Pembahasan tentang proses kemunduran tiga kerajaan besar ini akan dijelaskan secara jelas dan sistematis berdasarkan urutan keruntuhan masing-masing, yaitu:
1. Kemunduran dan kehancuran Kerajaan Safawi.
2. Kemunduran dan kehancuran Kerajaan Mughal.
3. Kemunduran Kerajaan Utsmani.
4. Kemajuan Eropa (Barat).
Adapun poin yang ke-4 merupakan poin tambahan yang merupakan akibat dari kemunduran dan kehancuran tiga kerajaan besar yang berdampak positif khususnya di Eropa Barat.
A. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi
Berdasarkan kutipan sejarah tertulis, bahwa Kerajaan Safawi berturut-turut diperintah atau dipimpin oleh enam raja besar, yaitu: Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan Abbas III (1733-1736 M.
Pada masa raja-raja besar tersebut di atas kondisi Kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran. Keadaan yang demikian sebagian besar disebabkan oleh karakter dan sifat yang lemah, otoriter dan fanatik terhadap pemahaman serta keinginan untuk memperluas kekuasaan dari jiwa raja-raja yang memerintah Kerajaan Safawi itu sendiri.
Adapaun penyebab utama dari kemunduran dan kehancuran Kerajaan Safawi adalah sebagai berikut:
- Konflik yang berkepanjangan dengan Kerajaan Utsmani. (konflik pemahaman terhadap kebenaran).
- Dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin Kerajan Safawi. (sebagian besar pecandu narkotik dan menyenangi kehidupan malam).
- Pasukan Ghulam (budak-budak) yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi, hal ini disebabkan karena pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlatih dan tidak melalui proses pendidikan rohani.
- Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.
B. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal
Terjadinya kemunduran dan kehancuran Kerajaan Mughal dilatar belakangi dengan merosotnya kekuasaan politik, tindakan seorang pemimpin yang keras menerapkan pemikiran puritanisme (sikap dan keinginan untuk selalu menghadirkan dan mempraktikkan nilai-nilai dan ajaran-ajaran agama ke dalam kehidupan sehari-hari), dan perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana sendiri.
Akan tetapi faktor utama yang menyebabkan kekuasan Kerajaan Mughal mundur dan berakhir dengan kehancuran adalah sebagai berikut:
- Terjadinya stagnasi (keadaan tidak maju) dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal. Bahkan yang lebih parah mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persenjataan buatan Mughal sendiri.
- Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
- Pendekatan Aurangzeb yang terlampau kasar dalam melaksanakan ide-ide puritan (keagamaan yang memperjuangkan "kemurnian" doktrin dan tata cara peribadatan, begitu juga keshalehan perseorangan dan jama’ah) dan kecenderungan asketisnya (ajaran-ajaran yang mengendalikan latihan rohani dengan cara mengendalikan tubuh dan jiwa sehingga tercapai kebijakan-kebijakan rohani), sehingga konflik antara agama sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
- Semua pewaris tahta kerajaan pada awal sampai akhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.
C. Kemunduran Kerajaan Utsmani
Tertulis dalam sejarah bahwa, pada dasarnya Kerajaan Utsmani mulai memasuki fase kemunduran pada abad ke 1566 M. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran tersebut tidak langsung terlihat jelas.
Seiring berjalannya waktu dan peralihan kekuasaan yang berbeda-beda dalam menjalankan pemerintahan, sehingga terjadi banyak konflik yang menyebabkan pertempuran yang tidak bisa dihindarkan, oleh sebab itu Kerajaan Utsmani sedikit demi sedikit semakin melemah.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa faktor utama yang menyebabkan Kerajaan Utsmani mengalami kemunduran di antaranya adalah:
- Wilayah Kekuasan yang Sangat Luas. Sehingga administrasi pemerintahan menjadi rumit dan tak beres. Di sisi lain, para penguasanya memiliki ambisi yang besar untuk memperluas wilayah kekuasaan.
- Heterogenitas Penduduk. Akibat menguasai wilayah yang luas, Turki Usmani mengendalikan berbagai etnis pendduk. Heteroginitas itu memicu banyaknya pemberontakan.
- Kelemahan Para Penguasa. Sepeninggal Sulaiman Al-Qanuni, Turki Usmani dipimpin sultan-sultan yang lemah, baik keperibadian, maupun kepemimpinan. Akibatnya pemerintahan menjadi kacau.
- Budaya Pungli. Perbuatan pungli melemahkan kekuatan kerajaan. Setiap orang yang menginginkan jabatan harus menyuap atau membayar uang pelicin.
- Merosotnya Ekonomi. Peperangan yang terus dilakukan membuat perekonomian merosot. Pendapatan berkurang, sementara belanja untung perang terus menguras anggaran negara.
- Terjadinya Stagnasi Dalam Lapangan Ilmu dan Teknologi. Kemajuan yang telah dicapai dalam ilmu pengetahuan dan teknologi tak dikembangkan para penguasa terakhir. Akibatnya, Turki Usmani kalah canggih dari segi persenjataan dibandingkan negara-negara Barat.
D. Kemajuan Eropa (Barat)
Bersamaan waktunya dengan kemunduran tiga kerajaan Islam di preode pertengahan sejarah Islam, Eropa Barat sedang mengalami kemajuan dengan pesat. Hal ini berbanding terbalik dengan masa klasik sejarah Islam. Ketika itu, peradaban Islam dapat dikatakan paling maju, memancarkan sinarnya ke seluruh dunia, sementara Eropa sedang berada dalam kebodohan dan keterbelakangan.
Kemajuan Eropa Barat pada dasarnya bersumber dari khazanah ilmu pengetahuan dan metode berpikir Islam yang rasional. Dan di antara saluran masuknya peradaban Islam ke Eropa itu adalah Perang Salib, Sicilia dan yang terpenting adalah Spanyol Islam. Dengan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan metode berpikir Islam pada masa itu melahirkan sebuah masa yang biasa disebut masa renassiance (masa pencerahan). Sehingga tertulis dalam sejarah bahwa gerakan-gerakan reassiance melahirkan perubahan-perubahan besar dalam sejarah dunia.