Kembali ke masa lalu adalah hal paling
mustahil untuk dilakukan, namun secara teoritis kembali ke masa lalu bukan
tidak mungkin. Teori Albert Einstein, mengatakan bahwa dalam
perhitungan-perhitungan ilmiah, manusia tidak hanya berurusan dengan tinggi, lebar
dan panjang; melainkan juga dengan satu dimensi lain, yaitu waktu. Sebuah teori
Einstein menyatakan bahwa konsep ruang waktu dan energi materi bukanlah dua
kesatuan yang terpisah sama sekali. Keduanya bisa terjalin dalam keadaan
tertentu. Dan kalau itu benar-benar terjadi, tidaklah mustahil benda bisa
muncul dan lenyap secara mendadak, seakan-seakan mengalami proses
dematerialisasi. Di mana proses pelenyapan pesawat terbang, kapal dan lainnya
di Segitiga Bermuda tidak lain karena peristiwa ini.[1]
Menurut ajaran Newton ruang dan waktu
adalah objektif, mutlak dan bersifat universal. Ruang mempunyai tiga matra,
yaitu atas-bawah, depan belakang, kiri kanan. Sedangkan waktu hanya bermatra
depan belakang. Di dalam ruang kita dapat pergi ke setiap arah; di dalam waktu
kita hanya dapat pergi ke depan. Untuk dapat menjelaskan bahwa ruang dan waktu
bersifat mutlak, maka Newton mengemukakan hukum gerakan yang hakiki dari fisika
kuno sebagai berikut :”Suatu benda terus berada dalam keadaan diam atau
bergerak, kecuali apabila mendapat pengaruh dari suatu keadaan yang terdapat di
luar dirinya. Jika sesuatu benda dalam keadaan bergerak, maka ia akan tetap
bergerak, kecuali jika ada sesuatu – sesuatu kekuatan – yang mengubah gerakan
tersebut. Gerakan merupakan akibat suatu kekuatan yang mempengaruhi massa”.
Jadi di sini gerakan bersifat mutlak yang terjadi di dalam ruang dan waktu;
dengan demikian ruang dan waktu juga bersifat mutlak.[2]
Paradoks yang terkenal dikemukakan oleh
Zeno (kira-kira 490 – 430 S.M.), ia menyatakan bahwa banyak keganjilan akan
terjadi jika orang mengatakan bahwa gerakan merupakan suatu kenyataan. Salah
satu paradoks dikemukakan di sini yaitu “anak panah yang melayang” (Jika kita
memiliki anak panah ukuran 3 meter berarti menempati ruang sepanjang 3 meter,
kemudian anak panah itu kita lepaskan dan bergerak dari tempat yang satu ke
tempat yang lain. Setiap saat dalam keadaan melayang anak panah tersebut tetap
berukuran 3 meter berarti menempati ruang sepanjang 3 meter. Sedangkan kita
mengatakan bahwa berukuran sepanjang 3 meter berarti menempati ruang sepanjang
3 meter dan berhubung dengan itu, maka setiap saat dalam keadaan melayang anak
panah tersebut berada dalam keadaan diam. Maka dalam hal ini terdapat suatu
contradictio in terminis).
Ruang dan waktu mempengaruhi cara benda
bergerak dan forsanya, sebaliknya ruang-waktu juga dipengaruhi oleh cara benda
itu bergerak dan forsanya bekerja. Dengan demikian, ruang – waktu tidak hanya
dipengaruhi juga mempengaruhi semua kejadian dalam alam semesta ini, artinya
ruang-waktu sangat dinamis atau berubah. Perubahan itu disebut memuai atau
mengembang. Berawal dari suatu waktu yang tak terhingga dimasa lalu dan akan
berakhir pada suatu waktu yang tak terhingga di masa depan.[3]
Keajaiban yang diciptakan alam dengan jelas
dan pasti memberitahu kita, bahwa pada abad ke-20 yang baru saja berlalu,
secara membingungkan terjadilah sesuatu yang tak habis dimengerti yaitu waktu
berputar kembali. Secara teori, bahwa waktu berputar kembali, dan kembali ke
masa lalu bukan tidak memungkinkan. Menurut teori Einstein, waktu dan ruang
dapat mengalami perubahan dalam kecepatan cahaya. Jadi, seandainya suatu benda
terbang dengan kecepatan 300000 km/detik, maka ruang bisa di perpendek, dan
waktu bisa diperlambat.[4]
Menurut Alexander, jika kita berusaha
memehami ruang dan waktu dalam keadaan apa adanya, maka yang terjadi ialah
bahwa kita berusaha memahami benda-benda serta kejadian-kejadian dalam
keadaannya yang paling sederhana serta paling mendasar dalam ruang (extension)
serta bertahan dalam waktu (enduring), dengan segenap sifat-sifat yang dipunyai
oleh kedua macam ciri tersebut. Baik ruang maupun waktu tidak berada sendiri-sendiri
secara terpisah, dan kedua-duanya tampil di depan kita secara empiris. Jika
tidak ada waktu, maka tidak mungkin ada bagian dari ruang, bahkan yang ada
hanyalah kehampaan belaka; dan demikian pula halnya dengan ruang, dalam
hubungannya dengan waktu.
