Pembaharuan
kehidupan intelektual Eropa secara umum juga dimulai dengan Renaissance atau
lahirnya kembali pengajaran (Pencerahan). Renaissance atau Pencerahan ini
adalah pemikiran sebagai diketemukannya kembali warisan Eropa dari Yunani dan
pengajaran Romawi. Walaupun demikian, ada aspek lain yang biasanya diabaikan,
yakni, bahwa ada pula perubahan cepat dari pengajaran bahasa Arab dan upaya
menepis seberapa banyak bangsa Eropa yang sudah belajar dari bangsa Arab.
Sebelum makin berkembangnya aliran Thomisme, bangsa Eropa secara berat
tergantung kepada Avicenna (Ibnu Sina) dan barangkali lantaran Ibnu Sina ini
cocok dengan untaian cinta kasih kepada pemikiran Kristen. Sekalipun ilmu
Aristoteles secara luas sampai ke Eropa melalui Averroes (Ibnu Rushd), yang
juga mempunyai pengertian dengan memberikan posisi sentral kepada Aristotle
yang akan menegaskan identitas Eropa untuk lebih memusuhi Islam. Satu tingkatan
proses ini diilustrasikkan oleh Dante (1265-131). Dante sadar akan keragu-raguan
bangsa Eropa kepada Filsafat Arab dan beberapa ide yang memberlakukan Komedi
Ketuhanan yang mungkin berasal dari sumber sumber Islam. Secara keseluruhan
bahkan Dante malah menyebut untuk mengabaikan Islam. Dante menempatkan Muhammad
di Neraka berada di antara para penabur perpecahan. Dante bahkan menempatkan
lebih buruk lagi dari itu ketimbang yang disebutkan tentang Ulyses. Dante
menempatkan Ibnu Sina dan Ibnu Rushd dalam Limbo, melainkan menempatkan mereka
pada "keluarga filosof" termasuk seorang dosen Yunani dan Romawi.
Pada
tingkat proses ini dapat diamati sebagai Renaissance yang membawa proses
perjalanan sejarah. Kebanggaan yang dahulu kepada segala hal yang berasal dari
bahasa Arab itu, kini telah diganti oleh perubahan. Seorang ilmuwan Italia,
Pica Della Mirandola (1463-1494) yang dengan sendirinya begitu bagus
penguasaannya kepada bahasa Arab, bahasa Aramaik dan bahasa Yahudi, mengatakan
di awal salah satu karyanya "Langit telah Meninggalkan kita atas nama
Pythagoras, Plato dan Arissotle, dan Pertahankanlah Omar, Alchabitius, Abenzoar,
Abenragelmu." Pada abad 13 dan 14 Masehi, bahasa Arab ini telah menjadi
persyaratan bagi seorang professor bahasa Arab di Salamanca (begitu pula di
Bologna, Oxford, Paris dan Roma). Namun pada tahun 1532, ketika seorang ilmuwan
dari Negeri-negeri Dingin yang di Salamanca mempertanyakan tentang pembelajaran
bahasa Arab yang berbeda dengan orang Spanyol, "Apa yang membuat anda
tertarik kepada bahasa Arab, bahasa barbarian itu?" Cukuplah untuk
mengetahui bahasa Latin dan bahasa Yunani. Pada masa mudaku aku bodoh seperti
anda dan mempelajari bahasa Arab dan Yahudi. Namun setelah saya sekian lama
meninggalkan bahasa Arab dan Yahudi dan mulai mencurahkan perhatian kepada
bahasa Yunani sepenuhnya. Maka izinkanlah saya memberi nasehat kepada anda agar
melakukan hal yang sama (yakni meninggalkan bahasa Arab dan Yunani, lalu
mengutamakan perhatiannya kepada bahasa Yunani)."
Akibat
Renaissance dan Reformasi ini adalah munculnya gerakan gerakan filsafat baru,
di antara yang termasyhur adalah Rene Descartes (1596 1650) danJohn Lock
(1632-1704). Gerakan filsafat baru ini menolak gerakan skolastisme, yang
dimaksudkan adalah gerakan Kristenisasi aliran Aristotelianisme; dan ini tak
pelak lagi disebabkan oleh kekakuan ajaran Kristen itu sendiri. Walaupun para
filosof yang terkristenkan itu dan para penggantinya tidak dapat mencapai
filsafat alternatif tunggal, namun dapat dipastikan mereka telah membangun
"alam wacana" bagi para filosof yang telah diterima secara luas. Di
samping itu tumbuh pula gerakan yang dikenal sebagai Enlightenment --
Pencerahan, yang menempatkan akal berada di atas wahyu dan yang paling utama
adalah sifatnya yang anti agama. Secara khusus abad Pencerahan ini pada abad
sembilan belas mengantarkan lahirnya disiplin-disiplin ilmu baru, tekstual, literer
dan kritisme sejarah, dan memberi desakan kuat kepada pentingnya obyektifitas
sejarah. Kritisme tekstual mempengaruhi para ilmuwan ke arah yang lebih akurat
bagi versi-versi Yunani dan Latin klasik. Kemudian disiplin-disiplin ilmu itu
diterapkan untuk kitab-kitab suci Kristen dan mencapai kesimpulan yang
mengacaukan sebagian umat Krisen, meskipun secara mendasar disiplin-disiplin
ilmu itu tidak menyentuh ajaran sentral Iman Kristen kecuali hanya berkenaan
dengan masalah-masalah sekunder, misalnya di sekitar pengarang lima kitab
pertama dari kitab suci Bibel.
