Pelecehan
seksual terhadap anak merupakan suatu bentuk penyiksaan. Orang dewasa
menggunakan anak sebagai korban untuk memuaskan nafsu seksualnya. Kondisi
tersebut tentu saja akan memberikan dampak negatif terhadap anak. Misalnya
trauma, gelisah atau cemas, depresi, bahkan gangguan jiwa berat.
Sebelum
hal itu terjadi, alangkah baiknya jika dilakukan proteksi dini terhadap anak.
Mesikipun tidak dapat mencegah total, anak bisa memiliki benteng terhadap
ancaman kejahatan seksual. Edukasi tersebut, menurut Dra. Astrid Wiratna, wajib
diberikan sejak dini, saat akan mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Tidak perlu secara detail, orang tua dapat menjelaskan kepada anak dalam bahasa
yang mudah dimengerti. Misalnya saja, jelas psikolog yang berpraktik di Siloam
Hospital Surabaya itu, “Ajarakan bahwa
bagian tubuh yang tertutup oleh baju merupakan hal privasi. Tekankan kepada
anak bahwa dalam privasi itu jangan sampai orang lain tahu, selain dirinya.”

Jika
orang lain melihat, bahkan memegang tubuh anak secara paksa, Astrid
menganjurkan anak diajari menolak dengan tegas. Bila perlu, akan berteriak
untuk meminta pertolongan. Menurut perempuan kelahiran Bandung 14 Oktober 1958,
tersebut, paling banyak kasus pelecehan seksual terhadap anak berlokasi di
toilet atau kamar mandi umum. “Jangan dibiarkan anak ke toilet sendiri.”
Alangkah baiknya jika seorang anak ditemani ketika dia mau ke toilet.
Memang
kesibukan orang tua membatasi waktu pengawasan terhadap anak. Jika demikian,
orang tua harus pintar memilih pengasuh atau babysitter. Meskipun begitu, orang tua tidak boleh lepas tangan.
Akan tetapi alangkah baiknya jika orang tua yang turun tangan sendiri dalam
mengawasi anak. Dan sepadat apapun pekerjaan orang tua diusahakan harus bisa
mengawasi anaknya sendiri. Sebab kasih sayang orang adalah simbol bagi
tercapainya cita-cita anak.
Orang
tua perlu membukakan pikiran dan pandangan secara luas. Sebagian besar pelaku
kejahatan seksual terhadap anak adalah orang-orang terdekat anak. Mulai tetangga,
orang di lingkungan sekolah, bahkan anggota keluarga sendiri. Kita tidak pernah
mengetahui pikiran seseorang. Jangan pernah orang tua berpikir polos dan
mempercayakan begitu saja pengawasan anak kepada orang lain. Walaupun itu
keluarga sendiri.
Pencegahan
lebih baik jika dibandingkan dengan pengobata, oleh sebab itu semua orang tua
harus dan berusaha untuk memberikan proteksi dini kepada anak terhadap
kejahatan dalam bentuk apapun, termasuk pelecehan seksual. Hal itu dapat
dimulai sedini mungkin.