Penyusunan desain pembelajaran di sekolah mulai dari kurikulum,
tugas guru dan murid, harus menggambarkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Kurikulum
Kurikulum di
sekolah harus menyesuaikan dengn missi pendidikan yaitu untuk menghantarkan
keberhasilan siswa dalam menjalankan proses transmisi dan sosialisasi
nilai-nilai masyarakatnya. Gagasan, konsep dan jenis pengetahuan yang menjadi
muatan kurikulum bisa berbeda dari satu masyarakat dengan masyarakat yang lain.
Namun yang terpenting adalah tema yang bisa dimasukkan ke dalam kurikulum
adalah jika memang tema itu mencerminkan nilai-nilai budaya masyarakatnya.
Karakteristi
khusus dari isi kurikulum akan tidak memiliki relevansi kecuali kurikulum
desain sehingga memiliki kesesuaian dengan pernyataan Durkheim berikut: “Manusia
terdidik harus menyadari bahwa kita bukan manusia sebagaimana yang alam
berikan, tetapi kita adalah manusia sebagaimana masyarakat menghendaki.
Masyarakatlah yang menyediakan lukisan dan potret kita seharusnya menjadi
seperti apa, dan dengan potret itulah kita membangun karakteristik organisasi
yang kita kembangkan.”
2.
Peranan Guru
Bagi penganut
fungsionalis semua pihak harus menyadari bahwa penekannya pada kehendak
masyarakat, bukan pada keinginan individu. Atas dasar pemikiran seperti itu,
maka tugas guru haruslah melakukan kegiata-kegiatan sebagai berikut:
a.
Mendorong
kesetiaan dan tanggung jawab siswa ketika hidup dalam lingkungan kelompoknya.
b.
Memperkuat
kesadaran siswa dalam membangun kesetiaannya terhadap cita-cita dan nilai-nilai
kelompok, bersedia mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi
atau keluarga.
c.
Mengembangkan
dan mematangkan skill siswa dengan keahlian yang diperlukan masyarakat,
dan yang diperlukan siswa untuk bersaing secara ketat di tengah-tengah
kehidupan masyaraka.
3.
Tugas Murid
Ciri penganut
fungsionalis memandang siswa seperti kotak kosong, kertas putih. Mereka
menunggu diisi oleh guru atau para agen masyarakat. Siswa dihadapi dengan teori
tabula rasa. Siswa diarahkan untuk menemukan karakter baru. Siswa yang terlahir
egoistik, a-sosial, melalui kerja pendidikan, mereka diubah secepat mungkin
agar menjadi manusia bermoral dan berkesadaran hidup bersama yang tinggi.
Dengan gambaran
peran guru dan relasinya dengan murid sebagaimana dikemukakan di atas, maka
lebih jauh dapat digambarkan implikasi yang ditimbulkannya:
a.
Guru
merupakan partner siswa yang memiliki posisi lebih dominan, oleh karena itu ia
menjadi sumber tata nilai bagi siswa.
b.
Guru
dihadapkan kepada masalah bagaimana seharusnya memperlakukan murid sebagai
individu.
c.
Sedikit
bertolak belakang, di sekolah tumbuh interaksi interpersonal dan kekuatan
impersonal.
Di mata para penganut fungsioanlis, pendidikan haruslah mengacu
kepada nilai-nilai kolektif yang dijadikan dasar pengembangan tertib
masyarakatnya. Prinsip-prinsip moral yang ditegakkan oleh masyarakat harus
dijunjung tinggi di sekolah, disosialisasikan, dirangkai dalam kurikulum dan
ditanamkan dalam pembelajaran.
Sekolah di mata para fungsionalis harus menjadi institusi atau agen
penciptaan tertib sosial. Jika dalam masyarakat tidak ditemukan agen yang
berfungsi sebagai penjaga tetib sosial, yang terjadi kemudian adalah situasi chaos,
konflik, anomi, dan masyarakat bisa mengalami disintegrasi.
”