Al-Qur'an seperti diyakini kaum muslim merupakan kitab hidayah,
petunjuk bagi manusia dalam membedakan yang haq dengan yang batil.
Dalam berbagai versinya Al-Qur'an sendiri menegaskan beberapa sifat dan ciri
yang melekat dalam dirinya, di antaranya bersifat transformatif. Yaitu
membawa misi perubahan untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan-kegelapan, Zhulumât
(di bidang akidah, hukum, politik, ekonomi, sosial budaya dll)
kepada sebuah cahaya, Nûr petunjuk ilahi untuk menciptakan kebahagiaan
dan kesentosaan hidup manusia, dunia-akhirat.
Dialektika antara manusia dengan realitasnya ditenggarai turut
masuk mempengaruhi proses penafsiran itu. Bukankah Al-Qur'an diturunkan bagi
manusia, untuk kemaslahatan manusia dan last but not least, untuk
"memanusiakan" manusia (bukan menjadikannya makhluk otomatis seperti
robot, mesin, hewan ataupun malaikat).
Falsafah hidup Islam menggariskan bersatunya nilai agama dan dunia,
kehidupan manusia untuk misi khilâfah/'imârat al-ardl (keduniaan) dan ubûdiyyah
(keakhiratan). Prinsip-prinsip tersebut yang senantiasa harus diindahkan
ketika kaum muslim berinteraksi dengan Al-Qur'an.
Dewasa ini pola interaksi kaum muslim dengan Al-Qur'an bukan hanya
bercorak hudâ'iy, ijtimâ'iy dan ishlâhiy (mencari petunjuk untuk kebahagiaan),
tetapi juga 'ilmiy (dalam pengertiannya yang luas mencakup intellectual
exercise, tidak hanya mencari pembenaran teori-teori sains dengan landasan ayat
suci Al-Qur'an). Bahkan cenderung filosofis murni dan tak ada kaitannya dengan
misi transformatif yang menjadi ciri utama kehadiran Al-Qur'an di pentas
kehidupan manusia.
1.
Surah Al-baqorah ayat 21
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya:
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa,(Qs. Al-baqorah: 21).
a. Arti kata/ Mofrodat
Lafadh/
kalimat
|
Arti/
terjemahan
|
اعببدوا
|
Sembahlah
|
ربكم
|
Tuhan
pencipta kalian
|
تتقون
|
Bertaqwa
|
قبلكم
|
Sebelum
kalian
|
خلقكم
|
Telah
menciptakan kalian
|
لعلكم
|
Agar
kamu sekalian
|
b. Tafsir Surah Al-Baqorah ayat 21.
Allah Subhaanahu Wa Ta'aala menjelaskan tentang
sifat uluhiah-Nya Yang Maha Esa, bahwa Dia-lah yang memberi nikmat
kepada hamba-hamba-Nya dengan menciptakan mereka dari tiada menjadi ada, lalu
melimpahkan kepada mereka segala macam nikmat lahir dan batin. Allah menjadikan
bumi bagi mereka sebagai hamparan buat tempat mereka tinggal, diperkokoh
kesetabilannya dengan gunung-gunung yang tinggi lagi besar, dan Dia menjadikan
langit sebagai atap sebagai mana disebutkan di dalam ayat lain, yaitu
firman-Nya dalam Qs. Al-Anbiyaa ayat 32:Artinya:
Dan kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka
berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya, (Qs.
Al-Anbiyaa’: 32).
Dalam hadits shahihain disebutkan: Dari
Ibnu Mas'ud menceritakan, aku bertanya : "Wahai Rasulullah, dosa apakah
yang paling besar di sisi Allah?"
Beliau menjawab : "Jika kamu mengadakan sekutu
bagi Allah, padahal Dia yang menciptakanmu," hingga akhir hadits.
Perlu diketahui bahwa ayat diatas ditujukan kepada
kedua golongan secara keseluruhan, yaitu orang-orang kafir dan orang-orang
munafik. Dengan kata lain, esakanlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian
dan orang-orang sebelum kalian.
c.
Korelasi/
munasabah surah Al-Baqorah ayat 21-22
Bahwa
ketika Allah menyinggung tentang orang-orang mukmin yang beruntung dan
orang-orang kafir yang merugi, Dia Ta’ala menyinggung pula tentang kaum
Munafiqin yang berada diantara posisi kedua golongan diatas, kemudian dengan
cara iltifat (pengalihan), Dia Ta’ala menyeru seluruh mereka dengan ungkapan
“an-Naas” (manusia) sehingga menjadi seruan umum bagi manusia semuanya di
setiap tempat dan masa, dan memerintahkan mereka agar beribadah kepadaNya untuk
menjaga diri mereka dari kerugian.
d.
