Program ini sangat terkait dengan program
sebelumnya. Pertama, program yang
harus dibenahi adalah kantin sekolah. Ciptakan kantin sekolah yang hiegenis
dengan jenis makanan yang bergizi. Kedua,
citakan lingkungan sekolah yang bersih, rindang, dan indah. Program 7K perlu
digalakkan lagi, bukan hanya secara seremonial belaka, tetapi harus menyentuh
perubahan kebiasaan para penghuninya. Memasang papan bertuliskan ”LINGKUNGAN
BEBAS ROKOK” merupakan satu gebrakan yang dapat dilakukan. Tulisan-tulisan
lain, seperti ”TARUH SAMPAH PADA TEMPATNYA”, atau ”CUCI TANGAN SEBELUM MAKAN”,
atau ”KESEHATAN SEBAGIAN DARI IMAN” dapat diharapkan dapat mengisi nurani
anak-anak kita yang masih putih itu. Lomba kebersihan dan keindahan kelas dapat
diadakan pada saat momen-momen tertentu, misalnya peringatan hari besar
nasional dan agama, atau peringatan hari lahir sekolah.
Talent Scouting Bibit Olahraga dan Seni
Pembinaan olahraga memang menjadi tugas utama
guru olahraga dan keshatan. Tetapi, program pembinaan olahraga secara
teroganisasi di sekolah sudah barang tentu menjadi tanggung jawab semua
komponen sekolah. Di samping olahgara rekreasi, pencatatan secara rutin rekor
olahraga prestasi harus tersedia di sekolah. Sekolah harus memiliki catatan,
nama-nama siswa dengan rekor tertingginya dalam cabang olahraga tertentu.
Dengan catatan ini, jika ada kegiatan pertandingan olahraga, maka sekolah
tinggal memilih mereka untuk dapat mengikuti ajang pertandingan olahraga yang
akan diikuti. Pencatatan prestasi olahraga ini dapat dilakukan pada awal tahun
pelajaran atau pada saat usai ulangan semester pertama menjelang libur sekolah.
Dengan demikian, sekolah dapat menjadi tempat pembibitan olahraga dan seni yang
pertama dan utama.
Science-Tech Club
Sama dengan talent scouting dalam bidang
olahraga, sekolah juga harus melakukannya untuk bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sebenarnya para guru telah memiliki pengetahuan dan keterampilan
praktis dalam penelitian sederhana. Namun banyak di antaranya kurang begitu
yakin bahwa anak-anak mampu melakukannya. Padahal obyek penelitian sederhana
bagi anak-anak terbentang luas di sekolah dan lingkungannya. Sayur apakah yang
menjadi kegemaran siswa, sebagai contoh, adalah pertanyaan penelitian sederhara
yang dapat dilakukan bukan di SMP, tetapi sudah bisa dilakukan di SD. Topik-topik
lainnya misalnya: (1) rata-rata jumlah anak dalam satu keluarga, (2) rata-rata
tinggi dan berat badan anak-anak kelas 5 SD, (3) jarak tempuh anak-anak ke
sekolah, dan masih banyak yang lain.
Kebun Sekolah dan Penanaman Sejuta Pohon
Jika secara internasional isu pemanasan global
telah melahirkan Bali Roadmap untuk memecahkan isu tersebut, maka apa yang
dapat dilakukan di tingkat sekolah? Tentu saja pendidikan lingkungan hidup
harus menjadi tanggung jawab sekolah. Untuk sekolah yang tidak memiliki lahan
yang luas, setiap kelas dapat diminta untuk membikin taman di depan kelasnya
masing-masing. Atau dapat meminta kepada para siswa untuk masing-masing dapat
memiliki tanaman kesayangan yang harus dipelihara setiap hari dengan sepenuh
hati. Disiram, dipupuk, dan disiangi kalau ada rumput yang menggangunya. Jika ada
sedikit lahan di depan sekolah, maka sekolah juga dapat membuat taman sederhana
untuk menanam tanaman hias atau tanaman bunga, agar sekolah tidak terasa
gersang. Jika di lingkungan sekolah ada lahan tidur yang tidak dimanfaatkan
oleh yang empunya, sekolah dapat meminjamnya untuk dijadikan kebun sekolah
tempat praktik anak-anak menanam berbagai jenis tanaman. Selain itu, sekolah
juga dapat membantu pemerintah daerah dalam melaksanakan program penanaman satu
juta pohon.
The First Day
Festival
Ide ini diusulkan oleh seorang guru di suatu
sekolah di Amerika Serikat. Pada waktu itu, pelibatan peran serta orangtua
dalam penyelenggaraan pendidikan masih menjadi sesuatu yang langka. Setelah
program ini dilaksanakan, antusiasme orangtua dan masyarakat tiba-tiba
meningkat secara drastis. Sejak adanya festival hari pertama sekolah itu,
orangtua siswa dan masyarakat merasakan adanya peningkatan keakraban dan
kekeluargaan antara sekolah dan orangtua siswa secara luar biasa. Orangtua dan
masyarakat tidak lagi merasa sebagai klien, tetapi sebagai pemangku kepentingan
yang memiliki tanggung jawab yang sama besar dengan pihak kepala sekolah dan
para guru di sekolah. Program seperti ini dapat berupa program lain yang tidak
kalah inovatifnya. Acara tutup tahun sekolah, sebagai contoh, dapat menjadi
media untuk menyatupadukan sekolah dengan orangtua dan masyarakat. Dalam acara
tersebut, para siswa dapat menunjukkan kebolehannya, baik dalam bidang akademis
maupun nonakademis, di hadapan orangtua dan masyarakat. Dampaknya, orangtua dan
masyarakat menjadi lebih memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap upaya
sekolah dalam meningkatkan kompetensi siswa. Dampak pengiringnya, orangtua dan
masyarakat menjadi lebih antusias dalam ikut serta memberikan dukungan dan
bantuan terhadap pelaksanaan program-program inovatif sekolah.
Sumber:
www.suparlan.com