Pangkal
penalaran manusia pada hakikatnya terletak pada indera yang biasa disebut otak,
dalam organ tubuh manusia otak merupakan titik sentral yang dengannya manusia
bisa belajar, berfikir dan bekerja. Secara umum, pada tubuh manusia terdapat
dua jenis otak yaitu; otak lahir yang terletak pada tubuh jasmani dan otak
bathin yang terletak pada rohani. Kecakapan otak lahir biasanya hanya sebatas
mampu mengindera obyek yang nyata, yang bisa diraba dan dilihat, sehingga hasil
penalaran yang didapatkan hanya bersifal lahiriah.
Akan
tetapi berbeda dengan kemampuan otak bathin, kemampuan otak bathin dapat
didayagunakan menjangkau hal-hal yang luar biasa di luar kemampuan otak lahir,
bahkan kecakapan otak bathin ini dapat ditingkatkan ke alam abstrak membuka
tirai yang menutup sesuatu persoalan yang pada galibnya dipandang sulit dan
alot.
Dr.
Fritz Khant dalam bukunya; Der Mensh Gezund und Krank menyebut bahwa pangkal
otak itu pusatnya adalah nafsu. Sementara fungsi nafsu umumnya saling bergetar dengan
syaithan yang menjelmakan tindakan jahat dan buruk. Sehingga demikian, manakala
cara berpikir yang hanya didasarkan pada kecakapan otak lahir tanpa didukung
otak bathin yang transeden, maka akan mewujudkan hasil yang serba salah dan
hasil yang melenceng dari kebenaran itu sendiri.
Dengan
demikian, di sinilah peran puasa sebagai suatu bentuk latihan spiritual yang
mampu mengendalikan nafsu manusia. Sehingga daya nalar yang dihasilkan otak
manusia itu bisa menjadi bersih dan mencapai kebenaran yang hakiki.
Dalam
dunia kedokteran telah diakui, bahwa orang yang berpuasa dengan keadaan
perutnya kosong akan menyebabkan kosongnya zat-zat makanan di dalam usus kecil.
Orang yang sering mengalami demikian pada umumnya memiliki daya penglihatan
tajam dan memiliki kecakapan menganalisa persoalan dengan mudah pula.
Sebaliknya orang yang lambung perutnya selalu dipenuhi makanan, dalam katak
alin tidak pernah berpuasa, akan mudah sekali dihinggapi penyakit yang disebut
“Mucesziehten”, sehingga mengakibatkan orang yang mengalami demikian akan
cenderung bersikap pasif, rendah cara berfikirnya dan lambat dalam segala hal.
Mucesziehten ini dapat mengakibatkan lemahnya pencernaan makanan, sehingga
menimbulkan kerja saraf otak jadi lamban dan lemah.
Dengan
lambatnya saraf otak menyebabkan pikiran menjadi tumpul, sukar untuk berpikir,
dan tubuh jasmani selalu merasa berat dan lemah serta malas, sehingga
menjadikan bukti kebenaran dari sabda Rasulullah s.a.w., yang berbunyi di bawah
ini:
“Makan
banyak adalah penyakit dan berpantang adalah pangkalnya semua obat”.
Dan
jika diteliti lebih lanjut, Rasulullah dalam membina sahabatnya agar memiliki
ketinggian daya nalar dan cara berpikir yang sempurna dengan cara berpuasa.
Demikian pula jika kita lihat biografi para tokoh dan pakar ilmu pengetahuan
dan kalangan intelektual genius, tentu akan tampak dalah hidup mereka
senantiasa tidak lepas dari berpuasa.