Hikmah
yang terkandung dalam surah Al-Baqorah ayat 21
a. Hati
kita semakin tunduk kepada Allah SWT.
b. Dengan
menjalankan perintah Allah hidup kita akan tenang.
c. Menyembah
Allah merupakan tugas manusia untuk mencapai kebahagaian dan pahala dari Allah
SWT.
d. Dengan
menyembah Allah maka kita akan menjadi orang-orang yang bertaqwa.
2. Surah Al-bayyinah
ayat 5
وﻤﺎ ﺃ
ﻤﺮوﺍﺇﻻ ﻟﯾﻌﺑﺪوﺍﺍﷲ ﻤﺨﻟﺼﯾﻦ ﻟﻪ ﺍ ﻟﺪ ﯾﻦ ﺤﻨﻓﺎﺀ وﯾﻘﯾﻤوﺍﺍ ﻟﺼﻟوﺓ وﯾﺅﺘوﺍﺍﻟﺯﻛوﺓۚ وﺬ ﻟﻙ ﺪ
ﯾﻥ ﺍ ﻟﻘﯾﻣﺔ
Artinya:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang
lurus.(Qs. Al-Bayyinah: 5).
a.
Arti
kata/ Mufrodat
Lafadh/
kalimat
|
Arti/
terjemahan
|
مخلصين
|
Mengikhlaskan/
memurnikan
|
حنفاء
|
Lurus
|
يؤتون
|
Menunaikan/
membayar
|
القيمة
|
Lurus
|
b.
Asbabun
Nuzul
Karena
adanya perpecahan di kalangan mereka maka pada ayat ini dengan nada mencerca
Allah menegaskan bahwa mereka tidak diperintahkan kecuali untuk menyembah
Allah. Perintah yang ditujukan kepada mereka adalah untuk kebaikan dunia dan
agama mereka, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, yang berupa ikhlas
lahir dan batin dalam berbakti kepada Allah dan membersihkan amal perbuatan
dari syirik serta mematuhi agama Nabi Ibrahim yang menjauhkan dirinya dari
kekafiran kaumnya kepada agama tauhid dengan mengikhlaskan ibadat kepada Allah
SWT.
c.
Tafsir
Surah Al-Bayyinah ayat 5
Ayat tersebut di atas tentang keikhlasan beribadat
serta menjauhkan diri dari syirik, mendirikan salat dan mengeluarkan zakat
itulah yang dimaksud dengan agama yang lurus yang tersebut dalam kitab-kitab
suci lainnya.
Maksud ungkapan-ungkapan yang telah lalu bahwa
orang-orang ahli Kitab berselisih dalam memahami dasar-dasar agama mereka dan
furuk-furuknya, padahal mereka diperintahkan untuk memperhambakan diri kepada
Allah dengan tulus ikhlas dalam akidah.
Yang dimaksud mendirikan shalat adalah merupakan
ibadah jasmani yang mulia. mengerjakan terus-menerus setiap waktu dengan
memusatkan jiwa kepada kebesaran Allah ketika salat. Dan yang dimaksud dengan
mengeluarkan zakat yaitu berbuat baik kepada kaum fakir miskin dan orang-orang
yang membutuhkan. Adapun agama yang lurus yaitu agama yang berdiri tegak lagi
adil atau ummat yang lurus dan tidak menyimpang.
d.
Korelasi/
munasabah surah Al-Bayyinah ayat 5-6
Bahwasanya
Allah SWT memerintahkan kepada umat manusia supaya menyembah kepada-Nya, dengan
cara memurnikan agama Islam, supaya mereka tidak termasuk orang-orang kafir
karena orang kafir merupakan seburuk-buruk makhluk Allah SWT, sebagaimana yang
diterangkan dalam ayat selanjutnya.
e.
Hikmah
yang terkandung dalam surah Al-Bayyinah ayat 5
a. Manusia diciptakan hanya untuk menyembah kepada Allah
SWT
b.
Manusia diwajibkan mengingat Allah SWT diwaktu berdiri, duduk, maupun
berbaring.
c.
Menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dengan menjauhkan
diri dari sifat-sifat kemusyrikan. Artinya menjalankan agama haruslah dengan
lurus, yaitu jauh dari syirik dari kesesatan-kesesatan.
3. Surah Ad-Dzariyat
ayat 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku, (Qs. Ad-Dzariyat: 56).
a.
Arti
kata/ Mufrodat
Lafadh/
kalimat
|
Arti/
terjemahan
|
خلقت
|
Telah menciptakan
|
الجن
|
Jin
|
الإنس
|
Manusia
|
ليعبدون
|
Untuk menyembah
|
b.
Asbabun
Nuzul
Ketika
para malaikat mengetahui bahwa Allah SWT akan menciptakan khalifah di muka
bumi. Allah SWT menyampaikan perintah-Nya kepada mereka secara terperinci. Dia
memberitahukan bahwa Dia akan menciptakan manusia dari tanah. Maka ketika Dia
menyempurnakannya dan meniupkan roh di dalamnya, para malaikat harus bersujud
kepadanya. Yang harus dipahami bahwa sujud tersebut adalah sujud penghormatan,
bukan sujud ibadah, karena sujud ibadah hanya diperuntukkan kepada Allah SWT.
c.
Tafsir
surah Ad-Dzariyat ayat 56
Maksud ayat tersebut adalah Allah menciptakan manusia dengan tujuan untuk
menyuruh mereka beribadah kepada-Nya, bukan karena Allah butuh kepada mereka. Ayat
tersebut dengan gamblang telah menjelaskan bahwa Allah Swt dengan menghidupkan
manusia di dunia ini agar mengabdi / beribadah kepada-Nya. Bukan sekedar untuk
hidup kemudian menghabiskan jatah umur lalu mati.
Shihab
(2003:356),
Ibadah
terdiri dari ibadah murni (mahdhah) dan ibadah tidak murni (ghairu mahdhah).
Ibadah mahdhah adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah, bentuk, kadar,
atau waktunya, seperti shalat, zakat, puasa dan haji. Ibadah ghairu mahdhah
adalah segala aktivitas lahir dan batin manusia yang dimaksudkannya untuk
mendekatkan diri kepada Allah.
Berdasarkan
ayat tersebut, dengan mudah manusia bisa mendapat pencerahan bahwa eksistensi
manusia di dunia adalah untuk melaksanakan ibadah / menyembah kepada Allah Swt
dan tentu saja semua yang berlaku bagi manusia selama ini bukan sesuatu yang
tidak ada artinya. Sekecil apapun perbuatan itu. Kehadiran manusia ke bumi
melalui proses kelahiran, sedangkan kematian sebagai pertanda habisnya
kesempatan hidup di dunia dan selanjutnya kembali menghadap Allah untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya semasa hidup di dunia.
Syaikul
Islam, Ibnu Taimiyah (dalam Nur Hasanah, 2002), memandang bahwa makna ibadah
lebih dalam dan luas. Makna ibadah sampai pada unsur yang rumit sekalipun.
Unsur yang sangat penting di dalam mewujudkan ibadah ialah sebagaimana yang
telah diperintahkan oleh Allah SWT yaitu unsur cinta. Tanpa unsur cinta
tersebut, mustahil tujuan pokok diciptakan manusia, para rasul diutus,
diturunkan kitab-kitab, ialah hanya untuk berbadah kepada Allah SWT dapat
tercapai.
d.
Kolerasi/
munasabah surah Ad-Dzariyat ayat 55-56
Ketika
Allah memerintahkan kepada manusia untuk saling memberi peringatan kepada
sesamanya, karena memberi peringatan membuahkan manfa’at bagi dirinya sendiri
lebih-lebih terhadap orang-orang beriman, disamping itu pula pada ayat
sesudahnya juga Allah memberikan peringatan mengenai tujuan diciptakan manusia
yakni untuk menyembah kepada Allah SWT.
e.
Hikmah
yang terkandung dalam surah Ad-Dzariyat ayat 56
a. Jin
dan manusia dijadikan Allah swt untuk tunduk dan merendahkan diri kepada-Nya.
b. Menguatkan
perintah kepada manusia untuk selalu berzikir dan beribadah kepada Allah swt.
Sumber Bacaan
·
Tafsir Ibn
Katsir, Surah Al-Baqorah ayat 21.
·
Tafsir Al-Maragi,
Ahmad Mustafa Al Maragi, 1993, semarang: CV Toha putra, halm 152-154.