Setelah kita menyadari
pentingnya kembali kepada fitrah, lantas bagaimana sesungguhnya fitrah wanita
itu? Apakah fitrah itu sesuatu yang biasa dikerjakan manusia? Ataukah suatu
budaya yang telah berlangsung secara turun temurun? Bukan, fitrah adalah ketetapan yang Allah SWT gariskan bagi para
makhluknya. Allah yang menciptakan hambaNya sehingga Allah SWT yang paling
mengetahui apa-apa yang baik bagi hambaNya dan apa yang buruk bagi hambaNya.
Lalu Allah SWT memberikan tugas kepada masing-masing makhluk serta memberikan
perangkat dan alat sesuai dengan tugasnya di dunia. Ketika satu diantara mereka
menyerobot tugas yang bukan menjadi tugasnya, maka akan ada suatu pekerjaan
yang tidak tertangani dan semakin banyak pekerjaan yang tumpang tindih dan
semrawut akan semakin besar pula kekacauan yang timbul.
Allah
SWT menggariskan bagi kaum laki-laki untuk memimpin wanita karena memang Allah
SWT mengkaruniai suatu alat bagi laki-laki untuk memimpin yang tidak
dikaruniakan kepada wanita. Demikian pula Allah SWT
mempercayakan seorang bayi kepada kaum wanita lantaran Allah SWT telah
memberikan piranti kepadanya sesuatu yang tidak dimiliki oleh kaum laki-laki. Contoh
lain, Allah SWT menetapkan bagi wanita separuh dari bagian laki-laki dalam hak
waris, karena Allah SWT melebihkan suatu beban bagi kaum laki-laki dengan apa
yang tidak dibebankan dengan kaum wanita, yakni memberikan nafkah bagi
keluarga. Begitulah, Allah SWT memberikan sarana kepada makhluknya dengan apa
yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Jika demikian pantaskah kita
sambut seruan "persamaan gender" dalam hak-hak secara keseluruhan?
Jika
kaum wanita hari ini yang menuntut persamaan hak mendapatkan jatah kursi,
persamaan hak untuk mendapatkan jatah warisan dan barang murahan lainnya, maka
lihatlah apa yang menjadi tuntutan para shahabiyat yang seharusnya menjadi
teladan kita? Suatu ketika Asma' bin Yazid bin Sakan menghadap Rasulullah SAW
dan berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku adalah utusan para wanita
yang berada dibelakangku, mereka sepakat dengan apa yang aku katakan dan
sependapat dengan pendapatku… Sesungguhnya Allah SWT
mengutus Anda kepada laki-laki dan juga kepada para wanita. Kamipun beriman
kepada Anda dan mengikuti Anda sedangkan kami para wanita terbatas
gerak-geriknya, kami mengurus rumah tangga dan menjadi tempat menumpahkan
syahwat bagi suami-suami kami, kamilah yang mengandung anak-anak mereka. Namun
Allah SWT memberikan keutamaan kepada kaum laki-laki dengan shalat jama'ah,
mengantar jenazah, dan berjihad. Jika mereka keluar untuk berjihad, kamilah
yang menjaga hartanya dan memelihara anak-anaknya, maka apakah kami mendapatkan
pahala sebagaimana yang mereka dapatkan?"
Mendengar tuntutan Asma'
tersebut, nabi menoleh kepada para shahabat seraya bersabda, "Pernahkah
kalian mendengar pertanyaan seorang wanita tentang agamanya yang lebih bagus
dari pertanyaan ini?" Kemudian Beliau bersabda, "Pergilah wahai Asma'
dan beritahukan kepada para wanita dibelakangmu bahwa perlakuan baik kalian terhadap
suami dan upaya kalian mendapat ridho darinya serta keta'atan kalian kepadanya,
pahalanya sama dengan apa yang engkau sebutkan tentang pahala laki-laki.”