Pengembangan pengalaman belajar akan semangat ditentukan oleh
pengemasan materi pelajaran. Pengemasan materi pelajaran secara individual,
seperti pengemasan dalam bentuk pengajaran terprogram dan pengemasan dalam
bentuk modul, maka pengalaman belajar harus didesain secara individual juga,
artinya pengalaman belajar yang dapat dilakukan oleh siswa secara mandiri.
Demikian juga hanlnya, kalau pengemasan materi pelajaran dilakukan
untuk kebutuhan kelompok sehingga materi pelajaran tidak memungkinkan dapat
dipelajari sendiri, maka pengalaman belajar harus didesain untuk pembelajaran
kelompok klasikal yang memerlukan bimbingan guru.
Mengorganisasikan pengalaman belajar meliputi empat hal pokok,
yaitu:
a.
Pengidentifikasian
dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi
sasaran setiap usaha pembelajaran.
b.
Pertimbangan
dan pemilihan strategi pembelajaran yang ampuh untuk mencapai sasaran. Masalah
ini berkaitan dengan penetapan metode dan teknik pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan dan jenis materi pembelajaran.
c.
Pertimbangan
dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir. Masalah
ini berkaitan dengan penetapan prosedur dan kegiatan yang harus dilakukan baik
oleh guru maupun oleh siswa.
d.
Pertimbangan
dan penetapan tolak ukur dan ukuran baku yang akan digunakan untuk menilai
keberhasilan usaha yang dilakukan. Masalah ini berkaitan dengan penetapan alat
evaluasi untuk mengumpulkan informasi tentang keberhasilan siswa mencapai
tujuan dan kompetensi pembelajaran.
Pencapaian sasaran atau tujuan yang ditentukan, akan sangat
tergantung pada pengemasan bahan dan strategi pembelajaran yang digunakan. Di
bawah ini ada beberapa strategi pembelajaran sebagai upaya meberikan pengalaman
belajar siswa.
1.
Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi
pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Roy Killen (1998), manamakan strategi ekspositori ini dengan istilah strategi
pembelajaran langsung (direct instruction). Oleh karena strategi
ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur maka, sering juga dinamakan
istilah strategi “chalk and talk” fokus utama strategi ini adalah
kemampuan akademis (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran
yang sering digunakan untuk mengaplikasikan strategi ini adalah metode ceramah.
Ada beberapa
langkah dalam penerapan strategi ekspositori yaitu:
a.
Persiapan (preparation)
Langkah ini
berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Tujuan yang
ingin dicapai dalam melakukan persiapan adalah:
·
Mengajak
siswa keluar dari kondisi mental yang pasif.
·
Membangkitkan
motivasi dan minat siswa untuk belajar.
·
Merangsang
dan menggugah rasa ingin tahu siswa.
·
Menciptakan
suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.
b.
Penyajian (presentation)
Langkah
penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan
yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan oleh setiap guru dalam penyajian
ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan
dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pelaksanaan langkah ini di antaranya adalah:
·
Penggunaan
bahasa.
·
Intonasi
suara.
·
Menjaga
kontak mata dengan siswa.
·
Menggunakan
joke agar kelas tetap hidup dan segar melalui penggunaan kalimat atau
bahasa yang lucu.
c.
Korelasi (correlation)
Langkah
korelasi adalah langakah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa
atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya
dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan
tiada lain untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk
memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya, maupun makan untuk
meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.
d.
Menyimpulkan (generalization)
Menyimpulkan
adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi pelajaran yang
telah disajikan. Meyimpulkan berarti pula mberikan keyakinan kepada siswa
tentang kebenaran suatu paparan. Dengan demikian, siswa tidak merasa ragu lagi
akan penjelasan guru. Meyimplkan bisa dilakukan dengan beberapa cara, di
antaranya:
·
Mengulang
kembali inti-inti materi yang menjadi pokok persoalan.
·
Memberikan
beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yag telah disajikan.