Selanjutnya, sehubungan dengan itu tidak
mungkin ada titik-titik yang menyusun ruang, tanpa sekelumit waktu yang dapat
menimbulkan gagasan kejadian-kejadian murni (pure events) sehingga dapatlah
dikatakan bahwa ruang – waktu merupakan keadaan yang nyata yang paling dalam
dan merupakan tempat persemaian bagi apa saja yang ada di alam ini. Ruang dan
waktu merupakan sesuatu yang menjadi sumber bagi adanya segala sesuatu,
sedangkan kejadian-kejadian yang murni merupakan penyusun terdalam dari apa
saja yang bereksistensi. Apabila kejadian-kejadian murni tersebut membentuk
suatu pola tertentu, maka munculah kualitas-kualitas fisik tertentu, misalnya
sebuah elektron dengan ciri-cirinya. Jadi materi merupakan sesuatu yang
pertama-tama muncul dari ruang – waktu.
Sebagai contoh kita perhatikan partikel
subatom, seperti sebuah electron. Bagaimana kita menggambarkan partikel
tersebut? Tidak seorangpun dapat melihat suatu partikel subatom; partikel ini
mungkin berupa sejenis perubahan dalam ruang pada suatu waktu tertentu; artinya
suatu kejadian yang murni yang hanya dapat disimak melalui kejadian-kejadian
tertentu yang dicatat oleh “ pointer-reading”, misalnya oleh instrumen
mikroskop elektron. Hasil-hasil penggabungan kejadian-kejadian murni
menimbulkan materi yang lebih rumit dan mempunyai sifat-sifat tertentu pula.
Teleskop NASA Fermi Singkap Bukti Teori
Ruang-Waktu
Balapan di alam semesta selama
7,3-milyar-tahun, dua partikel bermuatan tinggi telah tertangkap oleh Telescope
Ruang Angkasa Sinar Gamma Fermi NASA berselang tidak lebih dari sedetik antara
satu sama lainnya. Para ilmuwan gembira dan percaya hal ini bisa menjadi bukti
teori ruang-waktu yang diungkapkan oleh Einstein, menurut laporan Daily
Mail.
Foton diluncurkan pada maraton selama
ledakan pendek sinar gamma, suatu pencurahan radiasi yang kemungkinan
dihasilkan oleh tabrakan dari dua bintang neutron, benda-benda yang dikenal
paling padat di alam semesta. Salah satu foton memiliki energi satu juta kali
lebih banyak dari yang lain tetapi mereka (dua foton) tiba pada saat yang
hampir bersamaan.
Dalam visi Einstein tentang kesatuan
ruang-waktu semua bentuk radiasi elektromagnetik, dari sinar gamma hingga
sinar-X, ia dianggap melakukan perjalanan melalui ruang hampa udara dengan
kecepatan yang sama, tidak peduli berapa banyak energi yang mereka miliki.
Tetapi dalam beberapa teori-teori baru
tentang gravitasi, ruang-waktu dianggap memiliki 'pergeseran, struktur berbusa'
ketika dilihat pada skala triliunan kali lebih kecil daripada elektron. Model
baru mengenai alam semesta ini mengatakan 'tekstur berbusa' ini akan
memperlambat energi foton yang lebih tinggi dibandingkan dengan energi yang
lebih rendah satu tingkat.
