Taubat dari dosa yang dilakukan oleh seorang mu'min
--dan saat itu ia sedang berusaha menuju kepada Allah SWT -- adalah kewajiban
agama. Diperintahkah oleh Al- Qur’an, didorong oleh sunnah, serta disepakati
kewajibannnya oleh seluruh ulama, baik ulama zhahir maupun ulama bathin. Atau
ulama fiqh dan ulama suluk. Hingga Sahl bin Abdullah berkata: Barangsiapa yang
berkata bahwa taubat adalah tidak wajib maka ia telah kafir, dan barangsiapa
yang menyetujui perkataan seperti itu maka ia juga kafir. Dan ia berkata:
"Tidak ada yang lebih wajib bagi makhluk dari melakukan taubat, dan tidak
ada hukuman yang lebih berat atas manusia selain ketidak tahuannya akan ilmu
taubat, dan tidak menguasai ilmu taubat itu (Di sebutkan oleh Abu Thalib Al
Makki dalam kitabnya Qutul Qulub, juz 1 hal. 179).
Al-Qur’an memberi perhatian yang besar terhadap taubat
dalam banyak ayat-ayat yang tersebar dalam surah-surah Makkiah atau Madaniah.
Kita akan membaca ayat-ayat itu nantinya, insya Allah.
"Bertaubatlah kepada Allah SWT dengan Taubat yang
semurni-murninya".
Di antara perintah yang paling tegas untuk
melaksanakan taubat dalam Al Quran adalah firman Allah SWT: "Hai
orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang
semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu
dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman
bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah
kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah
bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas
segala sesuatu" (QS. At Tahrim: 8).
Ini adalah perintah yang lain dari Allah SWT dalam Al
Quran kepada manusia untuk melakukan taubat dengan taubat nasuha: yaitu taubat
yang bersih dan benar. Perintah Allah SWT dalam Al Quran itu menunjukkan
wajibnya pekerjaan ini, selama tidak ada petunjuk lain yang mengindikasikan
pengertian selain itu. Sementara dalam ayat itu tidak ada petunjuk yang lain
itu.
Oleh karena itu, hendaknya seluruh kaum mu'min
berusaha untuk menggapai dua hal atau dua tujuan yang pokok ini, yaitu:
1.
Menghapuskan dosa-dosa
2.
Masuk ke dalam surga.
Seluruh individu muslim amat membutuhkan dua hal ini:
Pertama: agar kesalahannya dihapuskan, dan dosa-dosanya diampunkan. Karena manusia,
disebabkan sifat kemanusiaannya, tidak mungkin terbebas dari kesalahan dan
dosa-dosa. Itu bermula dari kenyatan elemen pembentukan manusia tersusun dari
unsur tanah yang berasal dari bumi, dan unsur ruh yang berasal dari langit.
Salah satunya menarik ke bawah sementara bagian lainnya mengajak ke atas. Yang
pertama dapat menenggelamkan manusia pada perangai binatang atau lebih buruk
lagi, sementara yang lain dapat mengantarkan manusia ke barisan para malaikat
atau lebih tinggi lagi.
Oleh karena itu, manusia dapat melakukan kesalahan dan
membuat dosa. Dengan kenyataan itu ia membutuhkan taubat yang utuh, sehingga ia
dapat menghapus kesalahan yang diperbuatnya.
Kedua: agar ia dapat masuk surga. Siapa yang tidak mau masuk surga? Pemikiran
yang paling berat menghantui manusia adalah: akan masuk kemana ia nantinya di
akhirat. Ini adalah masalah ujung perjalanan manusia yang paling penting:
apakah ia akan selamat di akhirat atau binasa? Apakah ia akan menang dan
bahagia ataukah ia akan mengalami kebinasaaan dan penderitaan? Keberhasilan,
kemenangan dan kebahagiaan adalah terdapat dalam surga. Sedangkan kebinasaan,
kekecewaan serta penderitaan terdapat dalam neraka:
"Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan
ke dalam surga maka sungguh dia telah beruntung. Kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan" (QS. Ali Imran: 185.).