Tahun 1945 Kota Nagasaki dan Hiroshima diluluhkan oleh tentara
sekutu. Rakyat Jepang banyak yang mati bergelimpangan, sisanya sekarat terkena
radiasi bom atom. Pembantu Kaisar dan mentri pun kemudian melaporkan jumlah korban.
Saat menanggapi laporan anak buahnya, Kaisar Jepang Hirohito berkata, “Berapa
guru yang hidup?”.
Respon yang sangat mengejutkan, mengapa justru guru yang
ditanyakan. Ketika pembantu Kaisar meminta penjelasan, maka Kaisar Hirohito
memberikan jawaban yang cukup bisa dimengerti. “Tuan-tuan, apabila
profesi-profesi yang lain tidak saya tanyakan, harap tuan-tuan tidak tersinggung.
Saya tahu banyak tentara kita yang gugur, dan untuk itu kita semua merasa
sedih. Mengapa justru yang saya tanyakan itu berapa guru yang masih hidup di
Jepang, ini tidak lain karena melalui guru inilah Jepang akan cepat bangkit
kembali. Seperti yang kita ketahui, hampir semua pabrik kita hancur di bom
sekutu. Banyak pakar kita yang mati, dan sekarang negeri ini hancur dan lumpuh.
Kita harus mulai membangun negeri ini dari nol, dan hanya melalui gurulah kita
dapat membangun kembali negeri ini. Mari kita benahi pendidikan melalui
guru-guru kita yang ada. Melalui kerja keras kita, terutama guru-guru, saya
yakin Jepang akan bangkit kembali, bahkan akan lebih hebat dari kemampuan kita
sebelum perang terjadi.”
Negeri ini sangat menaruh harap kepada guru. Karut marutnya
persoalan di negeri ini perlu penataan yang lebih serius. Kasus korupsi kini
telah mengakar di birokrasi. Kasus haji, pengadaan Al-Qur’an, pengadaan alat
kesehatan, pembangunan sarana olahraga telah menyeret para pejabat pemerintah,
petinggi partai, hingga menteri. Lalu siapa yang bisa dipercaya untuk
memperbaiki kondisi seperti ini. Belum lagi persoalan remaja yang kini tenggelam
dalam kasus narkoba, amoral, hingga tawuran. Ini semua bagian dari potret
negeri yang dibangun dengan susah payah oleh para pejuang pendahulu. Tampaknya,
aksi guru sebagai agen perubahan ditunggu untuk mampu memberbaiki citra bangsa
yang telah tercabik-cabik oleh berbagai kepentingan. Ada kepentingan pribadi,
kepentingan golongan dan kepentingan partai tanpa mengindahkan masa depan
negeri ini.
Guru berfungsi sebagai ujung tombak membangun negeri melalui
pendidikan. Tugas pokok sebagai pendidik harus menjadi agen perubahan (Agent
of change). Guru dituntut untuk selalu melakukan pembaharuan pengetahuan
dan keterampilannya sesuai dengan perkembangan kebutuhan saat ini. Kalau tidak,
akan berdampak pada ketidaksesuaian antara kebutuhan peserta didik ataupun
orang tua siswa sebagai pelanggan dengan pelayanan yang diberikan.
Peran guru sebagai agen perubahan, bukan saja diharapkan berfokus
kepada layanan belajar di sekolah namun lebih dari itu, guru harus mampu
membangkitkan semangat seluruh anak bangsa. Mampu meminimalisir degradasi moral
anak bangsa akibat dari pengaruh globalisasi, seperti gaya hidup bebas dan
serba boleh tanpa mengindahkan aturan agama. Guru harus mampu membebaskan
bangsa ini dari keterpurukan ekonomi yang salah satunya disebabkan oleh ulah
para koruptor.
Memang tugas berat tersebut bukanlah di pundak guru semata, namun
guru jelas menjadi motor penggerak bagi perjuangan perubahan. Anak bangsa
haruslah segera diselamatkan, dan itu bisa dicapai bukan saja melalui
peningkatan daya pikir, namun yang terpenting adalah peningkatan daya qalbu.
Oleh karena itu, peran guru sudah seharusnya tidak lagi hanya beroreintasi pada
peningkatan hasil sesaat berupa angka-angka atau nilai raport dan nilai Ujian
Nasional (UN) yang belum tentu bisa membawa perubahan bangsa ini, tetapi para
guru harus lebih berfokus pada peningkatan hasil yang lebih bersifat
implementatif.
Sebagai agen perubahan, guru menjalankan sistem yang telah dibangun
oleh pemerintah. Dengan sistem yang bagus, pengelolaan lembaga yang bagus, guru
akan lebih mampu menjalankan peran lebih baik. Kurikulum 2013 yang mencoba
menjawab tantangan dengan mengedepankan empat kompetensi ini seyogyanya akan
mampu menciptakan perubahan yang signifikan.
Guru berada di garda depan akan memberikan pencerahan dalam
melakukan perubahan yang lebih baik. Apa yang dilakukan oleh guru akan
membentuk pola generasi selanjutnya. Itulah sebuah gambaran bahwa guru adalah
pahlawan sepanjang masa. Apa yang terjadi esok hari tidak lepas dari sentuhan
guru. (www.nuryandi.com/majalahdonaturlazizmu).