Nilai sebagai tema abstrak sudah diperbincangkan sejak para filosof
berbicara tentang kebenaran atau keutamaan. Pemikiran para filosof itu
bermanfaat bagi kita untuk mengenal pandangan tentang nilai yang dewasa ini
semakin dirasa penting. Sebab boleh jadi kompleksitas dan kesemrawutan
kehidupan manusia dewasa ini memiliki kaitan erat dengan akar pemikiran
filsafat yang dikembangkan oleh salah satu aliran pemikiran.
Sebagai sebuah konsep, nilai mengundang banyak perhatian para
filosof. Sejak Yunani Kuno, nilai secara eksplesit telah diungkap, meski ketika
itu filsafat nilai belum populer. Nilai dibahas oleh para filosof Yunani Kuno ketika
mereka memikirkan keutamaan atau kebenaran sebagai nilai tertinggi. Dengan
demikian nilai melekat dalam kualitas hasil pemikiran mereka.
1.
Nilai dalam Aliran Filsafat Klasik
Idealisme
Bagi penganut paham idealisme, nilai dianggap sebagai sesuatu yang
mutlak. Nilai baik, benar, atau indah tidak berubah dari generasi ke generasi.
Esensi nilai menetap dan konstan. Tidak ada nilai yang diciptakan menusia.
Semua nilai merupakan bagian dari alam semesta yang terjadi demikian alamiah.
Nilai terkait erat dengan bagaimana cara membentuk kehidupan secara harmonis
pada batas-batas keutuhan jiwa seseorang. Karena itu, arti penting nilai
terletak pada bagaimana seseorang dapat mencapai tingkat keyakinan terhadap
susunan jiwa alam semesta yang bersifat mutlak.
Pragmatisme
Penganut aliran pragmatisme melihat nilai sebagai sesuatu yang
relatif. Baik etika maupun moral selalu mengalami perubahan seiring dengan
perubahan masyarakat dan budaya. Dalam pandangan ini tidak ada yang disebut
nilai universal. Nilai adalah apa yang ditemukan dalam kehidupan nyata yang
berlangsung dalam proses kehidupan. Peran manusia untuk memilih dan menentukan
nilai sangat besar. Karena itu, dalam beberapa hal penganut pandang ini melihat
sesuatu atas dasar kegunaannya yang bersifat sementara. Nilai tidak semestinya
ditekankan oleh suatu kekuasan yang lebih tinggi. Nilai hanya dapat disetujui
setelah dipertimbangkan secara matang dan disertai oleh sejumlah bukti.
Sehingga semakin kompleks masyarakat yang dialami, maka semakin banyak pula
tuntutan untuk memutuskan nilai.
2.
Nilai dalam Aliran Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan menempatkan nilai sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari upaya pendewasaan manusia melalui tindakan-tindakan
pendidikan.
Perenialisme
Aliran perenealisme merupakan paham filsafat pendidikan yang menempatkan
nilai pada supremasi kebenaran tertinggi yang bersumber dari Tuhan.
Karakteristik atau cara berpikirnya berakar dari filsafat realisme kaum Gereja.Disamping
itu pula aliran ini mencoba membangun cara berpikir abad pertengahan yang
meletakkan keseimbangan antara moral dan intelektual dalam konteks kesadaran
spiritual.
Dengan menempatkan kebenaran superanatural sebagai sumber
tertinggi, maka nilai dalam pandangan aliran ini selalu bersifat theosentris.
Harga nilah telah ditetapkan oleh Tuhan dan upaya manusia harus selalu
diarahkan pada tujuan pencapaian nilai yang telah ditetapkan oleh Tuhan dengan
cara ikhtiar.
Eksistensialisme
Nilai dalam pandangan ini berada pada wilayah struktur dasar dari
fenomena yang tampak. Kepastian nilai itu dapat dicapai setelah adanya
konsistensi dari perilaku yang sama dalam beragam situasi. Nilai tersebut dapat
berlaku obyektif ketika banyak manusia yang mengakui keberadaannya, demikian
pula nilai dapat bersifat subyektif ketika antara seseorang dengan yang lainnya
memiliki penilaian yang berbeda.
Progresivisme
Penganut aliran ini berkeyakinan bahwa nilai merupakan bagian
integral dari pengalaman yang bersifat relatif, temporal dan dinamis. Ketika
struktur sosial berubah maka nilai yang terdapat dalam struktur sosial itu ikut
berubah. Nilai tidak akan lepas atau tidak akan terbebas dari pengalaman hidup
manusia. Dengan demikian, bagi aliran ini pengalaman merupakan unsur utama
dalam menentukan nilai.
3.
Nilai dalam Aliran Filsafat Nilai
Perkembangan pemikiran nilai mengkristal dalam aliran-aliran
filsafat nilai. Hal ini terjadi disebabkan wacana nilai berada pada wilayah
aksiologi filsafat nilai. Dengan demikian harga suatu nilai dalam filsafat
nilai tidak lagi dipahami sebagai implikasi dari adanya pemikiran filsafat
seperti halnya dalam pemaknaan nilai melalui filsafat klasik dan filsafat
pendidikan.
Hedonisme
Hidonisme merupakan aliran filsafat nilai yang sudah ditemukan
sejak zaman Yunani Kuno. Filsafat ini meletakkan kesenangan sebagai kebaikan
tertinggi dalam menimbang nilai. Sesuai dengan istilah aliran ini yang berasal
dari bahasa Yunani, yaitu hedone, apa yang baik adalah yang memuaskan
keinginan kita, apa yang meningkatkan kualitas kesenangan pada diri kita.
Eudomonisme
Aliran filsafat ini menempatkan kebahagiaan sebagai nilai
tertinggi. Makna terakhir dari kehidupan manusia adalah perolehan nilai
kebahagiaan. Dengan demikian pemilikan nilai pada diri seseorang selalu merujuk
pada pencarian kebahagiaan hidup didasarkan pada kemampuan dirinya dalam
menemukan keutamaan hidup.
Utilitarisme
Aliran filsafat ini menempatkan asas kegunaan sebagai nilai
tertinggi. Oleh sebab itu tampak bahwa nilai baik dan buruk terkait erat dengan
kuantitas. Dalam paham ini tidak berbicara kebaikan yang ideal, tetapi hal itu
diukur oleh tingkat penerimaan, kepuasaan, dan kegunaan dari sesuatu perbuatan
hal yang dituju.