Sejarah
mencatat bahwa Perang Salib “jilid satu” telah diakhiri pada abad ke-13, namun
luka yang ditinggalkan baik dikalangan umat Islam maupun sentimen kaum salibis
tidak pernah habis. Energi umat Islam hampir terkuras dan pengorbanan harta
bahkan nyawa tidak terhitung banyaknya. Demikian pula yang terjadi pada kaum
salibis mereka memiliki nasib yang tidak jauh berbeda. Hanya saja yang paling
relevan dalam membedakannya adalah jaminan syurga bagi umat Islam dan jaminan neraka
bagi kaum salibis yang gugur dalam medan perang.
Pada
hakikatnya perang salib belumlah usai sebab kaum salibis sampai detik ini masih
terus mengintai kelemahan umat Islam yang suatu saat perang salib akan
dikobarkan lagi. Perang Salib “jilid dua” ini akan lebih kompleks dan jauh
lebih ganas dan mengerikan sebab telah muncu kelompok baru yang ikut serta
dalam laga medan perang yaitu; pihak Zionis yang akan berdampingan dengan kaum
salibis. Tujuan mereka adalah tidak lain untuk menyerang dan memerangi umat
Islam dari segala penjuru sehingga umat Islam tidak bisa bergerak karena sudah
terjadi perkepungan di segala tempat. Perang Salib “jilid dua” ini pada
dasarnya sudah dimulai sejak dulu namu
umat Islam banyak sekali yang tidak menyadarinya.
Gerakan
kaum salibis dan Zionis telah merambah dan meyebar keseluruh dunia Islam di
berbagai aspek kehidupan, gerakan yang diterapkan pada dasarnya adalah sebuah
cermin dari strategi perang modern yang dikemas dengan berbagai macam bentuk di
antaranya; perang peradaban, perang strategi, perang teror mental, pembunuhan,
pembaitaian dan yang lebih parah lagi adalah perang pemikiran.
Pada
setiap priode kehidupan umat, perang melawan orang kafir telah terbukti tidak
pernah berhenti sejenak pun, perang demi perang yang dihadapi tentunya akan
mengalami perbedaan dalam tingkat pertentangan. Setiap generasi memiliki
tantangan sesuai dengan perkembangan zaman, dengan berkembangnya tantangan maka
tantangan tersebut tidak mungkin sama dan akan mengalami bentuk atau variasi
yang berbeda-beda menurut situasi dan kondisi. Silih bergantinya pihak musuh
adalah salah satu faktor utama perbedaan serangan dan tantangan bagi setiap
generasi Islam.
Musuh-musuh
permanen umat Islam pada dasarnya berkisar pada empat besar golongan: Zionis,
Salibis, Ateis dan Paganis (penyembah berhala). Keempat golonga tersebut selalu
bersatu padu dalam rangka mengahancurkan musuh bebuyutan bersama yaitu; Islam
dan umat Islam. Sekalipun keempat golongan di atas menggunakan strategi yang
berbeda-beda akan tetapi tujuan mereka adalah untuk menghancurkan umat Islam.
Kata-kata hancur di sini tidak hanya hancur secara fisik akan tetapi hancur
dalam moral dan lebih berbahaya lagi adalah hancur dalam aqidah.
Sehingga
yang demikian itu bisa saja diartikan, sekalipun umat Islam tetap berpegang
teguh pada agamanya namun segala tingkah laku dan moralitasnya serta
pemikirannya telah terkontaminasi oleh musuh salah satunya adalah maraknya umat
yang berkiblat pada peradaban kafir dengan segala bentuk kekufuran dan
keingkaran baik yang samar maupun yang terang-terangan.
Inti
dari strategi musuh dari masa ke masa sebenarnya hanya satu, yaitu upaya
penghancuran dan pemurtadan umat Islam secara massal. Oleh sebab itu umat Islam
hendaknya menyadari dengan hal ini dan harus cerdas dalam menghadapi keganasan
serangan musuh, sebab perubahan dan perkembangan strategi musuh bisa dikatakan
setiap detik berkembang demi tercapainya sebuah tujuan utama mereka. Apabila
umat Islam tetap saja tidak bangkit dari tidur panjang yang telah didahuluinya
sejak abad ke-14 tidak menutup kemungkinan “Islam” hanyalah akan menjadi
sebuah monomen yang sekedar di kenang “Islam Hanyalah Tinggal Namanya”.