Sekolah berfungsi menciptakan lingkungan belajar bagi siswa untuk
mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, sekolah perlu menyusun suatu
program yang tepat dan serasi, sehingga memungkinkan para siswa melakukan
kegiatan belajar secara efisien dan berhasil. Program tersebut dinamakan dengan
kurikulum. Itulah sebabnya, permasalahan psikologi belajar dan
sifat-sifat belajar perlu mendapat perhatian dalam pembinaan dan pengembangan
kurikulum. Hal dasar ini pula yang meyebabkan perbedaan kurikulum dalam semua
jenjang pendidikan, karena sifat dan kegiatan belajar tersebut sejalan dengan
tingkat perkembangan dan pertumbuhan sisea, sejak Taman Kanak-Kanak hingga
Perguruan Tinggi.
A.
Definisi Belajar
Kegiatan belajar sesungguhnya dilakukan oleh semua makhluk hidup, mulai
dari bentuk kehidupan yang sederhana sampai dengan yang kompleks. Efektivitas
kegiatan belajar tersebut bergantung pada tingkat kerumitan jenis kehidupannya.
Manusia, sebagai makhluk yang unik, melakukan kegiatan belajar dengan cara dan
sistem yang unik pula.
Terdapat berbagai penafsiran tentang belajar, tergantung pada
pembuat rumusan itu dan sangat ditentukan oleh aliran atau sistem psikologi
yang dianutnya. Seperti, Psikologi Daya berpendapat, bahwa belajar
adalah melatih daya-daya yang dimiliki oleh manusia. Dengan latihan
tersebut, akan terbentuk dan berkembang berbagai daya yang dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, seperti daya ingat, daya pikir, daya rasa, dan
sebagainya. Pandangan baru menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku akibat latihan dan pengalaman.
B.
Teori Belajar
Dalam psikologi belajar kita akan mengenal beberapa aliran yang
masing-masing mempunyai konsep tersendiri tentang berlajar tersebut. Bahkan
setiap teori pun mempunyai implikasi tersendiri dalam penyusunan kurikulum.
Adapun teori tersebut, sebagaimana yang tercantum di bawah ini:
1.
Psikologi Daya
Pandangan ini
berpendapat bahwa dalam diri manusia terdapat berbagai daya. Daya-daya tersebut
harus dilatih agar dapat berfungsi dengan baik, seperti mengingat, berpikir,
merasakan, bekehendak, dan sebagainya. Sebagai implikasinya, kurikulum harus
menyediakan berbagai mata pelajaran yang dapat mengembangkan daya-daya
tersebut. Penekanannya bukan terletak pada materinya, melainkan terletak pada
peran mata pelajaran guna pembentukan daya-daya tersebut, karena belajar
berarti melatih daya-daya tersebut secara efisien dan ekonomis.
2.
Teori Mental State
Menurut J.
Herbart, jiwa manusia sesungguhnya terdiri atas berbagai kesan atau tanggapan
yang masuk melalui alat indra, berasosiasi satu sama lain, untuk kemudian
membentuk mental atau kesadaran manusia. Pandangan ini bersifat materialistis,
karena menekankan pada materi atau bahan-bahan yang dipelajari. Belajar berarti
menanamkan bahan pelajaran sebanyak-banyaknya yang memiliki etika dan
nilai-nilai yang baik. Sebagai implikasinya, kurikulum disusun dari sejumlah
mata pelajaran yang mengandung pengetahuan yang luas.
3.
Psikologi Behaviorisme
Aliran
psikologi ini berangkat dari anggapan bahwa kesan dan ingatan sesungguhnya merupakan
kegiatan organisme. Manusia tidak dapat diamati, tetapi kelakuan
jasmaniah-nyalah yang dapat diamati. Kelakuan itulah yang dapat menjelaskan
segala sesuatu tentang jiwa manusia. Kelakuan merupakan jawaban terhadap
perangsang atau stimulasi dari luar. Adapun belajar diartikan sebagai
pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Sebagai implikasinya, dengan
mempelajari kelakuan manusia, dapat disusun suatu program yang serasi dan
memuaskan.
4.
