Setelah
memahami dengan jelas pilihan-pilihan yang berbeda mengenai peran-peran
berkaitan yang dimainkan oleh tokoh Tuhan dan tokoh manusia dalam wujud Yesus,
kami mencoba memahami penerapan kata "mati" dan seluruh maknanya yang
berkaitan dengan Yesus.
Jika
dia mati selama tiga hari tiga malam maka dalam hal itu kematian harus dipahami
dalam makna bahwa ruh telah dipisahkan dari tubuh, dan ruh meninggalkannya. Hal
itu berarti ruh harus meninggalkan tubuh dan memutuskan hubungannya secara
penuh sehingga yang tertinggal hanyalah jasad yang tak bemyawa. Sejauh ini
masih bagus. Yesus akhimya telah dibebaskan dari kurungan dalam tubuh lahiriah
seorang manusia. Pembebasan dari kurungan ini seharusnya tidak dianggap sebagai
suatu hukuman sama sekali. Kembalinya ruh Ilahiah Tuhan Anak ke dalam
perwujudan mulia yang sama, dalam bentuk apa pun tidak dapat diperlakukan
seperti kematian manusia biasa. Kematian manusia menakutkan bukanlah karena ruh
meninggalkan tubuh dan memutuskan hubunganhubungannya dengan memperoleh suatu
kesadaran baru, tetapi rasa takut tentang kematian pada dasarnya karena
terputusnya secara permanen hubungan-hubungan seseorang dengan banyak orang
yang dia cintai yang tertinggal di dunia ini, serta meninggalkan hartanya dan
berbagai hal yang dia cintai. Seringkali terjadi bahwa seorang manusia yang
tidak memiliki apa-apa untuk hidup memilih lebih baik mati daripada menjalani
suatu kehidupan yang hampa.
Dalam
kasus Yesus, rasa penyesalan mendalam tidak tampil. Baginya jendela-kematian
telah terbuka hanya pada satu arah, yakni berupa keuntungan dan bukan kerugian.
Mengapa perpisahannya dari tubuh itu dianggap sebagai suatu hal yang sangat
menyedihkan dan sebagai peristiwa yang menyengsarakan? Kembali, jika sekali dia
mati dan secara hakiki, tidak secara kiasan, melepaskan nyawa, sebagaimana yang
diinginkan orang-orang Kristen agar kami mempercayainya, maka kembalinya dia ke
dalam tubuh yang sama adalah suatu langkah yang paling tidak bijaksana yang
diterapkan kepada Yesus. Apakah dia dilahirkan lagi ketika dia kembali pada
tubuh yang telah dia tinggalkan saat kematian? Jika proses ini akan dinyatakan
sebagai hidupnya kembali atau kebangkitan kembali bagi Yesus, maka tubuh pun
harus diabadikan juga. Namun, yang kami baca dalam Bible adalah suatu kisah yang
benar-benar berbeda. Menurut kisah itu, Yesus telah dibangkitkan kembali dari
kematian dengan cara memasuki tubuh yang dengannya dia telah disalibkan, dan
itulah yang disebut sebagai kembalinya Yesus memperoleh kehidupan. Dengan
demikian, apa artinya langkah Yesus untuk meninggalkan tubuh itu sekali lagi?
Tidakkah hal itu akan sama dengan kematian kedua?
Jika
perpisahan pertama dari tubuh itu merupakan kematian, sudah pasti yang kedua
kalinya dia diyakini telah meninggalkan tubuh manusia, maka seharusnya dia
dinyatakan telah mengalami kematian abadi. Ketika ruh meninggalkan tubuh untuk
pertama kalinya, anda namakan hal itu kematian; ketika ruh kembali kepada tubuh
semula, anda namakan hal itu kehidupan sesudah mati. Namun akan anda namakan
apa ketika ruh sekali lagi meninggalkan tubuh yang sama dan tidak pemah kembali
lagi — akankah hal itu dinamakan kematian abadi ataukah kehidupan abadi menurut
istilah Kristen? Hal itu pasti merupakan kematian abadi dan tidak lebih dari
itu. Hal itu merupakan pertentangan di atas pertentangan. Sungguh merupakan
suatu peristiwa yang sangat mengerikan!
Jika
dinyatakan bahwa tubuh tersebut tidak ditinggalkan pada kali yang kedua, maka
kita mendapatkan suatu skenario aneh di dalamnya Tuhan Bapak tampil sebagai
suatu wujud ruhani non badaniah yang tidak terbatas, sementara Tuhan Anak
terperangkap dalam batas-batas sempit wujud yang tidak abadi.