Periode modern dalam sejarah islam mbermula dari tahun 1800 M dan
berlangsung sampai sekarang. Di awal periode ini kondisi dunia Islam secara
politis berada di bawah penetrasi kolonialisme. Baru pada pertengahan abad
ke-20 M dunia Islam bangkit memerdekakan negerinya dari penjajah Barat. Periode
ini merupakan zaman kebangkitan kembali Islam.
A.
Kemunduran Umat Islam
Ketika kerajaan Isalm sedang mengalami kemunduran di abad ke-18,
Eroppa Barat mengalami kemajuan dengan pesat. Kerajaan Syafawiyah mengalami
kemunduran karena tidak hanya mendapat serangan dari kerajaan Turki, tetapi
juga mendapat serangan dari kalangan Dinasti yang tunduk pada Safawiyah yang
ingin merdeka, saperti raja Afganistan yang pada tahun 1722M berhasil menduduki
Asfahan, disusul kemudian serangan Dinasti Zand yang pada tahun 1750M berhasil
menguasai seluruh Persia. Oleh sebab itu, berakhirlah kekuasaan kerajaan Safawi
di pertengahan abad ke-18.
Di belahan Timur, kerajaan Mughal juga dilanda kemunduran, tepatnya
pada pemerintahan setelah Aurangzeb yang mendapat serangan dari masyarakat
Hindu. Di antaranya berasal dari pemberontakan Sikh yang dipimpin oleh Guru
Tegh Mahabur Dean, guru Gobin Singh. Pada awal paruh kedua abad ke-1M, Kerajaan
Mughal hancur di tangan Inggris yang kemudian mengambil alih kekuasaan di anak
benua India.
Kekuatan Islam terakhir yang masih disegani oleh lawan tinggal Kerajaan Usmani di Turki. Akan
tetapi, yang terakhir ini juga terus
mengalami kemunduran-demi kemunduran sehingga dijuluki sebagai the sickman of
Europe, orang sakit dari Eropa. Dalam periode kerajaan Usmani, peradaban Islam
mendapat perlawanan dari dua arah, yaitu dari dalam (perlawanan dari orang
Islam sendiri) dan luar (serangan balik dari Eropa khususnya kerajaan Kristen).
Perlawanan dari dalam, kerajaan Usmani dilanda konflik antara
penguasa Turki dan daerah kekuasaannya yang menuntut merdeka, seperti Mesir dan
negara Arab lainnya. pada saat itu, Turki dipandang bukan sebagai khalifah yang
melindungi Islam, tetapi tidak lebih sebagai kerajaan yang hanya mementingkan
kekuasaan, bahkan corak keislaman dalam kehidupan Istana tidak terilat, yang
ada hanya kemewahan. Atas dasar itulah, terjadilah peperangan dengan kerajaan
Safawiyah yang berkepanjangan sampai runtuhnya Usmani secara total.Meskipun
demikian, ada yang berpendapat bahwa terjadinya peperangan itu karena
memperebutkan wilayah Irak pada abad ke-18. Ada pendapat lain bahwa timbulnya
peperangan itu karena perang ideologis antara Sunni dan Syiah.
Kemerosotan Kesultanan Turki Usmani makin cepat setelah mendapat
serangan dri dunia Barat sehingga daerah kekuasaannya satu persatu jatuh
kembali ke tangan Kristen. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kelemahan
kerajaan-kerajaan Islam tersebut telah menyebabkan Eropa dapat menguasai, menduduki,
dan menjajah negeri-negeri Islam dengan mudah.
B.
Renaisans di Eropa
Pada awal kebangkitannya, Eropa mengalami tantangan berat karena
harus berhadapan dengan kekuatan-kekuatan perang Islam yang sulit dikalahkan,
terutama Kerajaan Usmani yang berpusat di Turki. Tidak ada jalan lain, mereka
harus menembus lautan yang dianggap sebagai pembatas ruang gerak mereka
(Stoddard, 1966:25).
Setelah ditemukan jalan melalui laut oleh Cristhoper Colombus
(1492M) penemu Benua Amerika dan Vasco da Gama menemukan jalan ke Timur melalui
Tanjung Harapan (1498M) maka Benua Amerika dan kepulauan Hindia jatuh di bawah
kekuasaan Eropa. Eropa tidak lagi tergantung pada jalur lama yang dikuasai umat
Islam. Dari situlah perdagangan di Eropa semakin maju dan terjadi perputaran
nasib dalam sejarah seluruh umat manusia.