Hasil penelitian Teleskop Fermi menunjukkan
bahwa hal ini tidak terjadi sesuai dengan yang ilmuwan yakini berselang
sembilan-persepuluh detik, ketika tersebar di lebih dari tujuh milyar tahun,
terlalu kecil untuk menjadi signifikan.[5]
Pembelokan Cahaya
Dalam fisika klasik, kita menganggap ruang
dan waktu sebagai latar yang tetap (fixed background), yaitu seperti panggung
atau arena, di mana partikel-partikel menari di atasnya. Dengan sudut pandang
itu, kita bisa membuat model geometri yang tetap untuk ruang dan waktu, lalu
setelahnya kita bisa merumuskan persamaan untuk mengambarkan dinamika dari
partikel-partikel, dan ruang-waktu bersifat absolut, tidak terpengaruh oleh
gerakan partikel-partikel. Mungkin gambaran seperti ini yang sekilas bisa kita
terima berdasarkan intuisi dan pengalaman sehari-hari. Namun teori relativitas
membuktikan bahwa sudut pandang itu adalah salah, dan teori relativitas telah
diuji melalui eksperimen. Menurut teori relativitas, ruang-waktu adalah
dinamis.
Geometri ruang-waktu tidaklah statis,
tetapi bergantung pada distribusi materi dan energi. Jadi sudut pandang teori relativitas
adalah bahwa ruang-waktu adalah relasional, bukan absolut. Dalam fisika klasik,
seandainya semua materi dihilangkan dari alam semesta, akan tertingal sebuah
ruang-waktu yang absolut. Tetapi dalam fisika relativitas, jika semua materi
dihilangkan, tidak ada yang tersisa - tidak ada ruang-waktu jika tidak ada
materi. Ruang-waktu tidaklah eksis dengan sendirinya, tapi ruang-waktu adalah
network dari hubungan dan perubahan. Jadi pelajaran utama dari teori
relativitas adalah bahwa teori fisika haruslah bebas latar (background
independent), yaitu bahwa teori fisika tidak didefinisikan dalam latar
ruang-waktu yang statis seperti dalam fisika klasik.[6]
Implikasi Terhadap Pemikiran Teologis
Konsepsi TR tentang waktu telah memberi
implikasi yang besar terhadap pemikiran-pemikiran teologis. Yang menjadi
sorotan penulis dalam hal ini adalah permasalahan yang ada dalam perdebatan
tentang Tritunggal. Salah satu permasalahan dalam ketritunggalan Allah adalah bagaimana
menjelaskan hubungan Kristus dengan Allah Bapa. Penjelasan hubungan Kristus
dengan Allah Bapa cenderung berimplikasi pada subordinasi Kristus, baik dalam
urutan waktu, maupun dalam essensi/substansi. Dikatakan adanya subordinasi
dalam waktu karena adanya pengertian bahwa Bapa ada sebelum Anak. Dan adanya
subordinasi essensi karena adanya pengertian kausalitas, di mana Bapa sebagai
penyebab keberadaan Anak (dan Roh Kudus). Keterikatan yang a priori manusia
pada waktu nampak dengan jelas dalam perdebatan teologis tentang Tritunggal.
Bagaimana menjelaskan hubungan Bapa, Anak
dan Roh Kudus terlepas dari ide waktu yang a priori? Anak diperanakkan
(generate) dari Bapa, dan Roh Kudus berasal (procced) dari Bapa dan Anak.
Berbagai pemikiran telah dicetuskan untuk menjelaskan masalah ini. Pemecahan
untuk masalah ini telah dikemukakan dari berbagai aspek.
Bagi Origen, jika Anak berasal (generate)
dari Bapak dan Roh Kudus berasal (procced) dari Bapa dan Anak, maka ini memberi
implikasi pengertian: (1) Ada permulaan pada diri Anak dan Roh Kudus. (2) Pada
diri Allah ada suatu perubahan, sehingga terjadi sesuatu yang baru. Bagi Origen
hal ini tidak mungkin. Pada diri Allah tidak ada sesuatu yang terjadi sehingga
muncul sesuatu yang baru (dalam keterkaitan secara a priori pada waktu), dan
terjadi perubahan.[7]
Sumber Bacaan
[1] http://erabaru.net/iptek/83-teka-teki/18624-misteri-ruang-dan-waktu
[2] http://wongalus.wordpress.com/2009/05/29/hakekat-ruang-dan-waktu/
[3] http://kaisnet.wordpress.com/2011/09/22/ruang-dan-waktu-yang-dinamis/
[4] http://anjarlinux.staff.uns.ac.id/2008/12/03/misteri-ruang-dan-waktu/
[5] http://www.erabaru.net/iptek/81-antariksa-astronomi/6570-teleskop-nasa-fermi-singkap-bukti-teori-ruang-waktu
[6] http://www.forumsains.com/fisika/pembelokan-cahaya-atau-ruang-dan-waktu/
[7] http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=356&res=jpz#