Ketika kekuasaan kolonial menaklukkan hampir seluruh
benua Afrika dan mengikat penduduk Afrika mulai dari mahkota hingga ke ujung
kaki dalam rantai-rantai ikatan politik, mereka tidak harus menunggu lama
sampai tangan dan kaki mereka terikat dalam rantai-rantai perbudakan ekonomi.
Penaklukan-penaklukan imperial tidak akan bermakna tanpa suatu penaklukan
ekonomi rakyat. Tidak jauh di belakang para penguasa politik dan ekonomi,
datanglah para pendeta Kristen, mengenakan jubah kerendahan hati dan
pengorbanan diri.
Kontradiksi yang melekat ini nyata sekali, tetapi
tidak terlalu nyata bagi mereka yang telah menjadi mangsa korban
rekayasa-rekayasa Kristen. Di Barat sendiri, terlepas dari apakah seorang awam
memahami kepelikan dogma Kristen atau tidak, dia memandang Kristen sebagai
suatu bagian yang menyatu dalam budaya dan peradabannya. Hendaknya diingat,
kekuatan nyata nilainilai Kristen, di mana pun nilai-nilai itu bertahan,
tidaklah terletak pada kepercayaan-kepercayaan Kristen yang berbau dongeng.
Melainkan, terletak pada penekanan terhadap kebaikan, simpati, pengabdian demi
penderitaan dari nilai-nilai lainnya yang telah identik dengan Kristen.
Walaupun nilai-nilai ini umum terdapat pada seluruh
agama di dunia dan tampaknya merupakan tujuan yang telah ditetapkan oleh Tuhan
untuk dicapai oleh seluruh umat manusia, tetapi propaganda gencar yang
dilakukan oleh Kristen secara terusmenerus menekankan peran-peran tersebut
dalam kaitan dengan Kristen saja, dan dengan demikian telah berhasil membuat
orang-orang yakin dalam jumlah besar. Ajaran tentang simpati, baik budi,
kebaikan dan perilaku lembut memainkan pengaruh magic pada telinga-telinga
dengan musiknya yang memukau. Dunia romantis inilah yang secara umum telah
menarik orang-orang ke dalam agama Kristen. Demikianlah, secara beriringan,
berbeda dari itu; Kristen menjalankan kenyataan-kenyataan keras, politik,
ekonomi kehidupan Barat dan penjajahannya di seluruh dunia.
Tampaknya paradoks dogmatis yang harus dijalani oleh
umat Kristen dalam hidup mereka, dalam kadar tertentu telah menjelma dalam
perilaku keduniawian mereka. Kebaikan, kerendahan hati, toleransi, pengorbanan
dan kata-kata mulia lainnya seperti itu tampil bergandengan dengan kekejaman,
penindasan, ketidakadilan yang menyolok, dan penjajahan dalam skala besar di
dunia terhadap orang-orang yang tidak mampu membela diri. Ketentuan hukum,
keadilan dan aturan main yang jujur tampaknya hanya merupakan mata uang yang
berlaku di kalangan budaya-budaya Barat sendiri saja. Dalam hubungan-hubungan
internasional, ternyata ketentuan-ketentuan itu diperlakukan sebagai
istilah-istilah tolol dan kuno yang harus dilakukan secara sungguh-sungguh
hanya oleh pihak-pihak yang lugu.
Politik-politik internasional, hubungan-hubungan
diplomasi dan ekonomi tidak mengenal keadilan selain yang menguntungkan bagi
kepentingan nasional. Nilai-nilai ajaran Kristen, betapa pun baiknya, tidak
diizinkan untuk memasuki kawasan kekuasaan politik-politik dan ekonomi Barat.
Ini merupakan kontradiksi yang paling tragis di zaman modern.
Penting bagi dunia Kristen untuk kembali kepada
realita Kristus dan mengobati diri mereka sendiri dari terpecahnya jatidiri
mereka dan dari kemunafikan yang mendarah-daging. Terus-menerus hidup dalam
suatu dunia mitos dan legendalegenda, sangat berpotensi mengalami resiko-resiko
mematikan. Tujuan utama pengkajian ini adalah untuk menyadarkan dunia Kristen
tentang bahaya-bahaya besar yang menanti di balik kontradiksi yang semakin
lebar antara keimanan dan amal perbuatan mereka. Mitos-mitos memang bagus,
sepanjang tujuannya untuk menjajah jenjang-jenjang masyarakat terendah sebagai
cara untuk mengendalikan mereka dan mengeksploitasi ketidaktahuan mereka dengan
cara membuat mereka tetap terbius. Namun, apabila tiba saatnya
keimanan-keimanan yang memainkan peran vital dalam menghidupkan suatu
masyarakat yang telah mati dan merekonstruksi nilai-nilai moral mereka yang
merosot dengan cepat, maka mitos-mitos seperti itu tidak ada gunanya.
Mitos-mitos hanyalah khayalan-khayalan, dan khayalan-khayalan tidak pernah
dapat memainkan suatu peran bermakna dalam urusan umat manusia.