Jauh sebelum diangkat menjadi Rasul, Muhammad
SAW telah ditempa terlebih dahulu sebagai seorang entrepreneur. Kemandirian
yang terbentuk, tidak lepas dari sejarah hidup beliau yang lahir dalam keadaan
yatim karena ayahnya wafat sebelum ia lahir. Kemiskinan dan kegetiran hidup
yang beliau rasakan semenjak kecil ternyata membentuk pribadi Muhammad SAW
menjadi pribadi yang tangguh dan mandiri.
Jiwa entrepreneurship Muhammad SAW mulai
terbentuk sejak masa kanak-kanak. Menginjak remaja, jiwa entrepreneurship
Muhammad SAW makin terasah. Keandalannya dalam berniaga melahirkan gelar
kepadanya Al Amin (orang yang sangat terpercaya). Para pelaku bisnis dan
penduduk Mekkah memberikan gelar Al Amin karena para pebisnis dan penduduk
Mekkah pada waktu itu sangat percaya kepadanya.
Rasul SAW melakoni diri sebagai entrepreneur
atau pengusaha, dengan 4 tahap karakter, yaitu
integrity, loyality, professionality, dan spirituality. Integrity
atau integritas adalah pondasi utama karakter seorang pengusaha yaitu kejujuran
yang mengikat utuh karakter-karakter positif lainnya. Seperti yang dilakukan
oleh Muhammad SAW, beliau sangat menjaga perilaku, tutur kata, dan komitmen
atas dasar kejujuran sehingga sehingga terpancar padanya kewibawaan dan kekuatan. Itulah yang
dilakukan Muhammad SAW saat berdagang. Beliau selalu loyal kepada para
pelanggannya dengan memberikan layanan terbaik sehingga mereka pun setia
kepadanya.
Professionality atau professional merupakan
kapasitas untuk menjalankan suatu profesi dengan kualitas terbaik. Muhammad SAW
sangat professional sebagai pebisnis sehingga pihak-pihak yang menjalin
kerjasama dengannya merasa puas. Spirituality atau spiritualitas berkaitan
dengan kualitas ruhiyah seorang entrepreneur. Kualitas ruhiyah berkaitan pula
dengan kematangan jiwanya.
Dalam bisnis, kredibilitas (attitude) dan
kapabilitas (skill dan knowledge) sangatlah penting untuk memunculkan hasil
yang positif bagi perkembangan bisnis, baik untuk jangka pendek dan jangka
panjang.
Sebagai seorang entrepreneur dari sisi
kredibilitas Muhammad SAW memiliki akhlak yang sangat agung seperti, penyabar,
peneguh kebenaran, penyayang, penyantun, zuhud dan pemaaf. Dari sisi
kapabilitas Muhammad SAW memiliki skill dan pengetahuan entrepreneurship yang
luas karena beliau tipe pembelajar yang sangat tekun.
Selain itu, Muhammad SAW pun sangat
mengutamakan pelayanan kepada orang lain. Beliau murah senyum, ramah, senang
memberi hadiah, menepati janji, dan memperlakukan semua orang dengan adil.
Muhammad SAW juga sangat mengutamakan silaturahmi dan kemitraan (networking).
Muhammad SAW adalah inspirasi untuk mencapai
derajat kaya bagi kaum Muslim. Beliau disebutkan oleh Syafi’i Antonio dalam
bukunya Muhammad saw The Super Leader, Super Manager yang mengalami
keunikan sendiri dalam hidupnya. Muhammad saw pernah menjadi orang yang sangat
kaya, orang yang sederhana (kaya sedang), dan orang yang miskin.
Ketiga fase tersebut memberikan pelajaran
tersendiri bagi kaum Muslim.
1.
Rasul saw sebagai orang kaya memberikan
keteladanan bagaimana memperjuangkan kekayaan, mensyukuri kekayaan, aktif dalam
bisnis, dan membelanjakan kekayaan di jalan Allah.
2. Rasul saw
sebagai orang sederhana memberikan keteladanan bagaimana hidup normal dan
bersahaja tanpa cinta dunia.
3. Rasul saw
sebagai orang miskin memberikan keteladanan untuk bersabar, dan menjaga
kehormatan dengan tidak meminta-minta serta berusaha keluar dari jerat
kemiskinan dengan cara yang terbaik.
Optimisme adalah salah satu emosi positif yang
ditularkan Muhammad saw dalam setiap aktivitas hariannya. Beliau telah
meletakkan dasar pola pikir (mind set) yang gambling sekaligus bermakna
tentang kehidupan : “Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin maka
ia termasuk orang yang merugi; Barangsiapa hari ini lebih buruk daripada
hari kemarin maka ia termasuk orang
celaka; Barangsiapa hari ini lebih baik daripada hari kemarin maka ia termasuk
orang yang beruntung”. Karena itu,
kaum muslim semestinya semua adalah entrepreneur, yaitu orang yang
berusaha dan memperjuangkan sesuatu agar selalu menjadi lebih baik. Teladan
suksesnya telah ada pada diri Muhammad saw.
Kompetisi bisnis ataupun usaha dalam konteks entrepreneur
bukanlah memenangkan persaingan, melainkan memberdayakan
persaingan sehingga menjadi kemitraan (networking) yang kuat dan saling
membutuhkan. Tidak tampak, praktik bisnis Muhammad saw yang sifatnya merugikan
orang lain, mengabaikan perasaan, ataupun menyepelekan orang lain. Karena itu,
visi bisnis Muhammad saw bukanlah menjadi nomor satu dalam segala hal,
melainkan menjadi sebaik-baik manusia, yaitu yang paling bermanfaat buat yang
lainnya.