Pada
abad kedua puluh Masehi, kritisisme Perjanjian Baru makin mengangkat isu-isu
yang lebih serius. Namun para ilmuwan yang juga adalah orang orang yang beriman
kuat telah menangkis aspek-aspek negatif kritik-kritik tersebut dan memakai
metode kritis untuk menemukan pemahaman lebih mendalam tentang keimanan mereka.
Penting bahwa umat Islam hendaknya merealisir metode-metode tersebut secara
ilmiah. Adapun tentang orang-orang yang menuduh salah aplikasinya kepada Islam,
agaknya dialami pula bagi orang-orang yang menerapkan metode metode kritis
ilmiah kepada Kristen. Mereka adalah umat Kristen yang harus bertanggung jawab
untuk meninggalkan ide-ide tertentu tentang sejarah agama mereka yang
sebelumnya diakui keabsahannya, bahkan tak pelak lagi memasukkan
kebenaran-kebenaran sentral. Sebaliknya mereka telah membawa orang-orang
Kristen mengapresiasikan metode-metode ilmiah ini kepada pemahaman Kristiani
yang lebih mendalam.
Gerakan
intelektual di Eropa ini secara umum mendorong banyak orang untuk melakukan
penelitian ilmiah di berbagai bidang. Kemajuan yang terkenal ini terjadi pada
pertengahan abad ke sembilan belas dengan diketemukannya teori evolusi oleh
Charles Darwin. Teori ini menyebutkan bahwa manusia itu berasal dari makhluk
hidup yang lebih rendah. Teori evolusi Darwin ini pertama kali ditolak oleh
sebagian terbesar umat Kristen, sebab menurut mereka teori ini merusak teori
penciptaan dalam kitab Genesis. Sekarang semua orang Kristen terdidik telah mengakui
kebenaran teori evolusi Darwin ini dan memahami teori penciptaan dalam kitab
Genesis bukan sebagai rival dari pandangan ilmiah itu, melainkan sebagai suatu
cara untuk mengemukakan kebenaran-kebenaran penting tentang hubungan Tuhan
dengan makhluk yang bernama manusia. Kebanyakan pandangan orang Islam juga
telah ditumbangkan oleh bukti evolusi tersebut dan kadangkala menunjukkan bahwa
teori Darwinian ini secara umum tidak diakui oleh para ilmuwan. Namun apa yang
sesungguhnya gagal untuk menunjukkan bukti itu adalah para ilmuwan lain yang
mengajukan kritik terhadap teori Darwin ini yang dianggap bahwa evolusi manusia
itu bukan dari makhluk hidup yang lebih rendah, melainkan teorinya tentang cara
yang dilakukan dalam teori evolusi itu.
Pada
masyarakat dunia dekade terakhir abad dua puluh, ada pernyataan yang membuahkan
persetujuan umum tentang dua hal. Pertama, adalah hasil-hasil ilmu
pengetahuan yang meyakinkan untuk diterima ke dalam bidang sains yang
sebenarnya, yakni hasil-hasil yang disetujui oleh sebagian terbesar para
ilmuwan. Walaupun demikian, hasil hasil penelitian ilmiah ini harus ditafsirkan
ke dalam konteks yang lebih luas di luar bidang ilmu pengetahuan semata, yakni,
bidang apa yang dapat dijelaskan dengan berbagai cara, misalnya, bidang kosmologi,
metafisika, maupun teologi. Ini berarti bahwa walaupun berbagai gambaran
tentang bumi kita sebagaimana yang kita ketahui adalah benar-benar merupakan
proses evolusioner. Oleh karena itu, bagi orang yang beriman kepada Tuhan di
samping melakukan proses evolusioner ini atau malah dalam arti yang permanen,
proses evolsi ini merupakan kreatifitas Tuhan.
Kedua,
dari persetujuan umum itu adalah peryataan-pernyataan tentang segala yang
terjadi di masa lampau sesuai dengan fakta historis obyektif sejauh mungkin
untuk memastikan ini. Dalam bidang kesusasteraan umat Kristen sudah harus
membebaskan penonjolan bahwa lima kitab Bibel yang pertama ini disusun oleh
nabi Musa secara pribadi. Maka sekarang jelas sungguhpun basis yang asli itu
berasal dari tulisan nabi Musa sendiri, buku-buku itu telah diwariskan melalui
tangan-tangan beberapa penulis; akan tetapi perubahan pandangan tentang
komposisi masing-masingnya tidak meredusir nilai spiritual buku-buku tersebut.
Tentu saja, karya-karya sejarah ini adalah lebih dari kumpulan dari fakta fakta
obyektif. Penulis suatu karya biasanya menyeleksi dari sejumlah fakta-fakta
yang tersedia yang menghadirkan suatu gambaran masa lampau sebagai realisasi
nilai-nilai tertentu (atau yang tidak memiliki nilai-nilai). Para penulis
Kristen abad pertengahan menyeleksi fakta-fakta tentang Islam dalam suatu cara
tertentu dalam rangka menciptakan suatu gambaran yang menyimpang dan
mengingkari beberapa fakta-fakta lain yang bertentangan dengan yang sebenarnya.
Juga untuk melahirkan pemikiran dari pokok-pokok isi yang sesungguhnya menjadi
penilaian historis akan tetapi yang tidak berhubungan sama sekali dengan
fakta-fakta obyektif yang kemungkinan meski dapat menjadi suatu cara
menghadirkan kebenaran-kebenaran penting tentang aspek realitas. Jadi kitab
Jonah dalam Bibel sekarang dipegangi oleh para ilmuwan seluruhnya menjadi
khayalan belaka, dan bahkan mengandung ajaran Perjanjian Lama yang paling
besar.