Kemunculan
berbagai agama dan filsafat di muka bumi terkait dengan pertanyaan: untuk apa
manusia hidup? Agama lahir pada umumnya di Benua Asia dalam mencari jawaban
atas pertanyaan tadi dengan menggunakan intuisi (hati), sedang sistem filsafat
muncul di Benua Eropa dengan pendekatan rasio (akal).
Tradisi
penggalian malalui filsafat di Eropa, dengan menggunakan rasio menunjukkan
bahwa mereka sedang mengikuti sarudaranya di Asia dalam menemukan hakekat
kemanusiaan. Mereka memiliki satu keinginan yaitu; ingin memecahkan persoalan
penting: apa yang dicari manusia dalam hidup. Para Nabi dan Filosof bersepakat
dalam satu kata, bahwa manusia ingin memperoleh kebahagiaan selama hidupnya.
Adanya
yang mengatakan kebahagiaan adalah melalui kebahagiaan badani, sementara itu
sebagian yang lain mengatkan bahwa kebahagiaan adalah kepuasan rohani atau hati
yang tidak dibudakkan oleh keduniaan.
Kelompok
pertama menandaskan kebahagiaan adalah terpenuhinya kebutuhan dan keinginan
manusia selama hidup di dunia. Membantah pendapat ini, kelompok kedua
menegaskan sebaliknya, bahwa untuk memperoleh kebahagiaan seseorang harus
melepaskan diri dari keinginan dunia.
Dapat
disimpulkan dari dua pendapat yang dikeluarkan oleh dua kelompok di atas yaitu;
kelompok pertama mendorong manusia untuk memiliki harta sebanyak-banyaknya dan
menikmati keindahan kehidupan dunia sepuas-puanya. Sedangkan kelompok kedua
memerintahkan manusia jika hendak bahagia, maka melepaskan keduniaan dan
menjauhi dengan bertapa, berlaku membujang, menjauhi keramaian, dan hidup
dengan fakir.
Disaat
pertengkaran kedua kubu yang saling bertentangan secara ekstrem, Islam datang
dengan memberikan jalan keluar, penengah bagi keduanya. Untuk meraih
kebahagiaan, sebagaimana pendapat kelompok kedua, Islam memerintahkan untuk
melepaskan dunia dari hatinya, bukan dari tangannya. Artinya orang Muslim,
dunia harus dijauhi oleh hati dan kecenderungan untuk mencintainya. Tapi Islam
memperbolehkan untuk memiliki harta sebanyak-banyaknya, sebagaimana kelompok
pertama sebagai alat pengabdian kepada Allah. Karena setiap ibadah kepada Allah
lebih sering memerlukan pengorbanan badan dengan ritual yang melelahkan dan
hati yang rela megeluarkan harta miliknya untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya.