Sejak pertama kali Islam menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga
masa jatuhnya, Islam memainkan peran yang sangat besar. Islam di Spanyol telah
berkuasa selama tujuh setengah abad. Menurut Dr. Badri Yatim, sejarah panjang Islam
di Spanyol dapat dibagi dalam enam periode.
1.
Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali
yang diangkat oleh khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada
periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna,
berbagai gangguan masih terjadi baik yang datang dari luar maupun dari dalam.
Gangguan yang datang dari dalam yaitu berupa perselisihan diantara
elite penguasa. Di samping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di
Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairwan. Adapun gangguan
yang datang dari luar yaitu datangnya dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol
yang tinggal di daerah pegunungan.
2.
Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan khalifah
Abbasiyah di Bagdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol,
tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Abdurrahman Ad-Dakhil. Abdurrahman Ad-Dakhil
adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbasiyah
ketika Bani Abbasiyah berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus.
Selanjutnya Ad-Dakhil berhasil mendirikan Dinasti Umayyah di Spanyol.
Saat periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan baik
dalam bidang politik maupun peradaban. Abdurrahman Ad-Dakhil mendirikan Masjid
Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol.
3.
Periode Ketiga (912-1013 M)
Pada periode ini berlangsung muali dari pemerintahan Abdurrahman
III bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok”. Pada periode ini
Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah. Pada periode ini umat
Islam di Spanyol mencapi puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi daulah
Abbasiyah di Bagdad. Abdurrahman An-Nasir mendirikan Universitas Cordova.
Perpustakaannya memiliki ratusan ribu buku. Pada masa ini, masyarakat dapat
menikmati kesejahteraan dan kemakmuran yang tinggi.
4.
Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada masa ini Spanyol sudah terpecah-pecah menjadi beberapa negara
kecil yang berpusat di kota-kota tertentu. Bahkan pada periode ini Spanyol
terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja
golongan atau Al-Malukuth Thawaif yang berpusat di suatu kota seperti
Sevilla, Cordova, Toledo dan sebagainya.
Pada periode ini umat Islam di Spanyol kembali memasuki pertikaian
intern. Ironisnya jika terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang
bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Namun, walaupun
demikian, kehidupan intelektual terus bekembang pada periode ini, Istana-istana
mendorong para sarjana dan sastrawan mendapatkan perlindungan dari satu istana
ke istana lain.
5.
Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam
beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan yakni kekuasaan
Dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti
Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf
bin Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah
kerajaan yang berpusat di Markesy. Dan akhirnya dapat memasuki Spanyol dan
menguasainya. Dalam perkembangan selanjutnya, pada periode ini kekuasaan Islam
Spanyol dipimpin oleh penguasa-penguasa yang lemah sehingga mengakibatkan
beberapa wilayah Islam dapat dikuasai oleh kaum Kristen. Tahun 1238 Cordova
jatuh ke tangan penguasa Kristen dan
Sevilla jatuh pada tahun 1248 M. Hampir seluruh wilayah Spanyol Islam lepas
dari tangan penguasa Islam.
6.
Periode Keenam (1248-1492)
Pada periode ini Islam hanya berkuasa di Granada di bawah Dinasti
Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan sperti di zaman
Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi, secara politik dinasti ini hanya berkuasa di
wilayah yang kecil. Kekuasan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di
Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan
kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena
menunjuk anknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Ia memberontak dan
berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan
digantikan oleh Muhammad bin Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan
kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini
dapat mengalahkan penguasa yang sah, dan Abu Abdullah naik tahta.
Ferdinand dan Isabella akhirnya mempersatukan dua kerajaan besar
Kristen melalui perkawinan, dan akhirnya mereka menyerang balik terhadap
kekuatan Abu Abdullah. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan
penguasa Kristen tersebut sehingga pada akhirnya kalah. Abu Abdullah akhirnya
menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinand dan Isabella, sedangkan Abu Abdullah
hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol
pada tahun 1492 M. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam
di wilayah ini. Walaupun Islam telah berjaya dan dapat berkuasa di sana selama
hampir tujuh setengah abad lamanya.
Sumber bacaan:
Amin, Samsul Munir, SEJARAH PERADABAN ISLAM, Cet. I,
(Jakarta: Amzah, 2013).
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Cet. VII, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1998).