Teologi adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang
seluruh kenyataan berdasarkan iman. Secara sederhana, iman dapat didefinisikan
sebagai sikap manusia dihadapan Allah,
Yang mutlak dan Yang kudus, yang diakui sebagai Sumber segala kehidupan di alam
semesta ini. Iman itu ada dalam diri
seseorang antara lain melalui pendidikan (misalnya oleh orang tua), tetapi
dapat juga melalui usaha sendiri, misalnya dengan cermat merenungkan hidupnya
di hadapan Sang pemberi hidup itu. Dalam hal ini Allah dimengerti sebagai
Realitas yang paling mengagumkan dan mendebarkan. Tentulah dalam arti terakhir
itu berteologi adalah berfilsafat juga.
Iman adalah sikap batin.
Iman seseorang terwujud dalam sikap, perilaku dan perbuatannya, terhadap
sesamanya dan terhadap lingkungan hidupnya.
Jika iman yang sama (apapun makna kata "sama" itu) ada pada
dan dimiliki oleh sejumlah atau sekelompok orang, maka yang terjadi adalah
proses pelembagaan. Pelembagaan itu
misalnya berupa:
1.
Tatacara
bagaimana kelompok itu ingin mengungkapkan imannya dalam doa dan ibadat.
2.
Tatanilai
dan aturan yang menjadi pedoman bagi penghayatan dan pengamalan iman dalam
kegiatan sehari-hari.
3.
Tatanan
ajaran atau isi iman untuk dikomunikasikan (disiarkan) dan dilestarikan. Jika pelembagaan itu terjadi, lahirlah agama.
Karena itu agama adalah wujud sosial dari iman.
Sebagai ilmu, teologi merefleksikan hubungan Allah dan manusia.
Manusia berteologi karena ingin memahami imannya dengan cara lebih baik, dan
ingin mempertanggung-jawabkannya: "aku tahu kepada siapa aku percaya" Teologi bukan agama dan
tidak sama dengan Ajaran Agama. Dalam teologi, adanya unsur "intellectus
quaerens fidem" (akal menyelidiki isi iman) diharapkan memberi sumbangan
substansial untuk integrasi akal dan iman, iptek dan imtaq, yang pada
gilirannya sangat bermanfaat bagi hidup manusia masa kini.