Pada
dasarnya sudah tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa ide-ide yang ada pada
prinsip-prinsip Islam sudah tertuang di dalam Al-qur’an dan Hadits. Pandangan
Islam yang bersifat filosofi terhadap alam jagat, manusia, masyarakat,
pengetahuan, dan akhlak, secara jelas tercermin dalam prinsip-prinsip
pendidikan Islam. Dalam pembelajaran, pendidik merupakan fasilitator. Ia harus
mampu memberdayagunakan beraneka ragam sumber belajar.
Dalam
memimpin proses pembelajaran, pendidik perlu memperhatikan prinsip-prinsip
dalam pendidikan Islam dan senantiasa mempedomaninya, bahkan sejauh mungkin
merealisasikannya bersama-sama dengan peserta didik. Adapun yang menjadi
prinsip-prinsip pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
a. Prinsip Integrasi
Suatu prinsip yang seharusnya dianut
adalah bahwa dunia ini merupakan jembatan menuju kampung akhirat. Karena itu,
mempersiapkan diri secara utuh merupakan hal yang tidak dapat dielakkan agar
masa kehidupan di dunia ini benar benar bermanfaat untuk bekal yang akan dibawa
ke akhirat. Perilaku yang terdidik dan nikmat Tuhan apapun yang didapat dalam
kehidupan harus diabdikan untuk mencapai kelayakan kelayakan itu terutama
dengan mematuhi keinginan Tuhan. Allah Swt berfirman:
Artinya: “Dan carilah pada apa yang Telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.” (Qs: Al-Qashash: 77).
Ayat ini menunjukkan kepada prinsip
integritas di mana diri dan segala yang ada padanya dikembangkan pada satu
arah, yakni kebajikan dalam rangka pengabdian kepada Tuhan.
b. Prinsip Keseimbangan
Karena ada prinsip integrasi, prinsip
keseimbangan merupakan kemestian, sehingga dalam pengembangan dan pembinaan
manusia tidak ada kepincangan dan kesenjangan. Keseimbangan antara material dan
spiritual, unsur jasmani dan rohani. Banyak sekali ayat Al-qur’an Allah
menyebutkan iman dan amal secara bersamaan. Diantaranya adalah Qs: Al-‘Ashr:
1-3, yang artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian kecuali
mereka yang beriman dan beramal sholeh.”
c. Prinsip Persamaan
Prinsip ini berakar dari konsep dasar
tentang manusia yang mempunyai kesatuan asal yang tidak membedakan derajat,
baik antara jenis kelamin, kedudukan sosial, bangsa, maupun suku, ras, atau
warna kulit. Sehingga budak sekalipun mendapatkan hak yang sama dalam
pendidikan. Sebagaimana nabi Muhammad Saw bersabda yang artinya: “Siapapun
di antara seorang laki laki yang mempunyai seorang budak perempuan, lalu diajar
dan didiknya dengan ilmu dan pendidikan yang baik kemudian dimerdekakannya lalu
dikawininya, maka (laki laki) itu mendapat dua pahala.” (HR. Bukhori).
d. Prinsip Seumur Hidup
Sesungguhnya prinsip ini bersumber dari
pandangan mengenai kebutuhan dasar manusia dalam kaitan keterbatasan manusia di
mana manusia dalam sepanjang hidupnya dihadapkan pada berbagai tantangan dan
godaan yang dapat menjerumuskan dirinya sendiri kejurang kehinaan.
Dalam hal ini dituntut kedewasaan
manusia berupa kemampuan untuk mengakui dan menyesali kesalahan dan kejahatan
yang dilakukan, disamping selalu memperbaiki kualitas dirinya. Sebagaimana
firman Allah yang artinya: “Maka siapa yang bertaubat sesuadah kedzaliman
dan memperbaiki (dirinya) maka Allah menerima taubatnya....” (Qs: Al-Maidah:
39).
e. Prinsip Keutamaan
Dengan prinsip ini ditegaskan bahwa
pendidikan bukanlah hanya proses mekanik melainkan merupakan proses yang
mempunyai ruh dimana segala kegiatannya diwarnai dan ditujukan kepada
keutamaan-keutamaan. Keutamaan-keutamaan tersebut terdiri dari nilai nilai moral.
Nilai moral yang paling tinggi adalah tauhid. Sedangkan nilai moral yang paling
buruk dan rendah adalah syirik. Nabi Saw bersabda yang artinya: “Hargailah
anak anakmu dan baikkanlah budi pekerti mereka,” (HR. Nasa’i).
Adapun
mengenai pendekatan terhadap pendidikan Islam terdiri dari beberapa pendekatan
diantaranya adalah sebagai berikut:
·
Pendekatan Pengalaman.
Pendekatan pengalaman yaitu pemberian pengalaman keagamaan kepada siswa,
dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan.
·
Pendekatan Pembiasaan.
Pembiasaan
adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan
terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi.
·
Pendekatan Emosional.
Pendekatan emosional adalah adalah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi
dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik mana yang
buruk.
·
Pendekatan Rasional.
Pendekatan rasional adalah suatu pendekatan mempergunakan rasio (akal)
dalam memahami dan menerima kebesaran kekuasaan Allah.
