Menulis bukan sekedar profesi, menulis merupakan bentuk dakwah bilqolam.
Siapaun orangnya, apapun profesi yang disandang, seyogyanya mengembangkan diri
dengan cara menulis. Seorang guru ilmunya kana lebih berguna jika mau menulis
tentang solusi yang dihadapi kelas. Demikian juga dengan dokter, ilmu akan jauh
lebih berarti jika dituangkan dalam bentuk tulisan dan dibaca banyak orang.
Begitu juga tentang profesi yang lain akan lebih bermanfaat jika diimbangi
dengan keterampilan untuk menulis.
Ilmu yang tersimpan rapi dalam diri, hanya kan menjadi milik
pribadi dan tidak banyak yang bisa memahami. Ilmu seperti ini sangat terbatas
pada ruang dan waktu. Ilmu yang dimiliki seorang profesional, entah itu guru,
dokter, pengusaha, atau lainnya hanya bermanfaat di lingkungan dan waktu yang
sangat sempit. Jangkauan yang dimiliki hanya orang-orang yang terdekat.
Kalaulah seorang guru, maka yang bisa merasakan ilmu hanya murid yang dibimbing
atau guru dalam lingkungan tempat kerja. Begitu juga bagi dokter, paling hanya
pasien yang bisa merasakan kehebatan ilmu dokter.
Sangatlah berbeda jika ilmu itu ditulis, maka jauh lebih meluas dan
tidak terbatas oleh tempat dan waktu. Guru yang mampu menuliskan ide kreatif
dalam proses pembelajaran di kelas, maka akan banyak dibaca oleh guru yang lain.
Secara sadar atau tidak sadar guru ini telah membantu dalam menyelesaikan
problem yang dihadapi. Apakah problem itu terkait dengan sistem dalam proses
pembelajaran atau mungkin strategi dan pendekatan yang lebih efektif. Ini
artinya, dengan tulisan itu sudah mampu menyembuhkan persoalan yang terjadi
dalam pembelajaran. Apalagi jika konsep tulisan itu mampu mengubah sebuah
sistem yang lebih baik dan bisa mempengaruhi pengambil kebijakan, maka
manfaatnya jauh lebih besar lagi.
Guru yang gemar menulis dapat mengurangi keluhan saat berada di
kelas. Menulis dapat melepas belenggu yang ada dalam pikiran. Ketika menghadapi
anak yang bermasalah di kelas, bukan dikeluhkan, tetapi segara dicarikan solusi
uantuk penyembuhan. Hal ini dapat menyehatkan bagi guru sendiri. Coba kalau
masalah itu dipendam saja, maka problem akan terus menumpuk. Hal ini bisa
menjadi beban yang berkepanjangan. Bahkan guru yang membiasakan menulis,
masalah akan selalu dijadikan inspirasi dan bisa memperkarya ide tulisan.
Semakin banyak ide, maka guru tidak akan kehabisan bahan tulisan. Sesungguhnya
yang mahal dalam sebuah tulisan adalah ide yang akan ditulis.
Ketika seseorang menemukan sebuah ide yang akan ditulis, maka
tinggal memperkuat dengan buku refrensi. Sadar bahwa mengeluh bukanlah solusi,
tetapi akan terus menjadi penghambat untuk maju. Untuk itulah, jalan terbaik
saat menemukan masalah adalah mengamati apa yang sesungguhnya terjadi pada
anak. Guru yang sudah berpengalaman selalu mempuanyai banyak alternatif untuk
menyelesaikan masalah anak.
Dokter yang membiasakan menulis pengalaman dalam menghadapi
berbagai penyakit yang diderita oleh pasien, maka akan memberikan pengaruh
positif terhadap kesehatan masyarakat. Melalui tulisan, masyarakat tahu tentang
jenis penyakit serta cara pencegahannya. Dengan demikian, tulisan itu bisa
menyehatkan bagi pembacanya.
Menulis bukan hanya sekedar menyehatkan orang lain, tetapi lebih
banyak untuk diri sendiri. Seseorang yang sering menghadapi masalah akan
semakin parah masalahnya jika dipendam dalam pikiran. Kejengkelan yang menumpuk
akan menyebabkan hatinya terguncang. Semua belenggu itu akan lepas jika ditulis
dan bisa di-share ke orang lain.
Berangkat dari pengalaman, maka konsep inilah yang perlu kami bagi.
Sesungguhnya setiap persoalan yang dipendam akan menjadi sebuh ledakan. Ledakan
persoalan bisa berdampak buruk pada orang lain dan juga pada diri sendiri. Agar
tidak terjadi ledakan yang berakibat buruk, maka perlu adanya solusi dan solusi
itu perlu diabadikan dalam bentuk tulisan. (www.nuryandi.com/Majalah Lazismu
Edisi 77 Tahun VII Rajab 1435/ Mei 2014).