Tradisi
filsafat Yunani yang hidup di Kekaisaran Byzantine memainkan peranan penting,
sebagaimana yang telah dicatat terdahulu dalam rumusan ajaran Kristen di
konsili-konsili ekumenikal. Kendatipun demikian, akibat dari invasi-invasi
barbarian dan hancurnya kekaisaran Romawi barat, tinggal sedikit kultur
intelektual saja yang masih tersisa di Eropa barat. Terjadi kebangkitan kembali
kehidupan intelektual tertentu di Sevilla di bawah kaisar Isidore (meningal 636
Masehi), namun kehidupan intelektual yang sedikit ini makin menghilang setelah
terjadinya invasi Arab. Bahkan abad ke sepuluh menampakkan isyarat kehidupan
intelektual yang kecil di Eropa barat yang amat berbeda dengan
komentar-komentar tentang sebagian kecil karya-karya logika Aristotle. Sekitar
tahun 1100 Masehi, Anselm adalah orang yang menggunakan metode dialektika
Aristotle untuk mempertahankan ajaran Kristen, dan dengan metode dialektika
Aristotle ini dia diikuti oleh Peter Abelard dengan gaya yang lebih mantap.
Sungguhpun
demikian, ada perubahan perlahan-lahan namun pasti terhadap yang terjadi, sebab
setelah penaklukan Kristen di Toledo pada tahun 1085 Masehi, dan para ilmuwan
Kristen dari berbagai negeri datang ke kota Toledo ini. Selama abad dua puluh
ini ada sejumlah luas karya-karya filsafat yang diterjemahkan dari bahasa Arab
ke bahasa Latin. Penterjemahan karya-karya filsafat
ini membawa gelombang baru kegiatan intelektual di Eropa barat, yang
mempengaruhi kemajuan ilmu pengetahuan dan filsafat, begitu pula pengaruhnya di
bidang biologi. Satu garis pemikiran Ibnu Rushd yang telah diambil oleh Siger
dari Brabant (hidup sekitar 1235-1282 Masehi) dan lain-lain, yang dalam bahasa
Latin dikenal sebagai mazhab Averroist (aliran Ibn Rusydiisme). Ibnu Rushd
mempermasalahkan apabila filsafat dan kitab-kitab suci yang diturunkan adalah
benar, maka tidak boleh ada perbenturan antara falsafat dan wahyu. Lalu Ibnu
Rushd terus berusaha keras untuk menunjukkan secara terinci bagaimana
kontradiksi-kontradiksi yang jelas nyata itu dapat didamaikan satu dengan yang
lain. Para Averroist Latin ini mengakui prinsip dasar, namun kecil perhatiannya
untuk mendamaikan kontradiksi-kontradiksi yang terjadi, supaya teori mereka
dikenal sebagai teori "kebenaran ganda" dan diberi hukum bid'ah.
Pengaruh
Ibn Rushd yang utama ini nampak pada Dominicus Albertus Magnus (1206-1280
Masehi) dan Thomas Aquinas (1226-1274 Masehi). Kedua filsuf ini secara luas
mengakui Aristotelianisme sebagai dijelaskan secara rinci oleh Ibn Rushd, dan
kemudian secara rinci dijelaskan pula oleh Thomas Aquinas yang menjadikannya
sebagai landasan bagi semua cakupan sistem teologis dan metafisis, yang secara
umum dianggap sebagai nilai yang tinggi dalam pemikiran Kristen barat di zaman
pertengahan. Namun demikian, sebagian orang Kristen juga ada yang menentang
teori Thomas Aquinas ini.
Lebih
lanjut, karya-karya Yunani klasik yang dikenal di Eropa barat setelah
pendudukan Ottoman atas Constantinople pada tahun 1453 Masehi dan mengalirnya
ilmuwan-ilmuwan timur menuju ke barat. Walaupun demikian, agaknya tidak ada
peniruan penuh terhadap pemikiran Yunani dari timur ini. Kesemerawutan Pembaharuan
di abad enam belas, kemungkinan cenderung memfokuskan pemikiran kepada teologi;
dan sejak abad tujuh belas bermunculannya gerakan-gerakan pemikiran baru yang
amat mendalam.