Perekonomian bangsa-bangsa Eropa semakin maju. Kemajuan mereka
melampaui kemajuan Islam yang sejak lama mengalami eunduran. Teknologi
perlengkapan dan militer berkembang dengan pesat. Eropa menjadi penguasa lautan
dan bebas melakukan kegiatan ekonomi dan perdagangan ke seluruh dunia. Satu
demi satu negeri Islam jatuh di bawah kekuasaannya sebagai negeri
jajahan.negeri-negeri Islam yang pertama dikuasai Barat adalah negeri Islam di
Asia Tenggara dan di Anak Bebua India, kemudian negeri-negeri Islam di Timur
Tengah yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Usmani. Meskipun mengalami
kemunduran, negara-negara tersebut masih disegani dan dipandang masih cukup
kuat untuk berhadapan dengan kekuatan militer Eropa saat itu.
Dengan jatuhnya kerajaan Mughal ke tangan Hindu, sempurnalah
kemunduran dunia Islam. Sebaliknya, dunia Barat makin kuat dan suka
menerkamdunia Islam. Satu per satu dunia Islam dikuasai oleh Barat. Masa itu
populer disebut zaman imperialisme. Itulah masa arus balik pengaruh Islam di
Eropa. Sebab, Islamlah yang menghantarkan Barat memasuki masa kebangkitan
kembali (renaisans), sedangkan Islam sendiri saat itu terperangkap dalam
kemewahan dan kekuasaan sehingga lupa mengembangkan kebudayaan dan
peradabannya, serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebabitu,
dapat dikatakan bahwa kekalahan dunia Islam pada zaman tiga kerajaan besar itu
disebabkan oleh keadaan di mana dunia Islam mengabaikan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
C.
Imperialisme Barat terhadap Dunia Islam
Dengan melemahnya dunia politik, dan militer islam, lahirlah babak
baru dalam sejarah dunia Islam sebagai counter gerakan dunia Islam yang
terwujud dalam gerakan sporadis dari setiap wilayah yang dijajah karena igin
merdeka, mengingat kekuatan integratif ataupun kordinatif yang mempersatukan
Islam sudah tidak mendapat legitimasi dari masyarakat Islam. Sementara itu,
masa depan Islam bertumpu pada sejauh mana kekuatan Islam melakukan perlawanan,
kendati bersifat lokal.
India ketika berada pada masa pemerintahan Mughal adalah negeri
yang kaya dengan hasil pertanian. Hal itu mengundang Eropa yang sedang
mengalami kemajuan berdagang ke sana. Awal abad ke-17, inggris dan Belanda
mulai menginjakkan kaki di India. Tahun 1611M, Inggris mendapatkan izin
menanamkan modal, dan tahun 1617M, Belanda mendapat izin yang sama. Akhirnya,
pada tahun 1899M kesultanan Muslim Baluchistan jatuh dibawah kekuasaan
India-Inggris, yang memang sebelumnya telah diincarnya. Asia Tenggara, negeri
tempat Islam baru mulai berkembang merupakan daerah rempah-rempah erkenal pada
masa itu dan menjadi ajang perebutan negara-negara Eropa.
Kekuatan Eropa malah lebih awal menancapkan kekuasaannya di negeri
ini (Asia Tenggara). Hal itu dimungkinkan karena dibandingkan dengan Mughal,
kerajaan-kerajaan Islam di Asia Tenggara lebih lemah sehingga midah
ditaklukkan. Kerajaan Islam Malaka yang berdiri pada awal abad ke-15 M di
Semenanjung Malaya merupakan kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara setelah
Saudera Pasai yang ditaklukkan oleh Portugis tahun 1511 M. Pada tahun1521 M,
Spanyol datang ke Maluku dengan tujuan dagang. Spanyol berhasil menguasai
Filiphina, termasuk di dalamnya beberapa kerajaan Islam, seperti Kesultanan
Manguindanao, Kesultanan Buayan, dan Kesultanan Sulu. Bahkan, abad ke-19 M,
Inggris menguasai seluruh Indonesia untuk jangka waktu yang tidak terlalu lama.
