Persoalan pengetahuan yang bertalian dengan sumber-sumber
pengetahuan, dijawab oleh aliran-aliran berikut ini:
a.
Rasionalisme, berpandangan
bahwa semua pengetahuan bersumber pada akal. Akal memperoleh bahan lewat indera
untuk kemudian diolah oleh akal, sehingga menjadi pengetahuan. Rasionalisme
mendasarkan metode deduksi, yaitu cara memperoleh kepastian melalui
langkah-langkah metodis yang bertitik tolak dari hal yang bersifat umum untuk
mendapatkan kesimpulan yang bersifat khusus.
b.
Empirisme, berpendirian
bahwa semua pengetahuan diperoleh lewat indera. Indera memperoleh kesan-kesan
dari alam nyata, untuk kemudian kesan-kesan tersebut berkumpul dalam diri
manusia, sehingga mnenjadi pengalaman.
c.
Realisme, adalah aliran
yang menyatakan bahwa objek-objek pengetahuan yang diketahui adalah nyata dalam
dirinya sendiri. Objek-objek tersebut tidak bergantung adanya pada yang
mengetahui, yang mencerap atau tidak bergantung pada pikiran. Pikiran dan dunia
luar saling berinteraksi, akan tetapi interaksi ini tidak mempengaruhi sifat
dasar dunia. Dunia tetap ada sebelum pikiran menyadarinya dan akan tetap ada
setelah pikiran berhenti menyadarinya.
d.
Kritisisme, adalah aliran
yang berusaha menjawab persoalan pengetahuan dengan tokohnya Immanuel Kant.
Titik tolak Kant adalah ruang dan waktu sebagai dua bentuk pengamatan. Akal
menerima bahan-bahan pengetahuan dari empiri (dari indera empiri ekstern dan
dari pengalaman sebagai empiri intern). Bahan-bahan yang berupa empiri tersebut
masih kacau. Kemudian akal mengatur dan menertibkan dalam bentuk pengamatan,
yakni ruang dan waktu.
Sedangkan persoalan pengetahuan yang menekankan pada hakikat
pengetahuan, dijawab oleh aliran-aliran berikut ini:
a.
Idealisme, berpendirian
bahwa pengetahuan adalah proses mental ataupun proses psikologis yang sifatnya
subjektif. Pengetahuan merupakan gambaran subjektif tentang kenyataan.
Pengetahuan tidak menggambarkan kebenaran yang sesungguhnya atau pengetahuan
tidak memberikan gambaran yang tepat tentang hakikat sesuatu yang berada di
luar pikiran manusia.
b.
Empirisme, berpendirian
bahwa hakikat pengetahuan adalah berupa pengalaman. Pengalaman merupakan ukuran
terakhir dari kenyataan.
c.
Positivisme, berpendirian
bahwa kepercayaan-kepercayaan yang dogmatis harus digantikan dengan pengetahuan
yang faktawi. Apapun yang berada di luar dunia pengalaman tidak perlu
diperhatikan.
d.
Pragmatisme, tidak
mempersoalkan hakikat pengetahuan melainkan menanyakan apa guna pengetahuan
tersebut. Daya pengetahuan hendaklah dipandang sebagai sarana bagi perbuatan.