Dibawah kekuasaan Grik semenjak tahun 332 sebelum Masehi, yang pada masa
itu kebudayaan Hellenia dipaksakan dalarn kehidupan masyarakat Yahudi, baikpun
bahasa maupun alampikiran dan adat istiadat, maka masyarakat Yahudi di Palestina
itu lambatlaun terpecah kepada empat sekta, terutama pada masa-masa menjelang
tahun Masehi, seperti berikut dibawah ini:
Saduki, dipimpin oleh lrnam-lrnam Besar (High Priests) di
Jerusalem dan berpengaruh dalam lapisan atasan, kaum terpelajar Yahudi maupun
kaum bangsawan Yahudi. Hal itu disebabkan mereka lebih menitikberatkan
pertimbangan pada soal-soal politik. Sekta itu dipengaruhi kebudayaan Grik dan
alam pikiran Grik.
Pharisi, yang punya pengikut luas da]am lapisan rakyat dibawah
pirnpinan rabbi-rabbi, dan sangat ketat memperpegangi syariat Taurat Musa. Nama
sekta tersebut bermakna pihak "yang memisahkan diri". Teguh
mempertahankan kepercayaan dan adat istiadat Yahudi terhadap tantangan zaman.
Zealot, merupakan pecahan dari sekta Pharisi karena tidak puas
akan sikap yang terlampau pasif terhadap perjuangan kebebasan nasional. Dalam
seluruh keyakinannya dan kepercayaannya sekta itu bersamaan dengan sekta
Pharisi kecuali dalam satu soal saja, yaitu sikap agressip memperjoangkan
kebebasan nasional.
Khasidim, pihak yang menyerahkan hidupnya sepenuhnya untuk
beribadat dalam sipat khalwat pada tempat-tempat terasing, seperti halnya
dengan aliran Sufi di dalam agama Islam, yang mencahari "penghiburan"
atas penderitaan lahiriah itu dengan menenggelamkan diri pada aliran mistik.
Nama sekta itu bermakna "puak yang suci", dan di dalam bahasa Grik
dipanggilkan dengan sekta Essenes (pihak yang suci).
Itulah empat sekta yang tetap tumbuh dan berkembang sampai kepada masa
Nabi Isa Almasih (Jesus Keristus) menjalankan missinya pada masa menjelang
pertengahan abad pertama Masehi.
Sekta Saduki menuduh sekta Pharisi itu menyebarkan ajaran- ajaran
yang tidak tertulis di dalam Taurat Musa, dan hal itu benar, karena melalui
penapsiran-penapsiran terhadap Hukum Musa, maka pihak Pharisi itu menetapkan
hukum-hukum baru yang bertambah lama bertambah ketat.
Sekta Pharisi mempercayai hari Kebangkitan, neraka dan sorga,
hidup kekal pada hari Kemudian, dan kedatangan kerajaan Almasih menjelang hari
Kebinasaan Alam Semesta.
Sekta Saduki berpendirian
bahwa sekalian hal itu tidak perlu diperbincangkan karena tidak satupun tentang
hal itu bisa "diketahui" oleh siapapun. Pendirian tersebut, jikalau
ditinjau dari jurusan filsafat disebut dengan :Agnosticism.
Sekta Saduki memperpegangi ajaran filsafat Grik tentang
"kemauan bebas" pada manusia. sedangkan sekta Pharisi mempercayai
takdir-nahi menguasai hidup manusia.
Itulah pokok-pokok perbedaan yang terpenting antara sekta Saduki dengan
sekta Pharisi, terotama pada masa-masa menjelang tahun Masehi. Bagian terbesar
dari para rabbi, seumpama rabbi-Hillel yang dimuliakan Yahudi dan ajaran.