Untuk menyiasati pemberian ASI, banyak ibu bekerja yang kemudian
mencoba mengombinasikan ASI dengan susu botol. Kombinasi seperti ini memang
tidak dilarang. Namun, harus dilakukan dengan sangat hati-hati. ASI tercipta
sebagai respons langsung atas kebutuhan makan si bayi. Karena itu, memberikan
susu botol di tengah-tengah pemberian AS dikhawatirkan memengaruhi persediaan
ASI.
Walau begitu, kombinasi ini masih memungkinkan sejauh
dikonsultasikan sungguh-sungguh dengan ahli kesehatan. Namun, akan jauh lebih
baik jika diberikan pada saat pemberian ASI sudah benar-benar mapan sehingga
ASI tidak terkena dampak dari susu formula. Saat terbaik penggabungan ini
setelah minggu kelima atau keenam. Selain itu, disarankan memberikan ASI
terlebih dulu baru susu botol untuk mencegah berkurangnya jumlah pasokan ASI.
ASI Eksklusif Demi Sang
Anak
Kebahagiaan dan kebanggaan tidak terkira dirasakan ibu jika berhasil
menyusui bayinya, khususnya setelah hamil anak pertama. Sebab, air susu ibu
alias ASI merupakan makanan yang sempurna bagi bayi. Kunci kesuksesan menyusui
adalah rasa cinta, ketekunan, kesabaran, percaya diri, disertai penerapan
manajemen laktasi yang baik. Sejumlah ibu
yang baru memiliki bayi mengaku terpaksa memberikan susu formula lantaran harus
kembali bekerja. Produksi ASI pun menurun lantaran kelelahan setelah seharian
bekerja. Selain itu, banyak di antara mereka yang mengalami gangguan dalam
menyusui, seperti bayi tidak mau disusui, saluran ASI tersumbat.
"Sebenarnya bekerja bukan alasan bagi kita untuk berhenti
menyusui," kata Upik, karyawati swasta di Jakarta Pusat. Sejak awal, ia
telah bertekad untuk memberikan ASI secara eksklusif selama enam bulan kepada
bayinya. Hal ini bertujuan meningkatkan daya tahan tubuh si kecil dari berbagai
penyakit.
Agar tetap dapat memberikan ASI kendati tidak secara langsung, ia
selalu memerah ASI dengan menggunakan pompa elektrik sebanyak dua kali selama
bekerja di kantor. "Karena kantor tidak memiliki ruang untuk memerah ASI,
saya terpaksa memerah ASI di kamar kecil yang jarang dipakai," ujarnya. ASI
perah itu dimasukkan ke dalam botol dan disimpan dalam lemari pendingin yang
ada di kantornya. Untuk menjaga kebersihan wadah penyimpanan maupun alat pompa
ASI, ia pun menyimpan alat sterilisasi di tempat kerjanya. "ASI perah itu
biasanya untuk keesokan harinya," ujarnya.
Saat hampir berusia enam bulan, anaknya mulai diberi makanan
pendamping ASI. "Saya sebenarnya ingin terus memberikan ASI, tapi anak
saya enggak mau sendiri, sudah pengin dapat makanan tambahan. Jadi, ya terpaksa
sekarang ia diberi susu formula. Padahal, sebenarnya ASI saya masih lancar,
tidak kering," kata Upik. Sementara Ny
Lia, warga Serpong yang bekerja di kawasan Palmerah, Jakarta, dengan bangga
menuturkan bahwa ketiga anaknya mendapatkan ASI eksklusif minimal selama enam
bulan. Hal ini dilandasi keinginannya agar ketiga anaknya tumbuh kembang
optimal, tidak mudah sakit dan cerdas. "Buktinya, ketiga anak saya jarang
sakit. Paling hanya pilek, itu pun cepat sembuh," ujarnya.
Untuk itu, ia setiap hari memerah ASI dengan menggunakan tangan
sebanyak dua sampai tiga kali di kantornya. ASI perah itu kemudian disimpan di
dalam kantong es berlapis dua dan diletakkan dalam lemari pendingin. "Anak
pertama saya hanya mendapat ASI sampai usia enam bulan karena saya keburu
mengandung lagi. Tapi kedua adiknya mendapat ASI sampai hampir setahun,"
kata Lia.