Pembaruan di negara-negara Timur Tengah tidak hanya tersebar di
lingkungan mereka sendiri, namun juga meluas hingga ke Indonesia.
Pengaruh-pengaruh dari pembaruan antara lain sebagai berikut:
Pertama. Gema
pembaharuan yang dilakukan oleh Jamaludin al-Afgani dan Syekh Muhammad Abdul
Wahhab sampai juga ke Indonesia, terutama trhadap tokoh-tokoh seperti Haji
Muhammad Miskin ( Agam, Sumatra Barat), Haji Abdur Rahman ( Kabupaten Lima
Puluh Kota, Sumatra Barat), dan Haji Salman Faris (Kabupaten Tanah Datar,
Sumatra Barat). Mereka dikenal dengan nama Haji Miskin, Haji Pioabang dan Haji
Sumanik. Sepulang dari Tanah Suci (1830 M) mereka terilhami oleh Syekh Abdul
Wahab. Pengaruh pemikiran para pembaharu Timur Tengah tersebut adalah timbulnya
gerakan Paderi. Gerakan tersebut ingin membersihkan ajaran islam yang telah
tercampur baur dengan perbuatan yang bukan Islam. Hal itu menimbulkan
pertentangan antara golongan adat dan golongan Paderi.
Kedua. Pada tahun
1903M, murid-murid dari Syekh Ahmad Khatib al-Minang-kabawi, seorang ulama
besar bangsa Indonesia di Mekah yang mendapat kedudukan mulia di kalangan
masyarakt dan pemerintah arab, kembali dari Tanah Suci. Murid-murid dari Syakh
Ahmad itulah yang menjadi pelopor gerakan pembaruan minangkabau dan akhirnya
berkambang ke seluruh Indonesia. Di antara mereka itu adalah Syekh Haji Abdul
Malik Karim Amrullah (Buya Hamka),Syekh Daud Rasyidi, Syekh Jamil Jambe dan
Kiai Haji Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah).

Ketiga. Munculnya
berbagai organisasi dan kelembagaan islam modern Indonesia pada awal abad ke-
20, baik yang bersifat keagamaan, politik maupun ekonomi. Organisasi tersebut
ialah Sarekat Islam (SI), didirikan tahun 1921 dibawah pimpinan HOS Tjoktoamonoto.
Partai ini merupakan lanjutan dari Sarekat Dagang Islam yang didirikan oleh H.
Samanhudi tahun 1911. Kemudian, berdirilah partai-partai politik lainnya,
seperti Partai Nasional Indonesia (PNI) didirika oleh Soekarno (1927),
Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-baru) didirikan oleh Mohammad Hatta (1931),
serta Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) yang menjadi partai politik
tahun1932, dipelopori oleh Mukhtar Luthfi. Demikianlah, gagasan-gagasan
nasionalisme dan gerakan-gerakan untuk membebaskan diri dari kekuasaan penjajah
Barat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa gerakan pembaharuan yang
enyebabkan lahirnya organisasi keagamaan pada mulanya bersifat keagamaan,
tetapi seiring dengan kondisi masyarakat pada saat itu kemudian menjelma
menjadi kegiatan politik yang menuntut kemerdekaan Indonesia. Hal tersebut
dirasakan mendapat pengaruh yang signifikan dari pemikiran–pemikiran para
pembaru Islam, baik di tingkat nasional maupun Internasional.
”