Teori Koneksionisme
Teori ini
berdasarkan pandangan psikologi behaviorisme. Doktrin pokok dari teori ini
adalah hubungan antara stimulus dan respon. Teori ini dikembangkan oleh
Thorndike melalui S-R Bond Theory, dengan hukum-hukum belajar sebagai
berikut:
a.
Hukum
Latihan, apabila sering dilatih, hubungan itu akan semakin kuat.
b.
Hukum
Pengaruh, kuat atau lemahnya hubungan tersebut tergantung pada pengaruhnya yang
memuaskan atau tidak.
c.
Hukum
Kesiapan, unsur kesiapan mempengaruhi kepuasan atau kegagalan dalam belajar.
Pada umumnya
teori ini, berpandangan bahwa lingkungan mempengaruhi kelakuan belajar
individu, sedangkan kelakuan motivasi bersifat mekanis. Pandangan ini kurang
memperhatikan proses pengenalan dan berpikir dan mengutamakan pengalaman masa
lampau. Sebagai implikasinya, kurikulum disusun berdasarkan lingkungan, yang
dapat menimbulkan respon atau tingkah laku yang diharapkan, baik yang bersifat
mekanis maupun otomatis.
5.
Psikologi Gestalt
Aliran ini,
juga disebut psikologi organismik atau field theory bertolak dari
suatu keseluruhan. Kesuluruhan bukanlah penjumlahan bagian-bagian, melainkan
suatu kesatuan yang bermakna. Prinsip-prinsip belajarnya adalah sebagai beriku:
a.
Belajar
dimulai dari suatu keseluruhan menuju bagian-bagian.
b.
Keseluruhan
memberikan makna kepada bagian-bagian tersebut.
c.
Bagian-bagian
dilihat dalam hubungan keseluruhan berkat individuasi.
d.
Belajar
memerlukan pemahaman.
e.
Belajar
memerlukan reorganisasi pengalaman yang kontinu.
Sebagai
implikasinya, kurikulum disusun atas dasar keseluruhan, yang memungkinkan siswa
berinteraksi dengan lingkungan dan menimbulkan pemahaman kepada mereka. Teori
belajar ini menjadi dasar penyusunan kurikulum yang terintegrasi dan terpadu.
C.
Faktor-faktor Belajar
Dalam penyusunan kurikulum perlu diperhatikan beberapa faktor
belajar. Faktor-faktor belajar tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Kegiatan belajar
Belajar
memerlukan banyak kegiatan, agar anak memperoleh pengalaman guna mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman, sikap dan nilai, serta pengembangan kererampilan.
2.
Latihan dan ulangan
Hasil
belajar akan menjadi lebih mantap, jika para siswa sering diberikan ulangan dan
latihan secara kontinu, sistematis, dan terbimbing. Oleh sebab itu kurikulum
harus menyediakan alokasi waktu yang memadai.
3.
Kepuasan dan kesenangan
Dorongan
belajar akan bertambah besar jika belajar tersebut memberikan kepuasan dan
kesenangan kepada siswa. Oleh sebab itu kurikulum harus disusun sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan kesenangan kepada siswa dalam belajar. Kepuasan akan
tumbuh jika siswa mengetahui kemajuan belajarnya.
4.
Asosiasi dan transfer
Berbagai
pengalaman yang diperoleh, yaitu pengalaman lama dan baru, harus diasosiasikan
agar menjadi satu kesatuan. Pengalaman dari satu situasi perlu diasosiasikan
dengan pengalaman dari situasi yang lain, sehingga memudahkan dalam transfer
hasil belajar. Berkaitan dengan transfer belajar terdapat beberapa teori
sebagai berikut:
a.
Teori disiplin formal,
pembentukan berbagai daya pada manusia dapat diperkuat melalui latihan
akademis.
b.
Teori unsu-unsur yang identik,
transfer terjadi jika di antara dua situasi atau kegiatan terdapat unsur-unsur
yang bersamaan.
c.
Teori generalisasi,
transfer terjadi jika siswa telah memiliki pengertian atau kesimpulan umum.
5.
Pengalaman
masa lampau dan pengertian
Berbagai
pengalaman dan pengertian yang telah dimiliki siswa akan memudahkannya menerima
pengalaman baru.
6.