Sebagaimana di India, di Asia Tenggara kekuasaan politik
negar-negara Eropa berlanjut terus sampai pertengahan abad ke-20 M, ketika
negeri-negeri tersebut memerdekaan diri dari kekuasaan asing.
Ekspedisi Barat ke Timur Tengah dimulai ketika Kerajaan Usman
mengalami kemunduran, sementara Barat mengalai kemajuan di segala
bidang,seperti perdagangan, ekonomi, industri perang, dan teknologi militer.
Meskipun demikian, nama besar Turki Usmani masih disegani oleh Eropa Barat
sehingga mereka tidak melakukan penyerangan ke wilayah-wilayah kekuasaan
kerajaan Islam. Namun, kekalahan besar kerajaan Usmani dalam menghadapi
serangan Eropa di Wina tahun 1683 M menyadarkan Barat bahwa Kerajaan Usmani
telah mundur jauh sekali. Sejak itulah, kerajaan Usmani berulangkali mendapat
serangan-serangan besar dari Barat.
D.
Kebangkitan Kembali Dunia Islam
Benturan-benturan antara Islam dengan kekuatan Eropa telah
menyadarkan umat Islam bahwa mereka memang jauh tertinggal dari Eropa. Yang
pertama merasakan hal itu diantaranya, Turki Usmani karena kerajaan itu yang
pertama menghadapi kekuatan Eropa. Kesadaran itu memaksa penguasa dan
pejuang-ejuang Turki banyak belajar dari Eropa.
Pada pertengahan abad ke-20 M, Dunia Islam bangkit memerdekakan
negerinya dari penjajahan Barat. Periode ini merupakan zaman kebangkitan
kembali Islam, setelah mengalami kemunduran di periode pertengahan. Dengan
demikian, yang dimaksud dengan kebangkitan Islam adalah kristalisasi kesadaran
keimanan dalam membangun tatanan seluruh aspek kehidupan, yang berdasar atau
sesuai engan prinsip Islam. Makna ini mempunya implikasi kewjiban bagi umat
Islam untuk mewujudkannya melalui gerakan-gerakan, baik di bidang ekonomi,
politik, sosial, maupun budaya. Usaha untuk memulihkan kembali kekuatan Islam
disebut dengan gerakan pembaruan. Pada periode ini mulai bermunculan pemikiran
pembaruan dalam Islam.
Gerakan pembaruan dalam Islam muncul karena dua hal, sebagai
berikut.
a.
Kesadaran
para Ulama terhadap Ajaran-Ajaran Asing yang Masuk dan Diterima sebagai Ajaran
Islam
Ajaran asing
yang masuk dan diterima sebagai ajaran Islam sangat bertentangan dengan
semangat ajaran Islam yang sebenarnya, seperti bidah, khurafat, dan takhayul.
Ajaran itulah yang menyebabkan Ialam menjadi muduroleh karena itu, mereka
bangkit membersihkan Islam dari ajaran atau paham tersebut. Gerakan ini dikenal
sebagai gerakan reformasi. Gerakan-gerakan itu antara lain:
·
Gerakan
Wahhabiyah dipelopori oleh Muhammad ibn Abdul al-Wahhab (1703-1787 M) di
Arabia.
·
Gerakan
Syah Waliyullah (1703-1762 M) di India.
·
Gerakan
Sanusiyyah di Afrika Utara yang dipimpin oleh Said Muhammad Sanusi dari
Aljazair.
b.
Barat
Mendominasi Dunia di Bidang Politik dan Peradaban
Persentuhan
dengan Barat menyadarkan tokoh-tokoh Islam akan ketertinggalan mereka. Oleh
sebab itu, mereka bangkit dengan mencontoh Barat dalam masalah-masalah politik
dan peradaban untuk menciptakan balance of power.
E.
Gerakan Pembaharuan Islam
Diantara tokoh-tokoh pembaharuan islamadalah Muhammad Abdul Wahab,
Jamaludin al-Afgani, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Rida, Sayid Ahmad Khandi
India Sultan Ahmad III dan Sultan Mahmud II.
1.
Muhammad Abdul Wahab
Muhammad bin
Bdul Wahab adalah seorang pemimpin yang aktif berusaha mewujudkan pikirannya.
Ia mendapat dukungan dari Muhammad ibn Su’ud dan putranya Abdul Aziz di Nejed.
