Gerakan Karaites
Sewaktu perhatian telah lebih banyak tertuju kepada pengajaran Talmudz,
sedangkan tinjauan dan ulasan telah berlarut-larut sampai kepada masalah yang
remeh-remeh dan tetekbengek, dan seluruh kegiatan dan begitupun pemikiran telah
terpaling dari masalah-masalah yang paling pokok, karena terbenam dalam
pembahasan soal-soal tetek-bengek, hingga setiap kuman telah dijadikan gajah,
maka timbullah gerakan Reformasi dalam kalangan agama Yahudi di sekitar
abad ke-8 masehi, dipelopori oleh Rabbi Anan ben David (lk 760 M), dengan
mengambil kota Baghdad sebagai pusat gerakannya. Gerakan Reformasi itu menurut
Judah Goldin di dalam The Living Talmudz edisi 1960 halaman 35, bersemboyankan
: Back to Scripture: ( Ayo kembali kepada Kitab Suci !).
Kritik-kritik yang dilontarkannya demikian tajam dan suaranya demikian
radikal hingga membangkitkan keonaran dan pertentangan tajam dalam lingkungan
masyarakat Yahudi, antara gerakan Kaum Muda itu dengan Kaum Tua; hingga pada
akhirnya Khalifah Al-Manshur (754-775 M) dari daulat Abbasiah terpaksa
mengambil tindakan menangkapnya dan menjerumuskannya ke dalam penjara.
Suatu kebetulan sepanjang sejarah, demikian Encyclopedia Britannica dalam
penguraian tentang Karaites, bahwa yang menolongnya untuk tidak sampai dijatuhi
hukuman mati dan bahkan menolongnya untuk dibebaskan ialah temannya sepenjara,
Al-Imam Abu Hanifah (699-767 M), seorang tokoh besar pembangun mazhab Hanafi
dalam dunia Islam.
Gerakan Rabbi Ananben David itu
biasa dipanggilkan dengan Karaism dan para pengikutnya dipanggilkan Karaites.
Gerakan itu berkelanjutan sampai abad ke-9 Masehi dibawah pimpinan Rabbi
Benjamin Nahwandi. Tokoh-tokoh terkemuka lainnya ialah Sahal ben Macleah,
Solomon ben Yeroham, Joseph ben Noah. Tetapi gerakan yang ekstrim dan radikal
itu tidak berusia lama dan sekedar meluangkan jalan bagi pertumbuhan gerakan
Massorah.
Gerakan Massorah.
Pengaruh gerakan Karaism itu bukan
kecil sekalipun tidak bemsia lama, karena semenjak abad ke-9 masehi itu muncul
gerakan RefQnt1asi yang lebih moderat, terkenal dengan sebutan gerakan Massorah
dan para pengikutnya dipanggilkan kaum Massoretes; dan gerakan itu
berkelanjutan pengarohnya sampai abad-abad berikutnya.
Tokoh terkemuka dalam gerakan itu
ialah Rabbi Ben Azher dan Rabbi Ben Naphtali. Karyanya yang terbesar ialah
penyusun an kembali naskah-lengkap Kitab Torah beserta kitab-kitab lainnya yang
terpandang suci di dalam bahasa Ibrani, dikenal dengan sebutan Massoretic Text,
yakni naskah Massorah.
Betapa besar pengamh karya gerakan
Massorah itu terhadap dunia Keristen pada masa belakangan dapat disaksikan pada
pendirian kaum Reformasi Keristen semenjak abad ke-15 masehi, yang menolak
beberapa kitab dalam Vulgata (salinan Septuaginta ke dalam bahasa Latin) yang
menjadi pegangan Gereja Rum Katolik, dan menerima sepenuhnya Massoratic Text
itu sebagai standard-text bagi Perjanjian Lama (Old Testament).
Gerakan Massorah menyusun
naskah-Ibrani itu dari naskah- Grik yang bernama Septuaginta itu, dengan
menyalin kata demi kata secara teliti dan menyesuaikannya dengan tatabahasa
Ibrani, dan sesewaktu membandingkannya dengan petikan-petikan Ayat Taurat yang
dijumpai di dalam Mishna. Betapa ketelitian dan kecermatan penyusunan
naskah-naskah Ibrani itu dapat disaksikan pada kenyataan tentang persamaannya
pada umumnya dengan naskah-tua Habakuk dan naskah-tua Isaiah, di dalam himpunan
Dead Sea Scrolls, yang ditemukan sehabis PD-II.
Gerakan Kabbala
Gerakan mistik dalam dunia Islam,
yaitu Sufism, yang tokoh terkemuka dalam belahan timur ialah Al-Ghazali
(1058-1111 M) dan pada belahan barat ialah Ibnu Arabi (1165-1240 M),
membawa pengaruh kuat bagi pertumbuhan gerakan mistik Kabbala atau Cabala dalam
kalangan Yahudi.
Kabbala itu dalam bahasa Ibrani
bermakna "menerima" ataupun "tradisi". Nama itu
dipergunakan bagi suatu sistim filsafat yang bersipat mistik dan theosofis dan
magis. Upacara upacara yang dilakukannya bersifat rahasia dan penuh misteri.
Gerakan Kabbala
itu bermula popularitasnya pada abad ke-12 masehi dan berkelanjutan sampai abad
ke-16. Kaum Kabbalists itu menganut paham Wihdatul-Wujud (pantheism)
seperti yang dianut oleh Sufi Ibnu Arabi dan Sufi Al-Hallaj dan Sufi Jalaluddin
Al-Rumi.
Tokoh terkemuka dari gerakan Kabbala
itu ialah Azriel of Gerona dan Moses de Leon, kedua-duanya dari Andalusia.
Karya dari tokoh terakhir itu bernama Sefer Hazzohan dan lebih terkenal
dengan sebutan "Zohar" saja, ditulis pada abad ke-13 masehi, mempakan
naskah otoritas dalam gerakan Kabbala seperti kedudukan Ihya-Ulumud-Dien karya
Al-Ghazali dalam dunia Sufi.