Kesiapan dan kesediaan belajar
Faktor
kesiapan turut menentukan hasil belajar. Kesiapan di sini mengandung arti
kesiapan mental, sosial, emosional, dan fisik.
7.
Minat dan usaha
Kegiatan
belajar yang didasari dengan penuh minat akan lebih mendorong siswa belajar
lebih baik sehingga akan meingkatkan hasil belajar. Minat belajar ini akan
muncul jika siswa merasa tertarik terhadap berbagai hal yang akan dipelajari.
8.
Fisologis
Kesehatan
dan keseimbangan jasmani siswa perlu mendapat perhatian sepenuhnya, karena
kondisi fisiologis ini sangat berpengaruh terhadap konsentrasi, kegiatan, dan
hasil belajar. Keberhasilan dan kegagalan belajar banyak ditentukan oleh
kondisi fisiologis siswa itu sendiri. Faktor ini harus dipertimbangkan dalam
penyusunan kurikulum.
9.
Intelgensi atau kecerdasan
Kemajuan
belajar juga ditentukan oleh tingkat perkembangan intelgensi siswa seperti
cerdas, kurang cerdas, atau lamban. Materi kurikulum harus disusun berdasarkan
tingkat kecerdasan siswa, sehigga siswa mampu menyerap materi tersebut, yang
akan memberikan hasil belajar yang memadai.
Pejelasan di atas perlu mendapat perhatian dan pertimbangan dalam
penyusunan kurikulum, agar hasil belajar para siswa sedapat mungkin tercapai
sesuai dengan target yang dirumuskan dalam kurikulum tersebut.
D.
Belajar dan Implikasinya dalam Penyususnan Kurikulum
Uraian pada awal pembahasan terdapat beberapa singgungan mengenai
beberapa implikasi prinsip dan faktor belajar terhadap penyusunan kurikulum.
Namun demikian, ada baiknya jika berbagai implikasi tersebut dirumuskan secara
lebih tegas sebagai berikut:
1.
Perencanaan
kurikulum harus bersifat fleksibel (luwes) dan menyediakan suatu program yang
luas guna pengembangan berbagai pengalaman belajar.
2.
Kurikulum
harus dikembangkan berdasarkan latar belakang siswa dan keseluruhan
lingkungannya, agar pengalamana belajar yang diperolehnya mempunyai makna dan
tujuan.
3.
Pengembangan
kurikulum hendaknya memberikan pengalaman yang serasi dengan kebutuhan
penyesuaian diri dan mengembangkan kepribadian yang terintegrasi.
4.
Kurikulum
disusun dan dilaksanakan dengan memperhatikan kesiapan para siswa, karena hal
ini mempengaruhi proses pendidikan.
5.
Pengembangan
dan pelaksanaan kurikulum hendaknya memungkinkan partisipasi aktif dan tanggung
jawab para siswa, baik secara perorangan maupun kelompok.
6.
Penyusunan
kurikulum hendaknya terdiri atas unit-unit yang luas dan menyeluruh, serta
memadukan pola pengalaman yang bermakna dan bertujuan.
7.
Dalam
proses penyusunan dan pelaksanaan kurikulum, hendaknya diberikan serangkaian
pengalaman, yang melibatkan para guru dan siswa secar bersama, sehingga akan
mendorong keberhasilan belajar para siswa.
8.
Penyusunan
kurikulum hendaknya disertai dengan kegiatan evaluasi, faktor penting yang
mempengaruhi proses dan hasil pendidikan.
Sumber bacaan:
Ali, Muhammad, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung:
Sinar Baru, 1992).
Cahyono, Bambang, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta:
BP-IPWI, 1999).
Fatah, Nanang, Manajemen Berbasis Sekolah – Strategi Pemberdayaan Sekolah dalam Rangka
Meningkatkan Kualitas dan Kemandirian Sekolah, (Bandung: Andira, 2000).
Hamalik, Oemar, Model-model Pengembangan Kurikulum, (Bandung:
PPSU UPI, 2000).
_____________, Dasar-Dasar PENGEMBANGAN KURIKULUM, Cet. I,
(Bandung: REMAJA ROSDAKARYA, 2007).
Sumaatmaja,
Nursid, Manusia Dalam Konteks Sosial Budaya dan Lingkungan Hidup, (Bandung:
Alfabeta, 2000).