Syahadat adalah merupakan pembeda antara Muslim dengan kafir,
Syahadat juga merupakan syarat seseorang untuk masuk kedalam Dinul Islam.
Syahadat sendiri terdiri dari 2 kalimat yaitu kalimat yaitu:
Pengakuan ketauhidan.
Artinya, seorang muslim hanya mempercayai Allâh sebagai
satu-satunya Allah dan tiada tuhan yang lain selain Allah. Allah adalah Tuhan
dalam arti sesuatu yang menjadi motivasi atau menjadi tujuan seseorang. Jadi
dengan mengikrarkan kalimat pertama, seorang muslim memantapkan diri untuk
menjadikan hanya Allâh sebagai tujuan, motivasi, dan jalan hidup.
Pengakuan kerasulan.
Dengan mengikrarkan kalimat ini seorang muslim memantapkan diri
untuk meyakini ajaran Allâh seperti yang disampaikan melalui Muhammad saw, seperti
misalnya meyakini hadist-hadis Muhammad saw.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketika
seseorang telah mengikrarkan dua kalimat Syahadat berarti dirinya harus
mentaati segala perintah Allah. Ketaatan seseorang terhadap makhluk bukan
berarti dilarang setelah seseorang mengucapkan dua kalimat Syahadat sepanjang
ketaatan tersebut berada dalam bingkai ke-Islaman dan mempunyai ta'aluq
(keterkaitan) dengan ketaatan kepada Allah. Artinya ketaatan terhadap Makhluk
diperbolehkan sepanjang ketaatan tersebut tidak bertentangan dengan perintah
dan larangan Allah SWT.
Urgensi Syahadat
Hakikat memahami Islam dimulai dari memahami inti sari ajarannya yaitu dua
kalimat syahadah (syahadatain). Kalimat tersebut terdiri dari Laa Ilaaha
Illallah dan Muhammadun Rasulullah. Memahami keduanya sangat penting dan
mendasar. Karena jika kita tak memahami hakikat kalimat syahadah, kita dapat
terjerembab ke dalam penyakit kebodohan dan kemusyrikan.
Syahadatain merupakan hal penting atas setiap Muslim, dua kalimat
tersebut merupakan dasar tingkah laku setiap Muslim dalam menjalankan aktivitas
sehari-hari baik dalam Ibadah ataupun Mu'amalah. Apapun yang dilakukan oleh
Muslim harus mencerminkan dua kalimat sakral tersebut yaitu dalam rangka
ketaatan terhadap Allah dan Rasunya. Sehubungan dengan hal tersebut Allah
mengutus nabi Muhammad SAW untuk menjadi saksi setiap amal yang dilakukan oleh
Muslim, seperti firman Allah dalam Surat An-Nisa' ayat 41:
Artinya: Maka Bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami
mendatangkan seseorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan
kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu) (Qs: An-Nisa' :
41).
Sebagaimana telah disebutkan diatas tentang mengapa dua kalimat syahadat
tersebut merupakan hal sangat penting bagi Umat Islam? Hal tersebut disebabkan
karena dua kalimat Syahadat mencakup hal-hal besar terkait dengan Islam dan
ke-Islaman seeseorang yaitu:
Pintu Masuk Ke Dalam Islam
Pada hakikatnya setiap jiwa manusia telah bersaksi bahwa Allah adalah Tuhannya,
hal tersebut telah difirmankan oleh Allah dalam surat Al-A'raf ayat 172:
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab:
"Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya
kami (bani Adam) aalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)", (Qs: Al-A'raf : 172)
Sebagian besar manusia menyangkal akan hal ini, mereka beralasan tidak
pernah membuat sumpah dihadapan Allah tentang pengakuan mereka untuk menerima
Allah sebagai Tuhannya. Sebetulnya bukan karena mereka tidak pernah bersumpah
dihadapan Allah akan hal tersebut melainkan mereka telah lupa terhadap
sumpahnya. Sebuah kenyataan, siapapun tidak akan dapat mengingat masa bayinya
bahkan sampai usia dibawah 3 tahun seseorang akan sulit untuk mengingat apapun
peristiwa yang telah dilaluinya. Hal tersebut menunjukkan keterbatasan akal
manusia untuk mengingat masa lalunya apalagi ketika mereka masih belum berujud
jasad dan masih di alam ruh tentu mereka tidak akan dapat mengingatnya, begitu
juga sumpah yang telah mereka buat dihadapan Allah saat mereka berada di alam
ruh.
Dalam surat lain Allah berfirman:
Artinya: Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan,
tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa)
orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu
berusaha dan tempat kamu tinggal (Qs: Muhammad: 19).
Ayat di atas, menjelaskan bahwa umat Islam tidak dibenarkan hanya sekadar
mengucapkan atau melafalkan dua kalimat syahadah, tetapi seharusnya betul-betul
memahaminya. Kata fa’lam berarti “maka ketahuilah, ilmuilah….” Artinya Allah
memerintahkan untuk mengilmui atau memahami kalimat Laa Ilaaha Illallah bukan
sekadar mengucapkannya, tetapi dengan yang pada gilirannya akan membentuk
keyakinan (i’tiqad) dalam hati.
Oleh sebab itu syahadatain merupakan fondasi atau asas dari bangunan keislaman
seorang muslim. Ibarat rumah atau bangunan atau sistem hidup yang menyeluruh,
dan Allah memerintahkan setiap muslim untuk masuk secara kaaffah. Untuk
memasukinya akan melalui sebuah pintu gerbang, yaitu syahadatain. Hal ini
berlaku baik bagi kaum muslimin atau non muslim. Artinya, pemahaman Islam yang
benar dimulai dari pemahaman kalimat itu. Pemahaman yang benar atas kedua
kalimat ini mengantarkan manusia ke pemahaman akan hakikat ketuhanan
(rububiyah) yang benar juga. Mengimani bahwa Allah-lah Robb semesta alam.
