Masa
remaja merupakan masa transisi dan pencarian jati diri, biasanya para remaja
selalu mencari figur yang pantas untuk dijadikan idola dalam hidupnya. Akan
tetapi sungguh disayangkan remaja sekarang ini dalam mencari jati diri sangat
memprihatinkan karena mereka selalu hantui dengan kesalahan. Mereka justru
mengidolakan seseorang selain Rasulullah s.a.w., seperti yang kita saksikan di
era globalisasi ini para remaja kebanyakan mengidolakan artis dan bintang film
yang perilakunya tidak menunjukkan dan tidak sesuai dengan norma-norma Islam.
Jika
demikian itu semakin marak, maka sudah tidak bisa dipungkiri lagi jika para
remaja banyak meneladani segala bentuk perilaku dan kebiasaan idola yang menjadi
panutannya tanpa melakukan suatu pertimbangan antara baik dan buruk. Dan yang
lebih memprihatinkan lagi, para generasi muslim pun tidak luput dari
budaya-budaya yang demikian itu sehingga mereka merasa malu untuk menunjukkan
identitas keislamannya.
Sungguh
menghawatirkan jika kita melihat para generasi Islam yang selalu terjebak para
arus budaya yang menyimpang dari ajaran agama Islam itu sendiri. Sebagaiman
terbukti dalam hadits Rasulullah yang berbunyi:
“Kamu
sekalian akan berbuat sebagaimana umat-umat sebelum kamu, sejengkal demi
sejengkal, setapak demi setapak dan selangkah demi selangkah. Sehingga bila
salah seorang di antara memasuki lubang biawak, niscaya kamu akan memasukinya”.
(HR: Bukhari dan Muslim).
Pada
hakikatnya agama Islam yang kita anut sekarang ini tidak melarang umatnya untuk
mencontoh idola yang menjadi panutannya,
karena itu adalah fitrah manusia, akan tetapi perlu ditekankan mengenai syarat
idola yang menjadi panutannya, harus bisa membawa kepada jalan atau teladan
yang positif sebagaimana Rasulullah s.a.w. Nabi Muhammad s.a.w., sudah tidak
bisa diragukan lagi untuk dijadikan figur atau idola dalam kehidupan karena
beliau terkenal sebagai sosok seorang figur atau idola yang sempurna di antara
figur atau idola yang lain, sebagaimana dijelaskan dalam Al-qur’an surah
Al-Ahzab ayat 21:
“Sesungguhnya
Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah”. (Qs: Al-Ahzab: 21).
Pada dasarnya remaja saat ini
meneladani Rasulullah, namun mereka justru menganggap meneladani Rasulullah
adalah termasuk sesuatu yang asing sekali dan bahkan boleh dikatakan oleh orang
sekarang “ketinggalan zaman”. Akan tetapi walaupun demikian Islam tidak
langsung membenci remaja yang salah dalam mencari idola yang akan dijadikan
panutan dalam hidupnya. Besar kemungkinan mereka belum mengerti dengan tujuan
dalam mengidolakan sesorang, mereka belum mengerti hal apa yang harus diambil
dari idola panutannya.
Islam hanya menyeru kepada kedua
orang tua sebagai pendidik yang utama untuk mengarahkan anak-anaknya dengan
baik supaya tidak terpengaruh dengan budaya-budaya yang menyimpang dari ajaran
agama Islam, karena dengan kasih sayang orang tua dan nasehat orang tua yang
baik akan bisa meluluhkan hati seorang anak yang selalu melakukan kesalahan dan
tindakan-tidakan yang kotor sehingga kembali ke jalan yang benar.