·
Cara
mapping melalui pemetaan keterkaitan antara materi dan pokok-pokok
materi.
e.
Mengaplikasikan (aplication)
Langkah
aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak
penjelasan guru. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini di antaranya:
·
Membuat
tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan.
·
Memberikan
tes yang sesuai dengan meteri pelajaran yang telah disajikan.
2.
Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi
pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang
dipertanyakan.
Proses berpikir
itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang
berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya
menemukan.
Secara umum
proses pembelajaran dengan menggunakan SPI dapat mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
a.
Orientasi
Langkah
orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang
responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan
proses pembelajaran. Berbeda dengan tapah preparation dalam Strategi
Pembelajaran Ekspositori (SPE) sebagai langkah untuk mengondisikan agar siswa
siap menrima pelajaran, pada langkah orientasi dalam SPI, guru merangsang dan
mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.
Langkah-langkah
orientasi merupakan langakah yang sangat penting. Keberhasilan SPI sangat
tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam
memecahkan masalah; tanpa kemauan dan kemampuan itu tidak mungkin proses
pembelajaran akan berjalan dengan lancar.
b.
Merumuskan masalah
Merumuskan
masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka
teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk
berpikir memecahkan teka teki itu. Dikatakan teka teki dalam rumusan masalah
itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat.
Proses mencari
jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu
melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga
sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
c.
Merumuskan hipotesis
Hipotesis
adalah jawaban dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban
sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu
untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi
berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau
mengira-ngira dari suatu permasalahan.
d.
Mengumpulkan data
Mengumpulkan
data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
Proses
pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan
tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berpikirnya. Oleh seba itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir
mencari informasi yang dibutuhkan.
e.
Menguji hipotesis
Menguji
hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggab diterima sesuai dengan
dat atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting
dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban
yang diberikan.
Di samping itu,
menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi,
akan tetapi haru didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
f.
Merumuskan kesimpulan
Merumuskan
kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang
akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan kepada siswa data-data yang relevan.
3.
Strategi
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem
pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai
latar belakang kemampuan akademis, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).
Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh
penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang
dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan memiliki
ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan
memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan
interpersonal dari setiap anggota kelompok.
Prosedur
pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu:
a.
Penjelasan materi
Tahap
penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran
sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah
pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.
Pada tahap ini,
guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang
selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok (team).
Pada tahap ini pula guru dapat menggunakan metode ceramah, curah pendapat dan
tanya jawab, bahkan akalau perlu guru menggunakan metode demontrasi.
b.
Belajar dalam kelompok
Setelah guru
menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya
siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk
sebelumnya. Pengelompokan dalam SPK bersifat heterogen, artinya kelompok
dibentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap anggotanya, baik perbedaan gender,
latar belakang agama sosial-ekonomi dan etnik serta perbedaan kemampuan
akademis.
Dalam hal
kemampuan akademis, kelompok pembelajaran biasanya terdiri dari satu orang
berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu
lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang (Anita Lie, 2005).
Selanjutnya
Lie, menjelaskan beberapa alasan lebih disukainya pengelompokan heterogen,
yaitu:
·
Kelompok
heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan
saling mendukung.
·
Kemlompok
ini meningkatkan relasi dan interaksi antara ras, agama, etnik, dan gender.
·
Kelompok
heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengna adanya satu orang yang
berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga
orang.
c.
Penilaian
Penilaian dalam
SPK bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes kuis dilakukan baik secara
individual maupun kelompok. Tes individual akan memberikan informasi kemampuan
setiap siswa; dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap
kelompok.
Hasil akhir
setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok
memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah
nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota
kelompok.
d.
Pengakuan tim
Pengkuan tim (team
recognition) adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim
paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan
dan pemberian penghargaan tersebut, diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus
berprestasi dan juga membagkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu
meningkatkan prestasi mereka.