Intisari doktrin Islam (Khulashah Ta’aliimil Islam)
Allah SWT berfirman:
Artinya: dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan
Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan
Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". (Qs: Al-Anbiya’: 25).
Intisari ajaran Islam terdapat dalam dua kalimat syahadah. Asyhadu allaa
ilaaha illallah (Aku bersaksi: sesungguhnya tidak ada Ilaah selain Allah) dan
asyhadu anna muhammadan rasulullah (Aku bersaksi: sesungguhnya Muhammad Rasul
Allah). Pertama, kalimat syahadatain merupakan pernyataan proklamasi
kemerdekaan seorang hamba bahwa ibadah itu hanya milik dan untuk Allah semata
(Laa ma’buda illallah), baik secara pribadi maupun kolektif (berjamaah).
Kemerdekaan yang bermakna membebaskan dari segala bentuk kemusyrikan, kekafiran
dan api neraka. Kita tidak mengabdi kepada bangsa, negara, wanita, harta,
perut, melainkan Allah-lah yang disembah (al-ma’bud).
Para ulama menyimpulkan kalimat ini dengan istilah Laa ilaaha illallah
‘alaiha nahnu; “di atas prinsip kalimat laa ilaaha illallah itulah kita hidup,
kita mati dan akan dibangkitkan”. Rasulullah juga bersabda “Sebaik-baik
perkataan, aku dan nabi-nabi sebelumku adalah Laa ilaaha illallah” (HR.
Tirmidzi). Maka sering mengulang kalimat ini sebagai dzikir yang diresapi
dengan pemahaman yang keimanan. Keimanan yang kuat, membuat hamba menyikapi
semua perintah Allah dengan benar dan dapat meningkatkan mudah. Sebaliknya,
perintah Allah akan selalu terasa berat di saat iman kita melemah. Kalimat
syahadatain juga akan membuat keimanan menjadi bersih dan murni, ibarat air
yang suci. Allah akan memberikan dua keuntungan bagi mereka yang beriman dengan
bersih, yaitu hidup aman atau tenteram dan mendapat petunjuk dari Allah.
Sebagaimana Dia berfirman dalam Al-Qur’an:
Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan
dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk” (Qs: Al-An’am: 82).
Kedua, kita bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, berarti kita
seharusnya meneladani Rasulullah dalam beribadah kepada Allah. Karena beliau
adalah orang yang paling mengerti cara (kaifiyat) beribadah kepada-Nya.
Sebagaimana disabdakan Nabi SAW:
“Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat…”.
Dasar-dasar Perubahan (Asasul Inqilaab)
Allah SWT berfirman:
Artinya: bagi manusia ada
malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum,
Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia. (Qs: Ar-Ra’d: 11).
Perubahan yang dimaksud adalah perubahan mendasar dalam kehidupan manusia,
yaitu perubahan dari kegelapan (jahiliyah) menuju cahaya (Islam); minazh
zhuluumati ilan nuur. Perubahan yang dimaksud mencakup aspek keyakinan,
pemikiran, dan hidupnya secara keseluruhan, baik secara individu maupun
masyarakat. Secara individu, berubah dari ahli maksiat menjadi ahli ibadah yang
taqwa; dari bodoh menjadi pandai; dari kufur menjadi beriman, dan seterusnya.
Secara masyarakat, di bidang ibadah, merubah penyembahan komunal berbagai
berhala menjadi menyembah kepada Allah saja. Dalam bidang ekonomi, merubah
perekonomian riba menjadi sistem Islam tanpa riba, dan begitu seterusnya di
semua bidang. Syahadatain mampu merubah manusia, sebagaimana ia telah merubah
masyarakat di masa Rasulullah dan para sahabat terdahulu. Diawali dengan
memahami syahadatain dengan benar dan mengajak manusia meninggalkan
kejahiliyahan dalam semua aspeknya kepada nilai-nilai Islam yang utuh.
Hakikat Dakwah para Rasul (Haqiqatud Da’watir Rasul)
Para nabi, sejak Adam a.s sampai, berdakwah dengan misi yang sama, mengajak
manusia pada doktrin dan ajaran yang sama yaitu untuk beribadah kepada Allah
saja dan meninggalkan Thogut. Itu merupakan inti yang sama dengan kalimat
syahadatain, bahwa tiada Ilaah selain Allah semata. Seperti difirmankan Allah
SWT:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): “Sembahlah Allah (saja) dan jauhi thagut itu” (QS 16:36)
Keutamaan yang Besar (Fadhaailul ‘Azhim)
Kalimat syahadatain, jika diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,
menjanjikan keutamaan yang besar. Keutamaan itu dapat berupa moral maupun
material; kebahagiaan di dunia juga di akhirat; mendapatkan jaminan surga serta
dihindarkan dari panasnya neraka.
Di dalam hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
Artinya: “Barangsiapa yang mengucapkan “la
ilaha illallah” (tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah) maka
dia masuk surga.” (HR Ahmad)
Di dalam hadits yang lain, beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
Artinya:
“Barangsiapa yang akhir ucapannya adalah kalimat “la ilaha illallah” maka dia
masuk surga.” (HR Ahmad, Abu Dawud, dan Al-Hakim, serta dishahihkan oleh Syaikh
Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no.
6479.)