Teman-teman, pernahkah kamu mendengar pepatah yang mengatakan ada
gula ada semut? Pepatah itu kira-kira bermakna jika ada sesuatu yang
menarik, orang akan datang. Pepatah ini mungkin dapat diterapkan juga pada
kebiasaan kita jajan di pinggir jalanan. Jika ada pedagang di sekolah, akan
terlihat kerumunan teman-teman kita, baik sebelum masuk sekolah maupun setelah
pulang sekolah. Bahkan, ada siswa yang baru datang ke sekolah langsung
mendatangi pedangang itu tanpa menyimpan dahulu peralatan sekolahnya. Jadi,
kalau tidak ikut berkerumunan untuk jajan di pinggir jalan, ada perasaan kurang
pada diri teman-teman.
Di rumah, ibu sudah bersusah payah menyediakan makanan untuk
teman-teman, tetapi teman-teman tidak memakannya dengan alasan takut terlambat
tiba di sekolah. Setelah tiba di sekolah, teman-teman tidak masuk kelas, tetapi
jajan dahulu di pinggir jalan.
Sebenarnya, jajan di pinggir jalan itu boleh-boleh saja, tetapi
kita harus hati-hati. Kebersihan di tampat itu belum tentu terjamin. Kita harus
memperhatikan kebersihan cara pembuatan, penyajian, tempat berjualan, maupun
kebersihan dari pedagangnya sendiri.
Kebersihan cara pembuatannya antara lain dengan memperhatikan
bahan-bahan dan air yang digunakan untuk membuat makanan ata minuman.
Misalanya, untuk membauat minuman berupa sirop atau es adalah air matang atau
bukan. Kalau yang digunakannya air matang dan bersih tidak jadi masalah. Akan
tetapi, bagaimana kalau air yang dipakainya itu tidak dimasak sampai matang
atau bahkan tidak dijerang dahulu? Teman-teman langsung saja membeli sirop itu
tanpa pernah menanyakannya kepada pedagang tersebut. Tentu saja ini berbahaya
karena dapat membuat teman-teman sakit.
Cara penyajian yang dimaksud adalah jajanan yang dijual di pinggir
jalan itu ditutup atau dibuka. Jangan-jangan jajanan tersebut tidak ditutup
sehingga mengundang lalat-lalat yang membawa bibit penyakit untuk hinggap pada
jajanan tersebut. Selain itu, debu-debu yang berasal dari kendaraan-kendaran
yang lewat juga dapat menempel pada jajanan tersebut. Hal ini tentu saja dapat
berbahaya sebab lalat atau debu yang menempel pada jajanan itu bisa
mengakibatkan penyakit diare.
Selain itu, kebersihan pedagang huga harus diperhatikan. Mislanya,
apakah kuku-kuku jari tangannya kotor atau tidak. Kuku-kuku jari pedagang yang
kotor dapat menjadi sumber penyakit. Ketika membeli jajanan di pinggir jalan, kita
perlu juga melihat tempat pedagang itu berjualan. Kadang-kadang pedagang itu
berjualan di dekat selokan-selokan kotor yang airnya tidak mengalir. Pada
tempat kotor-kotor seperti itu, lalat suka bersarang. Makan yang dihinggapi
lalat tidak baik untuk dikonsumsi.
Teman-teman juga jangan telalu tergiur oleh jajanan yang memiliki
warna-warna yang mencolok, misalanya mangga yang berwarna kuning, krupuk yang
berwarna merah dan hijau, atau arumanis yang berwarna jingga. Memang kalau kita
lihat, jajanan dengan warna-warna seperti itu sangat mengungang selera kita
untuk mencicipinya. Akan tetapi, kita harus dapat sedikit menahan keingingan
tersebut. Mungkin saja takaran zat pewana yang digunakan untuk mewarnai
jajanana tersebut tidak sesuai dengan yang dianjurkan pemerintah. Pewarna itu
bahkan mungkin tidak boleh digunakan untuk mewarnai makanan, tetapi pedagang
tersebut tidak mengetahuinya. Tentu saja hal ini dapat membahayakan kesehatan
kita.
Namun, tidak semua jajanan yang dijual di pinggir jalan itu dapat
membahayakan kesehatan kita seperti yang telah diceritakan tadi. Ada juga
pedagang yang sangat memperhatikan dan menjaga kebersihan dagangannya.
Nah, teman-teman, itulah sedikit informasi mengenai jajanan
dipinggir jalan. Mudah-mudahan informasi ini dapat berguna. Hal yang
terpenting, teman-teman berhati-hati jika akan membeli jajanan di pinggir jalan
itu.