Telah disebutkan, bahwa sebab utama
setan mau membantu dukun adalah ketika dukun mau mengabdi kepada setan dan
mendurhakai Allah. Soal cara transaksi dan jenis perjanjian hanyalah sebuah
wahana sebuah warna dan ornamen belaka, dan bentuknya pun sangat bervariasi.
Intinya dukun harus memberikan
loyalitas penuh kepada jin, sehingga tidak heran dan tidak dipungkiri lagi,
setan meminta tumbal nyawa orang yang paling dicintainya. Itu semua semata-mata
agar setan yakin akan loyalitas dukun kipadanya. Cara manapun yang ditempuh,
semuanya pasti bermuara kepada pengagungan kepada setan atau mengalihkan
peribadahan kepada selain Allah.
Di antara bentuk transaksi dan
ritual yang paling sering dilakukan oleh dukun atau orang yang ingin menjadi
dukun dan ortang sakti adalah sebagai berikut:
1. Menyepi dan Semedi
Menyepi dan bersemedi telah menjadi
tradisi para calon dukun dan para pemburu kesaktian. Ritual ini juga menjadi
pelajaran paket di padepokan-padepokan yang mengajarkan ilmu kesaktian. Tempat
pelaksanaannya pun dipilih tempat-tempat keramat dan angker. Atau yang diyakini
ada penghuninya (sing bahurekso), seperti di bawah pohon besar, kuburan,
batu punden, pantai laut selatan, segala macam bentuk goa dan lain sebagainya.
Tradisi menyepi ini biasa dilakukan
sebagai langkah awal untuk mendapatkan bisikan “wisik”. Sedangkan ritual
selanjutnya tergantung petunjuk ghaib yang didapat dari semedi tersebut.
Meskipun terkadang dilakukan pula oleh orang yang sudah mendapatkan kesaktian
sebagai “perpanjangan kontrak” atau menjaga keharmonisan dengan jin yang
membantunya termasuk ketika orang memburu benda pusaka.
Padahal Rasulullah menjelaskan dalam
sabdanya:
“Sesungguhnya
mantera-mantera, jimat dan pelet adalah syirik”
(HR: Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Belakangan ini, istilah semedi sering
disebut juga dengan meditasi. Meskipun tidak semua penganut meditasi sepakat
dengan persamaan istilah ini, begitupula sebaliknya, yang jelas dari penampakan
maupun hakikatnya tidak jauh berbeda.
Meditasi berasal dari bahasa Inggris
“meditation” yang kemudian diucapkan dalam bahasa Indonesia menjadi meditasi,
dalam bahasa Sansekerta dikenal dengan istilah samadhi yang kemudian
oleh masyarakat kita terutama yang berkultur jawa disebut dengan “semedi”
atau ”tata brata”.
Menurut Sri Mulyono Hartono, pendiri
atau pimpinan dari pelatih “Prana Meditasi Group” mengatakan bahwa meditasi
adalah salah satu upaya penjernihan bathin yakni dengan pengendapan pikiran,
rasa dan emosi untuk mecinptakan ketanangan bathin.
Cara meditasi pengendapan pikiran, rasa
dan emosi untuk menciptakan ketenangan bathin menurut para meditor adalah
sebagai berikut:
a. Duduk
bersila secara santai dan tenang, seluruh otot harus dikendorkan.
b. Menutup
mata kemudian bernafas secara wajar dan kosongkan pikiran.
c. Lupakan
semua masalah yang ada, biarkan bayangan-bayangan atau fikiran-fikiran yang
datang dalam hati sampai merasa keheningan yang total.
Sedangkan jika ingin bermeditasi untuk
mendapatkan energi atau kekuatan ghaib ditambah dengan niat menarik energi Ilahi,
dengan memusatkan fikiran pada cakra-cakra tubuh dengan mengucapkan wirid atau
mantera, dengan pengolahan nafas dan lain sebagainya.
2. Kungkum (Berendam di Air)
Aktivitas ini hampir menjadi program
standar bagi orang yang ingin mendapat kedaktian sejak dulu. Menurut Drs. RM
Setyadji Pantjawidjaja, ketua umum Yayasan Swagotra Budaya Jawa Tengah, ritual
kungkum telah ada pada masyarakat Jawa sejak pasa pra-Hindu.