Paham-paham Muhammad Abdul Wahab tersebar luas dan pengikutnya bertanbah
banyak. Pada tahun 1773 M paham Muhammad Abdul Wahab mendapatkan tempat sebagai
paham mayoritas di Riyadh.
Di tahun 1787,
Muhammad Abdul Wahab meninggal dunia. Namun ajaran-ajarannya tetap hidup dan
mengambil bentuk aliran yang dikenal dengan nama Wahabiyah.
2.
Jamaludin al-Afgani
Gagasan
Jamaludin al-Afgani mengilhami kaum muslim di Turki, Iran, Mesir dan India.
Meskipun sangat anti imperialism barat. Ia tidak melihat adanya kontradiksi
antara islam dan ilmu pengetahuan. Namun, gagasannya untuk mendirikan sebuah
universitas yang khusus mengajarkan ilmu pengetahuan modern di turki menghadapi
tantangan kuat dari para ulama. Pada akhirnya, ia diusir dari Negara tersebut.
Guru dan murid dari Jamaludin al-Afgani sempat mengunjungi beberapa Negara
eropa dan sangat terkesan dengan pengalaman mereka disana.
3.
Muhammad Abduh
Muhammad Abduh
adalah salah seorang murid dari
Jamaludin al-Afgani. Ia berpandangan bahwa reformasi sosial serta pendidikan
merupakan jalan menuju reformasi politik serta pembebasan kaum muslimin dari
cengkraman Barat. Penafsiran yang ia lakukan tidak menyerukan seruan
revolusioner untuk memperbaiki kondisi
yang ada berdasarkan pemikiran kapitalisme yang kafir, namun hanya tindakan
koampromi dan adaptasi antara antara islam dengan perasaan zaman dan
tuntutan-tuntutannya.
4.
Muhammad Rasyid Rida
Muhammad Rasyid
Rida memperoleh pendidikan Islam Tradisional dan menguasai bahasa asing (Perancis
dan Turki) yang menjadi jalan masukknya untuk mempelajari ilmu pengetahuan
secara umum. Oleh sebab itu, tidak sulit bagi Rida untuk bergabung dengan
gerakan pembaruan Jamaludin al-Urwah al-Wusqa yang ditebitkan di Paris dan
disebarkan di Mesir.
Dalam pandangannya,
Muhammad Rasyid Rida berpendapat bahwa kaum muslimin diwajibkan melakukan
pembelaan terhadap orang-orang nonmuslimin yang tunduk di bawah pemerintahan
kaum muslimin, dan memperlakukan mereka sama seperti kaum mislimin sesuai
dengan ketentuan yang digariskan oleh syariat. Menurutnya, pemuda Islam harus
memiliki patrostisme, yakni menjadi teladan yang baik bagi rakyat negaranya,
apa pun agama mereka, yang penting mampu bekerja sama dalam kegiatan yang sah
demi mempertahankan kemerdekaan, mengembangkan ilmu pengetahuan, kebaikan,
kekuatan dan sumber-sumber sejalan dengan hukum islam, yang mengutamakan
hubungan erat hak-hak dan kewajiban-kewajiban.
5.
Sayid Ahmad Khan
Sebagai langkan
untuk membangkitkan kembali umat islam, Sayid Khan mengemukakan tiga langkah
yang harus ditempuh, yaitu bekerja sama di bidang politik, mengambil ilmu-ilmu
kebudayaan barat, menafsirkan ulang islam dalam bidang pemikiran. Gagasan untuk
menjalin hubungan dengan negara Inggris dan menyingkirkan penolakan kaum
muslimin terhadap kemajuan barat mulai ia perjuangkan.
Kemunduran umat
islam disebabkan karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Untuk itu,
ia menganjurkan umat Islam menguasai ilmu pengetahuandan teknologi modern. Pada
konteks ini, kerja sama dengan Inggris yang menguasai India ketika itu
merupakan salah satu pendekatan strategis, di samping mengembangkan
lembaga-lembaga pendidikan yang maju, seperti Sekolah Inggris di Muradabad dan
Mohammedan Anglo Oriental Collede (MAOC) di aligarh.
Sayid Ahmad
Khan meyakini bahwa pendidikan merupakan satu-satunya jalan bagi umat islam di
India, untu memiliki negara tersendiri yang terpisah dari umat hindu. Pengikut
ide-ide pembaharu ini bertambah besar pasca pendidikan yang dipeloporinya.
