Perubahan, kata Senge (1990) merupakan sesuatu yang tidak bisa
dielakkan, karena ia melekat dalam proses pengembangan masyarakat. Kebutuhan
untuk bisa survive dalam ketidak pastian dan perubahan menjadi tuntunan
masa kini. Perubahan terjadi begitu cepat dan luas, termasuk mengubah
dasar-dasar asumsi dan paradigma memandang perubahan. Oleh karena kerangka
sustainabilitas pendidikan, harus diletakkan dalam kerangka perubahan yang luar
tersebut.
Dari kerangka sustainabilitas inovasi tersebut di atas, ditempatkan
nilai-nilai sekolah di tengah antara kondisi internal dan kondisi eksternal.
Tarikan kondisi internal dan eksternal tersebut berproses dari kondisi di masa
sekarang, dan bergerak menuju masa depan. Nilai-nilai sekolah haruslah bersikap
inspiratif dalam proses pertumbuhan dari masa sekarang menuju masa depan dengan
nilai-nilai, visi, missi dan strategi serta program yang jelas.
Kita melihat pada sisi internal di masa sekarang sekolah haruslah
melakukan upaya membangun sistem kelembagaan yang efisien. Secara eksternal,
sekolah haruslah memperhitungkan reputasi
dan legitimasi itu di mata masyarakat, dengan asumsi, djika reputasi dan
legitimasi itu bagus, maka sekolah akan dengan mudah meraih dukungan dari masyarakat. Dukungan masyarakat adalah modal
yang berharga bagi pengembangan dunia pendidikan.
Tuntungan terhadap lembaga inovasi juga datang karena desakan dari
jalur pertumbuhan yang datang dari luar sebagai hasil dari perubahan. Perlu
dicatat bahwa perubahan sendiri, justru merupakan sumbangan dari proses
pendidikan, baik langsung atau tidak langsung, baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama dengan faktor-faktor lain seperti faktor sosial, ekonomi, agama maupun
politik. Pendidikan memberikan jalan efektif dalam membangun dan mempercepat
perubahan. Sebaliknya arah, isi, tujuan, strategi, juga pemasaran pendidikan
kemudian dipengaruhi oleh perubahan sosial.
Dunia di mana kita berpijak terus mengalami pergeseran. Kita coba
tinggalkan pola hidup masyarakat agraris memasuki pola hidup masyarakat
industri. Kita tinggalkan dunia tradisional dan kita msuk ke babak baru, dunia
modern. Bahkan sebagian masyarakat telah meninggalkan keduanya, dan kini
mamasuki jalur pertumbuhan sebagaimana yang dikemas oleh mode produksi
posmodernitas. Meski harus dicatat pula, cara berpikir masyarakat ada saja yang
di satu sisi berpijak pada asumsi-asumsi modernist dan bahkan posmodernist, namun
di sisi lain masih memegang asumsi-asumsi dan jalur pertumbuhan pramodernisme.