Ritual ini mengalami akultrasi dengan
tradisi Hindu, maknanya ritual kungkum adalah pencampuran antara tradisi aliran
animisme dan dinamisme kafir, dengan tradisi hindu. Sama sekali jelas bukan
bagian dari ajaran Islam.
Menurut mereka, ritual kungkum
dimaksudkan sebagai media pembersihan diri baik secara jasmani maupun rohani,
kebersihan diri merupakan prasyarat mutlak bagi manusia yang ingin mendekatkan
diri dengan Tuhan. Manusia yang bersih jiwa dan raga, dapat mendengar aksa
wakia (suara Tuhan) atau bahkan berkomonikasi dengan Tuhan. “Ibarat kaca
mata, kalau bening dapat untuk melihat dengan jelas”.
Padahal andai saja mereka mendapatkan
bisikan, dalam bahasa orang Islam, bisikan itu adalah dari setan. Jelas bukan
firman Tuhan, dan memang setan menyampaikan wahyu kepada walinya dari golongan
manusia. Firman Allah:
“Dan
Demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan
(dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada
sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu
(manusia)[499]. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak
mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan”.
(Qs: Al-An’am: 112).
Adapun alasan ritual kungkum itu bisa
menjadi wahana untuk mensucikan diri, jelas bertentangan dengan aqidah Islam,
dalam Islam, bukan dengan ritual kungkum untuk mensucikan jasmani dan rohani
tetapi dengan amalan keta’atan dan taubat nasuha.
3. Ruwatan
Ruwatan menjadi tradisi para paranormal, juga order yang biasanya datang
dari dukun untuk dikerjakan oleh orang yang menggunakan jasanya. Pengertian
ruwatan dalam bahasa Jawa kuno, ruwat berarti lebur (melebur) atau
membuang. Ruwatan adalah salah satu cara untuk melepaskan diri dari dominasi
energi negatif yang dalam bahasa Jawa kuno disebut Sengkala dan Sukerta.
Orang yang diruwat adalah orang yang
ingin mengikis energi negatif berupa sengkala dan sukerta yang melekat pada
dirinya, yaitu diri setiap orang sebagai efek dari dosa dan kesalahan.
Ruwatan ini memiliki beberapa jenis di
antaranya:
a. Ruwatan Sukerta
Adalah pangruwatan bagi
anak yang terlahir sebagai anak tunggal (ontang-anting), dua bersaudara lelaki
semua ( uger-uger lawang), dua bersaudara perempuan semua (kembang sepasang),
tiga bersaudara satu perempuan ditengah (sedang kapit pancuran) dan lain
sebagainya. Pada dasarnya ruwatan ini bersifat permohonan agar anak tersebut
selanjutnya mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan di masa hidupnya akan
tetapi permohonan ini ditujukan kepada jin.
b. Ruwatan Sengkala
Ruwatan
bagi orang yang dalam perjalanan hidupnya mendapat hambatan dalam rejeki,
karier, jodoh, kesehatan termasuk di dalamnya adalah bagi pasangan suami istri
yang mendapat gangguan dalam kehidupan pernikahannya oleh kehadiran orang
ketiga atau godaan lainnya.
c. Ruwatan Lembaga
Adalah pangruwatan untuk kesuksesan
suatu lembaga atau organisasi usaha, maupun ruwatan untuk negara.
Prosesi ruwatan adalah bentuk kesesatan
karena di dalamnya berisi pemujaan terhadap dewa dewi, pemberian sesaji atau
pun prosesi mandi bunga yang kental dengan nuansa kesyirikan. Tradisi ruwatan
jika dilakukan untuk seseorang dinyatakan bisa menghilangkan aura negatif pada
diri seseorang. Jika dilakukan untuk suatu desa atau kampung, katanya bisa juga
membuang sial atau potensi buruk dan mencegah terjadinya malapetaka.
4. Puasa Bid’ah dan Syirik
Ada beberapa jenis puasa yang lazim
digunakan para pencari ilmu kesaktian untuk memperoleh ilmu yang diinginkannya,
dalam puasa ritual untuk kesaktian, ada bentuk-bentuk puasa dengan persyaratan
yang harus dipenuhi lagi tergantung bentuk dan jenis ilmu kesaktian yang ingin
diperolehnya. Adapun di antara puasa-puasa itu anda bisa lihat di sini.