Gerakan yang berjuang di bawah pancaran kiprahnya dikenal sebagai gerakan
Aligarh, dengan beberapa tokoh sentralnya, seperti Muhsin al-Mulk (1837-1970M),
Vigar al-Mulk (1841-1917M), Shibli (1857-1914 M) dan Hali (1837 M).
Ketidaksepakatannya
dengan sikap kooperasi gerakan aligarh dan pemerintah kolonial Inggris, Shibli
keluar dan mendirikan organisasi sebdiri bernama Nadwatul Ulama. Di lembah
inilah, Shibli mengkader para mahasiswa pilihannya, di antaranya adalah maulana
Abdul Kalam Azad (1888-1958 M) yang dalam kiprahnya menyuarakan kembali ide
khalifah dan pan-Islamis-me. Gagasan serupa yang mengilhami kiprah dari Maulana
Muhammad Ali (1878-1931M) yang getol melancarkan gerakan anti diskriminasi di
tanah India. Pandangan berbeda juga muncul dari pemikir India lainnya, yakni
Muhammad Iqbal. Tokoh ini menolak perlunya didirikan kembali khilafah karena
islam sejatinya bukanlah konsep politik untuk mendirikan pemerintahan,
melainkan kesetiaan kepada Tuhan dan hukum-hukum-Nya. iqbal lebih percaya pada
format demokrasi yang dibangun atas dasar Islam. Menurutnya gerakan pembaruan
islam mencapai titik kompromi antara doktrin islam dan rasionalisme barat tanpa
ada bentrokan.
6.
Sultan Ahmad III
Sultan Ahmad
III adalah orang yang memulai pembaharuan dikerajaan usmani. Pada tahun 1717 M,
seorang perwira prancis bernama De Rochefart datang ke Istambul dengan usul
membentuk suatu korps artileri tentara Usmani berdasarkan ilmu-ilmu kemiliteran
modern. Di tahun 1729, datang lagi seorang prancis Comte de Bonneval masuk
islam dengan nama baru Humbaraci Pasya. Ia bertugas melatih tentara Usmani
untuk pemakaian peralatan ( Meriam) modern. Untuk menjalankan tugas ini ia dibantu
oleh Macarthy dari Irlandia, Ramsay dari skotlandia dan Mornai dari Prancis. Atas
usaha ahli-ahli eropa inilah, taktik dan teknik militer modern pun dimasukkan
kedalam angkatan perang Usmani.Oleh sebab itu, pada tahun 1734 M dibuka sekolah
teknik miiter untuk pertama kalinya.
Di bidang
non-militer, pemikiran dan usaha pembaharuan dicetuskan oleh Ibrahim
Mutafarrika ( 1670-1754 M). Ia memperkenalkan ilmu-ilmu pengetahuan modern dan
kemajuan barat kepada masyarakat turki disertai usaha penerjemahan buku-buku
barat kedalam bahasa Turki. Suatu badan penerjemah yang terdiri atas 25 orang
anggota dibentuk pada tahun 1717 M.
7.
Sultan Mahmud II
Sultan mahmud
II secara radikal memulai gerakannya merombak struktur pengelolaan kenegaraan
antar eksekutif dan yudikatif. Di bidang hukum, ia memilah antara urusan hukum
islam dan hukum barat ( sekuler ). selain pembaruan di bidang militer, Sultan
mahmud II juga mengubah kurikulum pendidikan menjad lebih apresiatif dengan
materi-materi bacaan dari barat. Atas perintahnya, banyak pelajar yang dikirim
untuk belajar ilmu pengetahuan dan teknologi ke Eropa.
Ide-ide
pembaruan Sultn Mahmud II dilanjutkan oleh gerakan Tanzimat dengan 2 tokoh
sentralnya yaitu Mustafa rasyid Pasya( 1800-1858 M) dan Mustafa Sami. Selain
tokoh-tokoh tersebut Shadiq Rif’at ( 1807 M) merupakan figur terkemuka yang
menyerukan perlunya jaminan hak-hak asasi bagi warga negara, disamping
keharusan pemerintah untuk bersikap demokratis dan tidak korupsi agar tercipta
kemakmuran dan kemajuan.