupakan akibat dari pergeseran bintang-bintang yang bertumpu pada matahari.
Perputaran inilah yang menjadi perhitungan tahun di seluruh dunia.