Pada tahun 1985 seorang mahasiswa kedokteran di sebuah Universitas
AS menulis disertasi dengan tema “emotional intelligence”. Tahun 1990 psikolog
Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New
Hampshire mengembangkan cara pengukuran kemampuan manusia dalam bidang emosi.
Mereka menemukan beberapa orang lebih baik dari pada yang lain dalam berfikir
seperti: mengenali perasaan-perasaan mereka sendiri, mengenali
perasaan-perasaan orang lain dan pemecahan masalah melibatkan isu-isu
emosional.
Pada tahun 1995 berkat buku best-seller karya Daniel Goleman
“Emotional Intelligences” menyebar luas dan menyeruak menyadarkan masyarakat
dan dijadikan judul utama pada sampul majalah Time. Dalam bukunya ia mengoleksi
berbagai informasi menarik tentang pikiran, emosi, dan kelakuan.
Mayer,
Salovey, dan David Caruso menawarkan definisi tentang EI yaitu:”Kemampuan untuk memproses informasi
emosional, yang secara khusus melibatkan
persepsi, perpaduan, pengertian, dan mengolah emosi”. (Mayer and Cobb, 2000). Dalam pengertian ini mengandung empat
cabang dari kemampuan mental, yakni:
(1) identifikasi emosional, persepsi, dan ekspresi (kemampuan mengenali emosi wajah/mimik muka, musik dan ceritera-ceritera), (2)
fasilitas/kemudahan pemikiran emosional
(kemampuan yang menghubungkan emosi dengan sensasi mental lain seperti rasa dan warna) dan penggunaan emosi dalam pemikiran
dan pemecahan masalah (memadukan
emosi dalam berfikir), (3) pemahaman emosi (melibatkan pemecahan masalah-masalah emosi seperti mengetahui emosi yang
sama atau kebalikannya dan hubungan
yang ada di dalamnya, (4) pengolahan emosi (implikasi aksi sosial dalam emosi dan aturan dari emosi itu sendiri).
Mayer dan
Salovey mempublikasikan cabangcabang ini
dan memberikan rincian pemetaan gambaran fikiran mereka. Dalam artikel itu mereka mengatakan cabang-cabang dalam pemetaan
ini “disusun dari proses psikologis
yang lebih dasar pada yang lebih tinggi, lebih pada proses penggabungan menurut psikologi”. Sebagai contoh cabang tahap
rendah mengenai kemampuan penerimaan
dan pengungkapan emosi secara sederhana (relatif). Sebaliknya tahap cabang sangat tinggi mengenai kesadaran.
Dalam
studi tentang EI, Salovey dan Mayer merasa khawatir tentang publikasi Goleman.
Kekhawatiran tersebut disebabkan: (1) perkiraan Goleman tentang EI tidak didukung
oleh aspek-aspek lainnya, (2) Goleman telah merubah terminasi mengenai litelatur
emosional, kesehatan emosional, keahlian emosional dan persaingan emosional termasuk
dalam EI, (3) Goleman telah meyakinkan publik tentang tulisannya, (4) Goleman
mengatakan bahwa setiap orang dapat mencapai kecerdasan emosinya, (5) Goleman
mengikrarkan diri sebagai ahli EI, (6) Goleman menyatakan bahwa pekerjaannya
ilmiah walaupun penelitiannya tidak dilakukan secara cermat, (7) keyakinannya
tentang emosi bertentangan dengan teori ekedemis mengenai nilai dari emosi
kita, (8) Tes ECI-360 Goleman dianggap sebagai artikel sejati.
Menurut
Goleman IQ hanya menyumbangkan 20% terhadap suksesnya seseorang dalam
menentukan kehidupannya, sedangkan Mayer dan Salovey mengatakan, untuk 80% dari
sisa sebagai perbedaannya sampai sekarang belum dapat dikatakan bagian penentu
kesuksesan hidup seseorang. Pernyataan-pernyataan yang masih dianggap prematur
disukai oleh para pihak yang mempelajari ilmu kedokteran baru. Tes ECI-360 yang
dibuat Goleman, setelah dilakukan studi secara seksama ternyata bukan untuk
mengetahui skala kecerdasan emosional seseorang. Goleman dalam definisinya
beranggapan bahwa kecerdasan emosional sama dengan karakter moral, juga dia
beranggapan bahwa kemampuan untuk mengikuti aturan main, optimisme, kemampuan
bersosialisasi merupakan bagian dari kecerdasan emosi, padahal yang namanya
motivasi, ketekunan/ketabahan, kemampuan mengontrol hati, kemampuan menunda
rasa gembira/bahagia dan kemampuan berharap belum digambarkan sebagai bagian
dari EI, karena belum teruji dengan tes secara ilmiah.
Hal-hal
tersebut lebih banyak berhubungan dengan tingkah laku, bukan berhubungan dengan
kemampuan mental. Pandangan Goleman tentang EI mudah dipelajari, dibantah oleh
McCrae, menurut McCrae pengembangan tingkah laku pribadi sangat dipengaruhi
oleh gen, dan gen yang paling menonjol dalam hal ini yaitu muncul pada usia
menjelang dewasa. Gambaran Goleman yang salah tentang pekerjaannya sebagai ahli
ilmu pengetahuan dikemukakan oleh Annie Paul. Menurut Annie, Goleman telah
gagal menempatkan permasalahan dengan secermat-cermatnya dan secara detail,
karena teori yang benar-benar asli hanya memberi isyarat dengan menunjukkan
pengetahuan dalam versi yang dihadirkan dalam bukunya.
Kepercayaan
pribadi tentang emosi dan teori akademik menjadi pertentangan, karena Goleman
tidak menempatkan perhatian yang serius terhadap nilai-nilai perasaan. Hal-hal
yang harus menjadi perhatian yaitu bahwa segala bentuk emosi harus disaring, diatur
suhunya, diawasi dan diolah serta dibatasi. Dengan demikian gagasan Goleman menjadi
tidak layak, karena menggabungkan pengalaman hidupnya dengan ilmu pengetahuan.
Pernyatan goleman tentang ECI-360 hanyalah sebuah instrumen dari yang menggabungkan
penelitian yang sangat mendalam dan berdasarkan pendapat dari kolega-kolega
saya.
Goleman
dalam hal ini telah memanipulasi para pembacanya, yaitu dengan cara mempermainkan
perasaan takut kita, menggunakan kata dan cerita emosional, selalu menggunakan
kata heart (hati) apabila ingin menyentuh perasaan kita, kemudian selalu memberi
kesan bahwa apa yang ditulisnya itu didasarkan terhadap fakta-fakta ilmiah,
obyektif, seimbang dan lebih banyak menitik beratkan kepada akibat yang telah dirasakan.