·
Pendekatan Fungsional.
Pengertian fungsional adalah usaha memberikan materi agama menekankan kepada
segi kemanfaatan dalam
kehidupan sehari-hari, sesuai dengan tingkat perkembangan.
·
Pendekatan keteladanan.
Pendekatan
keteladanan adalah memperlihatkan keteladanan, baik yang berlangsung melalui
penciptaan kondisi pergaulan yang akrab maupun secara tidak berlangsung.
Pembentukan Kepribadian Muslim
Kepribadian Muslim dapat dilihat
dari kepribadian orang per-orang (individu) dan kepribadian dalam kelompok
masyarakat (ummah). Kepribadian individu meliputi ciri khas seseorang dalam
sikap dan tingkah laku, serta kemampuan intelaktual yang dimilikinya. Karena
adanya unsur kepribadian yang dimiliki masing-masing, maka sebagai individu
seorang Muslim akan menampilkan ciri khasnya masing-masing. Adapun mengenai
pembentukan kepribadian muslim kita dapat melihat ayat Al-qur’an yang berbunyi
di bawah ini:
Artinya:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya
ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada
yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Qs:
Al-‘Imron: 110).
Kalau kita
cermati dengan seksama Firman Allah di atas, kita dikatakan umat terbaik yang
dilahirkan sebagai manusia bila kita mempunyai tiga unsur pembentuk kebaikan
yang harus melekat pada diri kita dan mempu mengaplikasikannya kedalam
kehidupan, yaitu :
·
Mengajak pada yang ma’ruf.
·
Mencegah dari yang munkar.
·
Beriman kepada Alloh
Tidak berlebihan bila tiga hal ini
dikatakan sebagai tonggak peradaban manusia, sebuah fakta yang tidak bisa
dipungkiri bahwa tiga hal ini merupakan fondasi dan pilar dalam membangun
kehidupan manusia, yang mampu menciptakan keharmonisan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Tiga hal ini pula yang memberikan
inspirasi terbentuknya lembaga-lembaga yang mengatur hubungan sesama manusia,
hubungan lokal, regional, nasional maupun bilateral & multilateral untuk
mencapai tujuan universal. Kalau tiga hal ini terpisah antara satu dengan
yang lainnya, maka kemurnian tujuan universal itu pasti akan tercederai dan
tidak akan terwujud, yang terjadi justru sebaliknya yakni tujuan dengan
kepentingan pribadi, kelompok/golongan tertentu, sehingga mempengaruhi proses
terbentuknya menjadi (jama’ah/ individu) umat terbaik.
Tahapan Pembentukan Kepribadian
Muslim
Dalam
upaya untuk membentuk keperibadian
muslim merupakan suatu proses yang terdiri atas tiga tahapan, yaitu:
tahap pembiasaan, tahap pembentukan pengertian, minat
dan sikap, tahap pembentukan kerohanian yang luhur.
1)
Tahap
Pembiasaan
Tahap ini merupakan latihan-latihan
entang sesuatu agar menjadi terbiasa. Dalam proses pembiasaan harus dimulai
sejak masa kanak-kanak, karena ini adalah masa yang paling peka yang akan mempengaruhi
proses kehidupan selanjutnya. Pembiasaan dalam menanamkan nilai-nilai Islam
disesuaikan dengan taraf kemampuan rasio atau tingkatan berfikir.
2) Tahap Pembentukan Pengertian, Minat dan Sikap
Pada tahap ini merupakan pembentukan
pengertian, minat dan sikap. Jika pada tahap pertama baru pembentukan kebiasaan
dengan tujuan menanamkan kecakapan-kecakapan berbuat, maka pada tahap ini
adalah memberi pengetahuan dan pengertian tentang amalan-amalan yang dilakukan.
Tahap ini lebih menekankan pada
perkembangan akal, minat dan sikap atau pendirian. Pada tahap ini perlu ditanamkan
dasar-dasar kesusilaan yang erat kaitannya dengan kepercayaan, seperti
mencintai Allah dan Rasulnya, takut dan penuh harap kepadanya, syukur, jujur,
benar, ikhlas, sabar, tawakkal, menjauhkan diri dari sikap-sikap takabbur,
riya, iri, dengki dan lain-lain.
3) Tahap Pembentukan Kerohanian yang Luhur
Pada tahap ini pembentukan dititik
beratkan pada aspek-aspek kerohanian untuk mencapai kedewasaan rohaniyah,
yaitu yang dapat memilih, memutuskan dan berbuat atas dasar kesadaran
sendiri dengan penuh tanggung jawab.
Pada tahap ini dapat dilakukan dengan
menanamkan asas-asas kepercayaan (rukun iman) yang dihayati
sedalamdalamnya oleh budhi (jiwa), yang kemudian dapat mencapai
pengenalan (makrifat) kepada Allah. Orang yang telah mencapai makrifat
kepada Allah akan timbul dalam dirinya kesadaran dan pengertian yang
mendalam untuk selalu melakukan apa yang diperintahkan Allah dan berusaha
untuk selalu menjauhi apa-apa yang dilarangnya.