Afek merupakan peristiwa psikis dapat diartikan rasa ketegangan
hebat dan kuat, yang timbul dengan tiba-tiba dalam waktu singkat, tidak
disadari dan disertai dengan gejala-gejala jasmaniah yang hebat pula. Sebagai
akibatnya, pribadi yang dihinggapi afek tersebut tidak mengenal atau tidak
menyadari lagi terhadap sesuatu yang diperbuatnya. Kejahatan dan perbuatan
durjana lainnya banyak dilakukan orang, oleh karena didorong afek yang hebat
itu. Afek ini pada umumnya tidak pernah berlangsung lama, karena sifatnya yang
terlalu kuat. Misalnya: ketakutan, kemurkaan, kemuakan, ledakan dendam kesumat,
kebencian yang menyala-nyala, cinta birahi, kestase (kehanyutan jiwa),
dan lain sebagainya.
Wilhelm Wundt, tokoh psikologi ekperimental dalam sebuah analisis
intropeksi telah menemukan afek dalam 3 komponen, yaitu:
1.
Afek
yang disertai perasaan senang dan tidak senang.
2.
Afek
yang menimbulkan kegiatan jiwa atau melemahkan.
3.
Afek
yang berisi penuh ketegangan dan afek penuh relaks (mengendorkan).
Sedang Immanuel Kant membagi afek tersebut dalam dua kategori,
yaitu:
1.
Afek
Sthenis (sthenos = kuat, perkasa) ketika individu menyadari kemampuan dan
kekuatan tenaganya, sehingga aktivitas jasmani dan rohani bisa dipertinggi.
Misalnya, dorongan untuk bekerja.
2.
Afek
Asthenis, ialah afek yang membawa perasaan kehilangan kekuatan, sehingga
aktivitas fisik dan psikisnya terlumpuhkan karenanya. Misalnya, kejutan hebat
sehingga melumpuhkan iri, dan lain sebagainya.
Stemming atau suasana hati dapat diartikan sebagai suasana hati
yang berlangsung agak lama, lebih tenang, berkesinambungan dan ditandai dengan
ciri-ciri perasaan senang atau tidak senang. Sebab-sebab suasana hati pun pada
umumnya ada dalam bawah sadar, namun ada kalanya, juga disebabkan oleh faktor
jasmaniah. Jika suasana ini konstan sifatnya maka peristiwa ini disebut “humeur”.